Bab Enam Belas

1.7K 329 35
                                    

Apa-apaan laki-laki itu?

Mata berwarna hitam gelap milik pria bertubuh besar itu menatap nanar pemandangan mengerikan yang ada di depannya. Hampir setengah dari anggota kelompoknya sudah terkapar di tanah dengan kondisi tertebas di perut, lengan, kaki, dan bahkan leher.

Bagaimana bisa laki-laki itu bergerak sangat cepat? Pria bertubuh besar itu masih mencoba mencerna setiap pergerakan yang dibuat Dan.

Kami harus melarikan diri dari sini sebelum laki-laki itu mengambil lebih banyak nyawa.

Pria bertubuh besar itu lalu mengalihkan tatapannya pada Celena yang masih memegang gagang pedang. "Semuanya, dengarkan aku! Abaikan saja laki-laki itu dan serang gadis yang membuat penghalang! Kita harus melarikan diri dari sini sekarang juga!"

Mendengar perintah dari pemimpin mereka membuat beberapa orang anggota yang tersisa langsung menyerbu ke arah Celena.

"Yosh, sudah saatnya bagi kita untuk bergabung dalam pertarungan ini," kata Cho sembari memasang posisi kuda-kuda. "Mira, kita lakukan seperti biasa."

"Ok," sahut Mira sambil berjalan mendekati Celena. Ia lalu mengarahkan tangannya ke depan. "Ice Barrier."

Begitu mantra itu terucap, sebuah lapisan dari es berwarna kebiruan muncul ke permukaan. Lapisan yang terlihat sangat kuat dan mustahil untuk dihancurkan tanpa sihir ini melindungi Celena dan Mira dari dalam.

Gadis bertubuh kecil itu lalu mengarahkan kedua tangannya ke depan. Arah matanya tertuju pada lima anggota perampok yang berlari ke arah Cho. "Fog."

Kabut tipis yang semakin lama terlihat semakin pekat mulai menyelimuti area hutan sepanjang beberapa meter. Tentu saja kabut itu berhasil membuat sekelompok orang berhenti berlari ke arah Cho. Hawa dingin yang ikut tercipta membuat kawanan perampok itu memeluk tubuhnya sendiri atau memegang senjata mereka dengan gemetar.

"Kenapa kau membuat kabut? Bukankah itu akan merugikan Cho?" tanya Celena polos.

Mira melirik sekilas ke arah Celena sebelum mengarahkan tatapannya lagi ke depan. "Justru di dalam kabut itulah Cho akan lebih diuntungkan."

"Kenapa?"

"Kita sebagai manusia normal pasti akan kesulitan untuk melihat di kabut ini, tapi tidak bagi Cho. Cho bisa mengetahui posisi lawan melalui cahaya yang terpancar dari bentuk jiwa mereka. Memang ada kemungkinan lawan melakukan serangan dari belakang, tapi dia sudah terbiasa mengasah instingnya. Jadi, bisa dibilang gadis bar-bar itu hampir tak terkalahkan bahkan di dalam kabut tebal sekali pun."

Sementara itu di dalam kabut tebal, Cho masih berada dalam posisi siap menyerang. Bola matanya yang berwarna hitam bergerak dari kanan ke kiri. Ia seperti sedang memastikan posisi musuh yang berlari ke arahnya tadi.

"Sudah waktunya bergerak. Aku tidak ingin mati kedinginan gara-gara kabut ini," ucapnya.

Gadis itu membungkukkan badan dan memusatkan seluruh kekuatan pada kakinya. Cara itu berhasil membuat Cho bisa melesat jauh ke depan dan langsung membunuh satu orang anggota perampok dengan pisau tombaknya.

"Satu." Ia memutar tombaknya ke sisi kiri dan pisau tombak itu berhasil melukai dada anggota perompak lain. "Dua."

Dua orang anggota perampok berlari bersamaan dari sisi kanan dan kiri Cho. Cho kembali memutar tombaknya dan memukul perut dua anggota perompak itu secara bergantian dengan ujung gagang tombak yang tumpul. Pukulan kuat itu langsung mengenai ulu hati dan membuat mereka tak berdaya. "Tiga. Empat."

"Hiyaaahh!!" Enam orang yang sepertinya bala bantuan dari barisan depan berlari dari berbagai arah seperti mencoba mengepung gadis buta itu.

Cho memutar badannya satu lingkaran penuh dan membuat pisau tombaknya langsung mengenai perut keenam orang itu. Tak hanya melukai musuh, gerakan memutar ini juga berhasil menghilangkan kabut yang diciptakan Mira dan membuat area hutan ini kembali terlihat.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora