Malaikat tak hanya ada di Surga Part 17

28 10 0
                                    

**********************************

"Brumm...brumm..."

Mobil gue nyalakan dan kami mulai perjalanan menuju resto sushi yang terdekat dari rumah sakit. Dan kebetulan tadi sempat lihat iklan di internet, kalau dekat sini ada yang baru launching new resto japan.

"Dhin, loe jangan melamun ya.. coba loe lihat kanan kiri, soalnya gue dengar ada resto japan baru launching lho.."

Dhini pun lansung berhenti bermain HP dan mulai tengok ke kanan dan kirinya.

"Wah, yang benar mbak?"

Walau sedikit ragu, Dhini masih bersemangat mencari.

"Benar dong, coba lihat nih."

Gue keluarkan HP dari saku dan kasih lihat dia screenshot pamflet iklannya.

"Eh, bener mbak..asyik...."

Dhini jadi tambah semangat dan fokus mencari tempatnya sambil sesekali dia melihat pamflet di HP gue.

"Mbak...pelan-pelan."

Tiba-tiba Dhini menyuruh gue mengurangi kecepatan mobil.

"Nah itu di sana mbak, belok kiri... itu letak restorannya"

Sambil menunjukkan jari, Dhini memberikan arah sesuai petunjuk di pamflet. Dan gue pun mengikuti sesuai navigasi darinya.

"Lha itu mbak, kelihatan ramai.. disitu..."

Teriaknya girang sambil menunjuk beberapa kali ke arah restoran yang terlihat sangat ramai. Dengan perlahan gue dekati dan ternyata benar kata Dhini. Karena ramai, kami pun jadi sulit mencari tempat parkir.

"Huft, akhirnya dapat tempat juga buat parkir"

Gue menghela napas lega karena dapat tempat parkir yang strategis, walaupun di seberang jalan restorannya.

"Wah, ramainya.. pasti enak nih makanannya mbak."

Decak kagum  Dhini sambil membuka pintu mobil dan keluar.

"Iya nih, semoga.."

Gue menjawabnya, lalu menyusulnya keluar mobil. Setelah selesai mengunci dan nyalain alarm, kami lansung menyebrang jalan yang kebetulan arusnya ramai, jadi mudah melewatinya, karena macet.

Sampainya di dalam resto, kami lansung di sambut waiters dengan ramah, bahkan mengantarkan ke tempat yang kosong di lantai dua. Setelah kami duduk, waiters mengeluarkan daftar menu dari kantong ajaib doraemon. Itu loh, celemek.

"Silahkan di pilih dan pesan ya"

Waiters menawarkan dan menjelaskan detail makanannya.

"Ini saja mbak, enak"

Dhini menunjuk ke buku menu, dan gue lansung mengikutinya membaca. Lansung gue mengangguk sebagai tanda setuju. Lalu Dhini lansung menyuruh waiters yang dari tadi masih berdiri dengan sabar,

Setelah selesai mencatat semua pesanan kami , waiters lansung berlalu pergi. Dan sambil menunggu, kami berdua sibuk dengan HP masing-masing. Gue sibuk chat dengan Mas Andre, dan entah Dhini main game atau apa.

**********************************

"Permisi.."

Gue yang lagi asyik main HP menjadi sedikit terkejut gara-gara waiters menegur kami sambil membawakan pesanan kami, lalu meletakan di atas meja. Kami berdua lansung menghentikan aktivitas dan mulai memakannya dengan lahap.

 Kami berdua lansung menghentikan aktivitas dan mulai memakannya dengan lahap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mmm.. ternyata enak ya mbak, pokoknya maknyuss..."

Dhini mulai mengomentari makanannya dengan menirukan logat salah satu presenter kuliner favoritnya.

"Hahaha, biasa sajalah Dhin, ngapain pakai logat orang lain."

Sambil tertawa perlahan gue menjawabnya.

"Akh, loe nggak gaul sih mbak."

Sanggahnya dengan nada mengejek.

"Iya deh, terserah loe aja Dhin, tapi pelan-pelan dong makannya, jangan sampai tersedak."

Gue menjawab sekaligus mengingatkan karena belum habis mengunyah dan menelannya, masih saja dia jejalkan lagi sushi kedalam mulutnya.

"Abisnya ini wasabi kuat rasanya, jd masih terasa di mulut kok mbak"

Sambil menunjuk arah wasabi, dan menurutku memang wasabinya beda seperti yang selama ini gue makan, lebih kuat dan enak. Mungkin Dhini lebih tau kualitasnya, karena dia hidup di Jepang dari kecil.

Oh ya, wasabi adalah saus khas sushi dan berwarna hijau dan mungkin rasanya aneh kalau di lidah orang Indonesia. Jadi menurut gue cocol sedikit saja dulu sebelumnya dan jangan banyak-banyak. Itu rasa pedas sekali walau sedikit dan kuat, kalau banyak mencocolnya bisa-bisa pudar rasa asli sushinya di mulut. Tapi semua kembali pada selera masing-masing.

"Hahaha, habisin sana wasabinya.. punya gue masih nih"

Gue yang sudah selesai makan, menawarkan sisa wasabi kepada Dhini.

"Iya, sini..."

Tanpa menolak, lansung di ambilnya mangkok wasabi di depan gue.

"Sipp..."

Sambil menikmati minum shoju, kembali gue sibuk chat dengan Mas Andre.

"Ini gue lagi makan mas, loe jangan lupa makan juga."

Chat awal gue sambil kirim foto tempat sisa makanannya

"Iya mbak siap.. selow, nanti gue makan kok gambarnya, wkwka" candanya.

"Hahaha, apa'an coba.. serius lohh 😤😤😤" jawab gue sebel.

"Dih, jangan ngambek dong tuan putri... iya ini gue lagi mau keluar beli makan" jelasnya.

"Wah tumben loe nggak masak?" tanya gue.

"Kebetulan sekalian belanja kok nanti mbak, bahan makanan sudah habis" jawabnya.

"Oh ya sudah, sana buruan.. jgn lupa hati-hati di jalan.." balas gue.

"Asiyapp tuan putri... 😍😍"

Setelah mengakhiri chat, gue melihat ke arah Dhini yang ternyata sudah selesai makan dan sekarang sudah habis 2 botol shoju, sedangkan gue saja sebotol belum habis.

"Eh, sudah habis 2 botol ya loe.. sudah nggak boleh lagi, nanti gue yang repot gendong loe."

Gue menegurnya, takut kalau Dhini mabuk kebanyakan minum shoju. Karena kalau sudah berhubungan dengan minuman alkohol, dia nggak akan berhenti sampai benar-benar terkapar tak berdaya.

"Iya iya.. habis sebotol ini lagi juga sudah kok mbak"

Jawabnya sambil cengar cengir, ternyata dipangkuannya masih ada sebotol lagi.

"Duh, busyet loe.. masih ada sebotol, ya sudah itu yang terakhir."

Sambil menepuk jidat, gue menegaskan sekali lagi.

"Hu'um.." jawabnya singkat.

*********************************

Akhirnya habis juga, dan gue lansung panggil waiters dan minta bon. Karena wajah Dhini sudah memerah efek alkohol, gue takut dia malah tidur disitu nanti.

Setelah menyelesaikan pembayaran. Kami pun lansung menuju rumah sakit kembali.




(to be continue part 18)

Malaikat tak hanya ada di SurgaWhere stories live. Discover now