Malaikat tak hanya ada di Surga Part 11

54 27 2
                                    

Hampir 20 menit kami berdua bercanda gurau menunggu makanan. Akhirnya datang juga, dan Dhini mulai memimpin doa sebelum makan, lalu kami lansung memulai ritual mukbang seafood.

Baru 10 sendok, gue baru teringat tentang Mas Andre. Lansung gue foto makanan beserta Dhini yang lagi asyik menyantap cumi. Setelah itu gue forward dan kirim ke Mas Andre.

"Makan yuk mas, ini gue lagi makan sama adek.. Kapan-kapan gue kenalin." caption gue di foto yang tadi.
"Iya ini gue juga baru selesai makan kok mbak, loh kamu punya adek toh?" balasnya.
"Punya kok, kapan-kapan gue ceritain.. Tumben cepat balasnya?" tanya gue.
"Wkwka, iya deh... Hmm, kebetulan gue lagi nge-game, jadi bisa balas cepat dong." jawabnya.
"Sudah sana di makan dulu, gak baik makan sama mainan HP." lanjutnya.
"Siyapp komandan...😅😅" jawab gue canda.

Baru ditinggal chattingan sebentar, terus lihat meja, kok makanannya tinggal separo. "Busyet nih anak, lapar atau kerasukan.." pikir gue sambil geleng-geleng kepala melihat Dhini yang lagi asyik buka cangkang kepiting.

Gue pun melanjutkan makan yang tertunda tadi tanpa banyak tanya. Karena pikiran gue makanan segitu banyak dan habis itu bagus, daripada sisa.

Setelah perut gue sudah gak muat menampung makanan gue bilang ke Dhini, "Loe habisin ya, perut gue sudah gak bisa nih.." dan Dhini menjawab dengan kode tangan OKE, lalu mengerlipkan sebelah matanya.

Gue cuma tersenyum lihat tingkahnya, sambil buka game di HP, lalu mulai memainkannya. Dan berselang waktu 10 menit, "Astaga... gue lupa.." mendadak teringat sama pak sopir yang sekarang lagi jagain papi.

Gue lansung hentikan game, dan memanggil waitres. Lalu memilih menu di bungkus buat pak sopir dan menawarkan Dhini lagi, siapa tahu dia mau bungkus makanan juga. Lalu Dhini pun menggeleng, isyaratkan sudah cukup makan disini saja.

Setelah selesai pesan menu yang di bungkus. Gue pun bilang sama waitres untuk minta bills-nya sekalian. Karena sudah lama juga kami keluarnya, jadi kepikiran sama papi disana.

Sambil menunggu, akhirnya Dhini sudah menuntaskan tugasnya buat habisin makanan tanpa sisa. Lalu dia beranjak ke wastafell, bersih-bersih tangan dan balik duduk lagi.

"Gimana Dhin? Sudah puas?" tanya gue sambil senyum.
"Sudah mbak.. Makasih ya..." jawabnya sambil mendekat dan cium pipi gue.
"Ihhh.. Loe ini.. Pipi gue kan jadi basah.." lanjut gue sambil canda cubit pipinya.
"Ampun mbak.. Nanti melar nih pipi Dhini..." rengeknya sambil menepis tangan gue pelan.
Gue cuma menjawab dengan menjulurkan lidah.

Akhirnya bills dan makanan bungkus datang, gue pun segera mengeluarkan uang sesuai nominal yang tertera.

Setelah beres, gue lansung ajak Dhini ke rumah sakit lagi. Lalu kami menuju parkiran dan mulai meluncur kesana.

Selama perjalanan, Dhini menyalakan MP3 mobil dan memilih lagu-lagu K-Pop kesukaannya, lansung terdengar lagu T-ara dengan judul Day by day. Gue juga suka sich, jadi no coment-lah.

(T-ara)

Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil, gue dan Dhini bergegas menuju kamar papi. Sampainya disana, tidak lupa gue ucapkan terima kasih sambil berikan makanan yang di bungkus tadi kepada pak sopir. Dan dia pun mengucapkan terima kasih, lalu pamit keluar buat makan.

Setelah pak sopir keluar, gue menghampiri papi, lalu mengecup keningnya sambil bisikkan, "Sabar ya pi, sebentar lagi pasti kembali seperti semula dan sehat.."






(To be continued part 12)

Malaikat tak hanya ada di SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang