Bab Tiga Puluh Satu

1.5K 322 52
                                    

"Kau pasti merasa senang melihat kekacauan di pasukanku," kata Carolus kesal. Pria paruh baya itu sebisa mungkin menjaga ekspresinya agar tetap tenang. "Yah ... memang tak dapat dipungkiri terkadang ada kerikil-kerikil kecil yang menghalangi jalan menuju kemenangan bahkan untuk diriku sekali pun."

Will tertawa terpingkal-pingkal. Tawa keras yang baru kali ini Will tunjukkan membuat Ahn, Alicia, dan Lily menatap raja mereka heran sekaligus bingung.

"Apakah Paman masih belum sadar juga?" tanya Will di sela tawanya. "Apakah Paman masih merasa kalau semua hal yang terjadi hari ini itu masih berjalan sesuai dengan rencana Paman?"

"Apa maksudmu?"

"Apa Paman tahu alasan Gilbert, Aaron, dan Robert berkhianat padamu? Itu karena sejak awal mereka tidak pernah menundukkan kepalanya padamu," jawab Will. Laki-laki itu menunjukkan senyum sekilas di wajahnya setelah melihat Carolus terkejut. "Aku tahu kalau Paman membutuhkan kekuatan seluruh pemimpin wilayah untuk bisa menyamai kekuatan istana. Namun, sayangnya Gilbert, Aaron, dan Robert tidak tertarik bergabung dengan rencana Paman.

"Paman dan pemimpin wilayah lainnya lalu mengancam akan membunuh orang yang mereka cintai jika mereka tidak bergabung dengan aliansi itu. Tentu saja aku mengetahui itu bahkan tanpa diberitahu oleh mereka.

"Aku lalu memerintahkan mereka untuk pura-pura takut pada ancaman itu dan tunduk pada perintah kalian. Aku ingin membuat mereka menjadi duri dalam daging pada pasukanmu nanti," jelas Will lalu tersenyum lebar.

Melihat senyum di wajah Will membuat Carolus kesal. Ia mengepalkan kedua tangan untuk menahan kekesalannya.

"Ledakan misterius yang membunuh satu pasukan milik Paman tadi itu adalah ulahku," lanjut Will tanpa merasa bersalah. Laki-laki itu meregangkan jari-jari tangan kanannya. "Aku menanamkan sihir ledakan yang terbuat dari gabungan sihir api dan sihir aura di tempat pasukan Paman berpijak sekarang. Aku hanya perlu mengucapkan 'Yah ... mau bagaimana lagi. Jika itu alasanmu, aku tidak bisa menyalahkanmu' dan sihir itu akan aktif.

"Seperti dugaan bawahan Paman tadi, sihir ledakan itu adalah sinyal yang kuberikan pada Gilbert, Aaron, dan Robert untuk mulai menyerang pasukan Paman."

Carolus kembali terkejut. "Bagaimana caranya kau bisa membuat ledakan sebesar itu? Bukankah kekuatanmu belum kembali sepenuhnya?"

"Yah ... meneleportasikan empat ribu orang memang cukup melelahkan, tapi itu tidak menguras kekuatanku. Kurasa aku hanya mengeluarkan sebanyak sepuluh sampai dua puluh persen dari total kekuatanku untuk itu," jawab Will santai.

Napas Carolus tercekat mendengarnya.

Will tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Paman terlihat sangat terkejut," kata laki-laki berambut hitam pendek itu. Ia lalu mengeluarkan kalung emas berliontin permata ruby dari saku celananya dan menunjukkannya pada Carolus. "Aku memanfaatkan barang yang Paman berikan pada Celena ini."

Mata cokelat milik Carolus kembali terbelalak.

"Aku tahu, selain harus mendapatkan dukungan penuh dari seluruh pemimpin wilayah, Paman juga harus memiliki seseorang yang mampu menciptakan celah. Peran itu sangat cocok diberikan pada orang Walta baru yang sedang mencari jati diri, seperti Celena.

"Apakah Paman ingat insiden salah satu pilar istana yang roboh karena sihir Alicia? Akulah orang yang membuat sihir Alicia tidak terkontrol dan menyerang ke arah Paman. Untungnya, Celena bergerak sesuai dengan prediksiku dan membuat Paman tertarik padanya.

"Jadi, bisa dibilang akulah orang yang menyarankan Celena untuk dijadikan kambing hitam dalam peperangan ini pada Paman," jelas Will. Ada penekanan di kalimat terakhir yang dia ucapkan.

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Where stories live. Discover now