Bab Sembilan

2.2K 400 155
                                    

Ujian kenaikan tingkat dan ujian kelulusan dilaksanakan selama dua minggu. Minggu pertama diisi dengan ujian tertulis seputar pengetahuan dasar dan ujian praktik, sedangkan minggu kedua digunakan untuk pertandingan antarsiswa yang menggunakan sistem simulasi perang sesungguhnya.

Dua hari pertama di minggu kedua digunakan untuk pertandingan antarsiswa tingkat pertama lalu dua hari setelahnya untuk pertandingan antarsiswa tingkat dua. Meskipun tidak keluar sebagai siswa terbaik di tingkat kedua, Alicia mampu naik tingkat dan akan memulai kembali kelasnya tiga bulan lagi.

Hari ini akan menjadi pertandingan final antarsiswa tingkat tiga setelah kemarin seharian penuh kedua puluh satu siswa saling bertarung untuk mendapatkan posisi puncak. Tentu saja Celena mendapatkan posisi itu setelah memenangkan empat pertandingan dengan mudah.

Selama empat pertandingan itu, Celena hanya menggunakan Mana untuk menguatkan serangan dan pertahanan fisik saja. Ia belum menggunakan sihir karena merasa belum perlu. Bagi Celena, tindakan menyerang lawan yang sudah tidak berdaya karena pedangnya dengan sihir adalah tindakan yang membuang-buang tenaga saja.

Celena menengadahkan pandangan dan melihat Will memasuki tempat khusus raja, para pemimpin wilayah, dan bangsawan menonton ujian ini bersama Dan. Dari kejauhan, Celena bisa melihat Will menyapa mereka yang telah duduk terlebih dahulu di sana.

"Selamat datang, Will," sapa seorang pria paruh baya yang memakai pakaian formal lengkap yang terdiri dari kemeja abu-abu gelap dan jubah kebangsaan berwarna hijau emerald.

Will menoleh ke arah pria paruh baya itu lalu membuat seulas senyum di wajah. "Lama tidak berjumpa, Paman Carolus." Ia lalu berjalan mendekat. "Bagaimana kabar Paman?"

"Aku tidak pernah merasa berada di kondisi sebaik ini sebelumnya," jawab laki-laki berambut cokelat gelap yang sudah mulai beruban ini.

"Ah ... Alex masuk ke final juga ya?"

Carolus mengangguk. Sudut bibirnya yang terangkat menandakan kebanggaan dalam hatinya. "Kudengar siapa pun yang menjadi lulusan terbaik hari ini akan mendapatkan bimbingan sekaligus menjadi partner bertarung Dan nanti, ya?" timpalnya. Ia lalu menatap Will optimis. "Aku yakin Alex akan sangat berguna, baik untukmu maupun Dan."

"Yah ... memang tidak ada salahnya untuk optimis, tapi tetap memiliki sikap waspada dan rendah hati juga sangat diperlukan," balas Will. "Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kan?"

Carolus melirik ke sudut kiri arena tempat Celena sedang bersiap. "Maksudmu Alex akan kalah dari gadis tanpa nama itu?" Laki-laki yang memiliki janggut dan kumis berwarna senada dengan rambutnya ini mengalihkan tatapannya pada Will lagi. "Aku sudah mendengar dari Alex kalau dia ditemukan Dan di tengah hutan perbatasan. Sebenarnya aku masih tidak bisa memahami alasanmu mengajak seseorang tanpa identitas untuk bergabung ke Walta. Namun, satu hal yang pasti, Alex tidak akan kalah darinya."

"Ya ... kita lihat saja nanti," timpal Will santai sembari berbalik menuju kursinya. Baru beberapa langkah ia berjalan, Will kembali berhenti lalu menoleh ke Corulus sembari tersenyum. "Tapi Paman, terkadang kita perlu menggali pasir untuk menemukan mutiara."

Laki-laki berambut hitam pendek itu kembali berjalan menuju kursinya. Dan yang sedari tadi berada di belakang Will hanya bisa menahan senyum agar tidak muncul di wajahnya yang tampan. "Kata-kata yang bagus, Will."

Will menimpalinya dengan sebuah senyum.

Suara terompet yang diikuti gemuruh suara gong menggema ke seluruh penjuru arena pertandingan. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan memakai seragam pengajar akademi berjalan menuju tengah arena.

"Selamat pagi semuanya!" sapanya penuh semangat. "Hari ini akan menjadi hari penentuan siapa yang akan menjadi lulusan terbaik tahun ini. Setelah melalui pertandingan sengit, sekarang hanya tersisa dua orang yang siap untuk merebut gelar lulusan terbaik tahun ini."

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang