Dilema

730K 14.1K 364
                                    

Happy Reading!!

James Pov

Aku sudah sampai di mansion milikku, segera ku parkirkan mobil di garasi. Aku melirik gadis disebelahku yang sedari tadi hanya diam.

"ayo keluar"

Aku yang hendak membuka pintu mobil, berhenti. Karena tak merasakan pergerakan dari gadis itu.

Aku berbalik, gadis itu menatapku datar tanpa ekspresi dan sekarang ia mengehela nafas panjang.

"Pak, dari tadi saya diam dan menunggu bapak minta maaf, tapi bapak malah membawa saya ke tempat tinggal bapak? Gak salah pak?" ucapnya dengan wajah begitu kesal.

Ku dekatkan wajahku padanya dan ia mundur seketika.

"p..pak jangan mendekat"ucapnya sambil menahan dadaku dan entah mengapa aku malah menyukai ekspresi ketakutannya.

"kenapa aku harus minta maaf? Aku tidak pernah berbuat kesalahan padamu" Dia memutar bola matanya malas lalu berkata.

"terus yang tadi di club itu apa pak? Bapak dengan lancang mencium saya!"

"seharusnya kamu berterima kasih pada saya karena saya membantu kamu dari laki-laki brengsek itu" aku mengingat kembali kejadian saat Aurell hampir saja di cumbu oleh laki-laki brengsek di club itu.

"Ta tapii...tidak dengan mencium saya pak!! Bapak lupa? Kalau bapak itu pacar dari sahabat saya, Clara!" ucapnya dengan lantang di akhir kalimatnya.

Aku terdiam saat mendengar nama Clara disebut. Aku kembali teringat kejadian beberapa jam lalu. Amarahku kembali menuncak. Teringat bagaimana Clara saling mencumbu dengan laki-laki lain di apartmentnya.

Clara berani-beraninya menghianatiku. Cih.. Pada dasarnya wanita memang sama saja, murahan.

"PAK!!" teriakan dari Aurell sukses membuatku tersadar. Aku segera merubah ekspresiku dan beralih menatapnya.

Aku tertegun saat melihat wajah yang ada di hadapanku saat ini, ku teliti dari mata, hidung, alis, dan terakhir bibirnya, bibir manis yang aku rasakan beberapa jam lalu.

Aku menyeringai, sebuah ide muncul di otakku.

"jika dilihat dari jarak sedekat ini, kamu cantik juga" ucapku serak tepat di depan wajahnya. Sengaja ku hembuskan nafasku ke wajahnya dan dia terpejam beberapa saat kemudian menatapku kembali dengan mata bulatnya yang indah. Tanganku terangkat untuk menyingkirkan rambut di wajahnya, namun dengan cepat di tepis olehnya.

"jangan sentuh saya pak! Bapak kenapa sih? Bapak mabuk ya!" teriaknya di depan wajahku. Aku hanya terkekeh mendengar ocehannya.

"saya tidak mabuk Aurell, saya berkata apa adanya, kamu cantik dan manis. Apalagii..." sengaja aku menggantungkan ucapanku lalu melirik bibirnya yang memanggilku untuk segera melumatnya.

Entah setan apa yang masuk dalam diriku, aku malah semakin mendekatkan wajahku. Hingga..-

Plak

Tamparan keras mengenai wajahku. Oh shit! Dia berani menamparku?

"ikut keluar sekarang juga atau saya akan lakuin hal yang tidak pernah kamu bayangkan" geramku lalu langsung keluar dari mobil dengan amarah yang tertahan. Aku tidak mau menyakiti seorang wanita walaupun aku semarah apapun, itu sudah prinsipku. Tapi jika dia memancing emosiku lagi. Lihat saja apa yang akan aku lakukan.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang