Kebo Dhiro

537 15 0
                                    


Kicauan burung mulai terdengar saling bersahutan, mentari pagi tanpa awan putih menyinari kota raja Majapahit memberikan kehangatan.

Sejauh mata melihat langit, warna birunya terlihat sangat indah menawan.

Hujan badai dengan gemuruh suara petir semalam seolah olah tidak ada sisanya, semua menyambut pagi hari dengan harapan hari lebih baik dari kemarin.

Suasana pendopo istana masih terlihat hening, bukannya tidak ada orang ?, ada belasan orang disana, termasuk gusti ratu sendiri, namun belum terdengar suara sama sekali, semua masih terdiam di tempat duduknya masing masing.

Belum sempat gusti ratu membuka percakapan, dari luar pendopo istana datang seorang Penjaga dengan langkah yang tergesa gesa.

" sembah hormat hamba gusti ratu "

" ada apa penjaga ? "

" utusan adipati Blambangan Kebo marcuet ingin menghadap gusti ratu"

" oh......dia lagi, ini adalah kali ketiga dia mengirimkan utusan "

Sejenak gusti ratu berpikir untuk mencari jawaban yang tepat.

" suruh dia menghadap "

" sendiko gusti ratu "

Seorang pria dengan tubuh tinggi besar memasuki pendopo istana, dia datang bersama puluhan pengiring yang membawa beberapa kotak yang tidak diketahui isinya.

" perkenalkan dirimu "

" sendiko gusti ratu, nama hamba Kebo dhiro, salah satu senopati kadipaten Blambangan  "

" apakah kedatanganmu untuk mengirimkan surat dari adipati Kebo marcuet yang isinya sama dengan sebelumnya ? "

Dari reaksi tubuhnya jelas terlihat, jika Kebo dhiro sangat terkejut dengan ucapan gusti ratu tersebut.

" saya tidak tahu gusti ratu ?"

Tanpa ucapan, gusti ratu langsung menjulurkan tangan kanannya, dan Kebo dhiro paham dengan apa yang dimaksud.

Sambil jongkok, Kebo dhiro menyerahkan surat yang dia bawa.

Semua orang yang ada pendopo istana tertunduk, tidak ada yang berani melihat gusti ratu saat membaca surat tersebut.

Namun tiba tiba semua dikejutkan oleh tindakan gusti ratu yang melemparkan surat dari daun lontar kearah Kebo dhiro.

Dengan wajah penuh amarah gusti ratu bangkit dari kursi singgasana dan jari telunjuknya langsung menunjuk Kebo dhiro.

" bangsat adipati buruk rupa itu, berani beraninya dia mengancamku, kau baca Kebo dhiro .."

Ujarnya dengan lantang.

Dari raut wajah dan gerak geriknya, Kebo dhiro terlihat begitu tenang membaca surat tersebut, sangat terlihat jika dia tidak takut sama sekali dengan para ksatria Majapahit.

" jika anda tidak memberi jawaban saat ini, adipati Kebo marcuet masih bersabar hingga tiga purnama, jika belum juga ada jawaban dari anda gusti ratu, maka kami akan menyerang Majapahit "

Mendengar isi surat yang dibaca Kebo dhiro, patih Loh gender langsung bangkit dari duduknya.

" bangsat.., akan aku hancurkan Blambangan Kebo dhiro...."

" tidak semudah itu Loh gender, kalian semua tidak ada apa apanya denganku "

Ucapan sombong Kebo dhiro langsung ditanggapi semua pria yang ada di pendopo istana dengan mencabut keris masing-masing.

" ayo kita buktikan diluar "
tantang Kebo dhiro.

Walau ada belasan orang yang mengepungnya dengan keris tergenggam di tangan, tidak terlihat rasa takut pada diri Kebo dhiro.

" majulah kalian semua..."
tantang Kebo dhiro.

" tidak perlu kalian semua maju, untuk orang macam ini, aku saja sudah cukup "

Ujar Layang seto yang juga tidak kalah sombongnya dengan Kebo dhiro.

" majulah kau anak Loh gender "

Tindakan Layang seto ini didasari rasa ingin menjadi pahlawan di hadapan gusti ratu Dyah kencana wungu.





Ksatria Majapahit 4 Legenda Jaka UmbaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang