Bab Sepuluh

2.1K 376 70
                                    

"Bagaimana penampilanku?" tanya Will sembari mengibaskan jubah bertudung berwarna cokelat ke belakang.

Dan dan Celena mengamati penampilan Will dari bawah ke atas. Tidak seperti biasanya, hari ini Will hanya memakai kemeja lengan panjang tak berkerah berwarna cokelat muda yang dipadukan dengan rompi hijau tua dan celana panjang cokelat tua. Pakaian itu jauh lebih sederhana dibandingkan pakaian sehari-harinya yang terdiri dari beberapa lapis kain sutra.

"Kau semakin tidak terlihat seperti seorang raja," komentar Dan sekenanya.

"Jangan meledekku dong! Jangan memperjelas kenyataan kalau aku terlahir tanpa aura raja," timpal Will sambil mengerucutkan bibirnya. "Yah ..., tapi aku anggap ini sebagai pujian karena itu berarti penyamaranku sangat sempurna."

Hari ini adalah hari yang dijanjikan bagi Kerajaan Clarion dan Kerajaan Walta untuk bertemu dan membahas kelanjutan aliansi dua kerajaan ini. Pertemuan yang dilakukan secara rahasia ini membuat Will harus menyamarkan penampilan guna mencegah adanya serangan mendadak dari kerajaan lain begitu tahu dia meninggalkan Walta. Begitu pula dengan Dan dan Celena yang bertugas sebagai pengawal Will. Mereka menggunakan pakaian yang cukup santai dan jubah bertudung berwarna cokelat.

"Oh ya Celena, kau bisa menggunakan pedang ini," kata Dan sembari menyerahkan sebuah pedang panjang bersarung cokelat tua ke arahnya. "Pedangmu masih dalam perbaikan, kan?"

Pedang milik Celena cukup mengalami kerusakan yang parah pascapertandingan final dengan Alexander sehingga perlu perbaikan dan perawatan. Jika tidak, pedang itu akan rusak dan hancur dalam kurun waktu yang singkat.

Tentu saja Celena tidak menginginkannya. Bagaimanapun juga pedang itu adalah salah satu benda yang berada di sampingnya ketika ia sadar di dunia. Pedang itu adalah kunci untuk menemukan jati diri Celena yang sebenarnya. Meskipun sedikit kecewa karena tidak bisa menggunakan pedangnya saat melaksanakan tugas pertamanya sebagai seorang kesatria magang, Celena merasa ini adalah pilihan terbaik. Lagipula dia hanya mengawal Will dalam perundingan. Tidak akan ada pertarungan, kan?

Celena menengadahkan kedua tangan dan menerima pedang itu. "Terima kasih."

"Baiklah, waktunya berangkat!" seru Will. Entah kenapa laki-laki itu cukup bersemangat hari ini. "Alicia, Ahn tolong jaga kerajaan ini selama aku pergi, ya."

"Ya, serahkan saja padaku," jawab Ahn dan Alicia hampir bersamaan. 

***

Kuda cokelat tua yang ditunggangi Will melaju di depan Dan dan Celena. Mereka baru saja melewati distrik perbelanjaan di Kota Atla dan sebentar lagi mereka akan sampai di gerbang terluar Kerajaan Walta.

Kota Atla yang menjadi ibukota Kerajaan Walta memang terletak sangat dekat dengan hutan perbatasan Walta dan Clarion. Ini memang suatu hal yang tidak biasa bagi suatu kerajaan, tapi ada kemungkinan peletakkan ibukota yang dekat dengan perbatasan kerajaan lain ini dipengaruhi hubungan dekat antara pendiri dua kerajaan.

Sepanjang perjalanan, tidak ada seorang pun yang mengenali mereka bertiga. Orang yang lalu lalang di distrik ini tidak terlalu memperhatikan dan hanya menganggap mereka sebatas pengelana lewat. Selain memakai jubah bertudung, hawa keberadaan mereka yang tipis ini juga dipengaruhi sihir aura Will, yakni Obscure, sebuah sihir yang mengaburkan atau menurunkan aura seseorang.

Will menjelaskan kalau setiap orang memiliki aura unik. Namun, ketika seseorang sudah terbiasa membaur di masyarakat, aura orang itu akan menyatu dan membuatnya mudah dikenali.

Meskipun terlihat sederhana, sihir Obscure sebenarnya cukup berbahaya. Memang sihir ini sangat berguna untuk Will, terutama jika ia harus keluar dari kerajaan untuk pertemuan atau mengecoh musuh yang ingin memenggal kepalanya. Namun, di sisi lain sihir ini sangat cocok untuk sekelompok pembunuh bayaran karena bisa menghilangkan jejak pembunuhan yang mereka lakukan.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Where stories live. Discover now