First

903K 15.2K 282
                                    

Aurell POV

"Papa! Aurell gak mau di jodohin sama dia!" tegasku dan langsung bangun dari dudukku. Saat ini aku, mama dan papa sedang berada di ruang tamu. Sepulang dari kantor aku langsung pulang ke rumah karena papa ingin membicarakan sesuatu ujarnya dan lihat, pembicaraan penting itu tidak lain adalah tentang perjodohan itu lagi.

"dengarkan penjelasan papa dulu sayang" ujar mama lalu meraih tanganku untuk duduk kembali. Aku menatap kesal papa.

"Aurell kamu jangan jadi anak pembangkang, ini sudah kesepakatan papa sama om Alex jadi tidak bisa di batalkan" ucap papa dengan suara yang sedikit meninggi membuatku semakin kesal.

"ini juga kami lakukan untuk kamu, agar hidup kamu bahagia"

Bahagia? Apa dengan memaksa aku menikah itu bisa membuat aku bahagia? Yang benar saja. Aku selama ini memang selalu jadi anak yang penurut, tapi kalau berkaitan dengan hati..-

"mungkin papa yang bahagia bukan Aurell. Maaf pa aku memang selalu jadi anak penurut selama ini, tapi untuk masalah hati aku tidak bisa mengikuti keinginan papa, hati aku berhak memilih sendiri siapa yang akan menjadi pendamping aku dan aku tau kok papa jodohin aku karena om Alex akan menunjang perusahaan papa kan?! Biar perusahaan papa makin besar dan sukses! Sedangkan anak papa, papa korbanin buat nikah sama laki-laki yang Aurell tidak cintai? papa sama mama memang gak pernah mikirin perasaan aku!! Papa hanya mikirin bisnis! bisnis! dan bisnis! sebenarnya yang ada di pikiran kalian aku atau bisnis papa!!?"

Plak

"papa!" teriak mama

Sebuah tamparan keras mengenai pipiku.

"jaga ucapanmu Aurell! siapa yang sudah mengajarimu berbicara seperti itu pada orang tua!" teriak papa dengan amarahnya.

"mas sudah..." ucap mama menenangkan papa.

Sedangkan aku masih terdiam dengan mata berkaca-kaca sambil memegang pipiku yang ditampar. Untuk pertama kalinya aku melihat papa semarah ini padaku. Dan itu semua gara-gara perjodohan sialan ini.

"terimakasih atas tamparannya pa...terimakasih" ucapku dan langsung pergi sambil memegangi pipiku yang terasa sangat menyakitkan. Tangisku tumpah tak terbendung lagi. Tapi hatiku jauh lebih sakit sekarang.

"Aurell! Mau kemana kamu papa belum selesai bicara!" teriak papa dengan suara tingginya. Namun aku terus berjalan tak menyahutinya. Aku membanting pintu utama dengan cukup keras, agar mereka tahu bagaimana besar kekesalanku saat ini.

~Apartment~

"Aku tidak habis pikir dengan papa, dia selalu saja lebih mentingin bisnisnya dari pada aku dan sekarang lihat dia malah ingin menjualku ke laki-laki es batu itu dan tega-teganya dia menamparku" gumamku sambil berjalan menuju kamar.

Ku tatap diriku di depan cermin. Terlihat pipiku yang memar "papa tega banget nampar aku, mana sakit banget lagi" sambil menyentuh pipiku yang memar.

"aku harus bagaimana agar perjodohan sialan itu batal" dering ponsel membuat pikiranku teralihkan. Aku berjalan mengambilnya.

from : Rani

"Rel...ikutan yuk..kita mau ke club nih sama anak kantor yang lain"

Club? Mmm gimana ya? Aku kan gak pernah ke tempat itu. Tapi dari pada  makin stress disini sendiri mikirin masalah hari ini mending ikutan deh..aku juga penasaran club malam itu seperti apa. Kan selama ini aku di larang mulu sama mama papa. Hmm..Sekalian buat ilangin kekacauan dalam otaku ini. Batinku lalu segera ku kirim balasan pesan untuk Rani bahwa aku akan ikut. Dan dia bilang akan menjemputku beberapa menit lagi. Aku segera berbegas untuk bersiap-siap.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang