Duapuluhdua

7.8K 949 95
                                    

"Apa ada sesuatu di wajahku?"

Pertanyaan (y/n) membuat Sanemi sadar akan apa yang dilakukannya dan mukanya langsung berubah menjadi merah merona, ia cepat-cepat pergi meninggalkan (y/n) sendirian disana.

"Oyy Shinazu-san tunggu!" Kata (y/n) lalu berlari mengejar Sanemi.

Tanjirou dan juga (y/n) mendapat teguran resmi dari atasan, dan latihan Tanjioru dengan Sanemi tidak hanya ditunda, tapi Tanjirou juga dilarang untuk mendekatinya.

Mereka berdua tidak berhasil membantu menengahi dan memperbaiki hubungan Shinazugawa bersaudara. Lalu (y/n) juga tidak diijinkan lagi untuk melihat dan mengikuti pelatihan Tanjirou, ia terpaksa tinggal di kediaman Sanemi.

"Aku tidak mengharapkan situasinya jadi begini, dan lambangnya juga tidak keluar sepertinya latihannya gagal." Ucap Tanjirou.

"Latihannya berjalan dengan baik, bahkan ku bisa menyerang pria angin itu. Itu hebat lo." Balas Zenitsu.

"Sungguh?"

"Ugh, kita masih di gunung, dimana sebenarnya kediaman pilar batu berada?!" Teriak Zenitsu kesal.

"Air terjun!! Ditambah lagi di sana ada orang."

"Ini yang pernah aku dengar, dulu buddha tinggal di hutan jeta dekat kota sravasti." Ucap Inosuke dibawah air terjun bersama para pemburu iblis lainnya.

Hal itu membuat Zenitsu dan Tanjirou berteriak, lalu sebuah suara membuat mereka berdua menoleh kebelakang.

"Kalau kau mengosongkan pikiranmu, bahkan api akan terasa dingin. Selamat datang di tempat latihan ku." Ucap Himejima sambil berdiri di atas api dan bahunya menahan banyak beban sekaligus.

Untuk kedua kalinya Tanjirou dan Zenitsu berteriak, bahkan Zenitsu sampai mengeluarkan cairan, mungkin ia membayangkan bagaimana berlatih di tempat latihan tersebut.

Latihan Tanjirou berjalan lancar, dia berhasil berlatih di air terjun, mengangkat kayu dan juga berhasil mendorong batu besar seperti perintah Himejima.

Ia sekarang sudah selesai berlatih di latihan para pilar, sekarang ia menuju tempat Giyuu berada.

"Baiklah, waktunya saling pukul dengan tangan kosong sampai mati."

"Rope."

"Kenapa kau selalu mengikatku!!?"

"Oh, Tanjirou kau sudah selesai berlatih?" Tanya (y/n) saat melihat keberadaan Tanjirou, ia mengacuhkan Sanemi.

"Ya, begitulah!"

"Kau seharusnya tidak boleh berada di dekatku bocah sialan!" Teriak Sanemi.

"Apakah kita tidak bisa makan ohagi bersama saja, aku akan membuat yang banyak sampai perut kalian kenyang." Tawar Tanjirou.

"Apa kau sedang mengejekku?" Tanya Sanemi dengan aura gelap di sekitarnya.

"Kau suka ohagi kan Shinazugawa-san? Di tempatmu berlatih aku selalu mencium bau teh hijau dan ohagi, jadi kupikir--"

"Shinazugawa-san, kau suka ohagi?" Potong Giyuu.

"Ohagi itu enak! Kacang merahnya bisa dihancurkan lembut dan juga bisa kasar--"

"Kau suka ohagi buatan nenekmu ya kan Shinazu-san?" Ucap (y/n).

Shinazugawa membuat Tanjirou mental dengan tendangannya, ia terlihat marah karna telah di singgung soal ohagi.

"Tanjirou! Aku lupa tidak mengikat kakinya!"

Akhirnya Tanjirou sadar dari pingsannya dan mendapati Giyuu di sebelahnya.

Kimetsu no Yaiba x Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang