Bab Tiga Belas

1.9K 334 23
                                    

Celena berjalan melalui koridor istana. Sama seperti hari sebelumnya, hari ini Istana Permata Hijau terlihat ramai. Beberapa orang terlihat lalu lalang membawa berkas, baik itu berkas dari pos penjagaan, perpustakaan, atau ruang kerja Will.

Kabar tentang berakhirnya aliansi antara Walta dengan Clarion ini cukup memicu kepanikan masyarakat dan bangsawan sampai membuat beberapa orang di perbatasan mengungsi ke Kota Atla karena takut daerah itu akan menjadi medan peperangan. Tentu saja kepanikan masyarakat bukan hal yang mudah untuk diselesaikan. Seseorang seperti Will saja baru bisa meredam kepanikan rakyatnya tiga hari pasca perundingan itu.

"Yo!" sapa Dan yang tiba-tiba muncul dari balik pilar berwarna putih.

"Oh ... h-hi," balas Celena sedikit terbata-bata karena terkejut akan kemunculan Dan yang mendadak.

"Sudah berapa hari aku tidak melihatmu?" tanya Dan yang terdengar seperti berbicara sendiri. "Empat hari?"

"Tiga hari."

"Tiga hari, ya?" ucap Dan sembari menggaruk-garuk tengkuk leher yang mungkin sebenarnya tidak gatal. "Terus berada di sisi Will membuatku lupa waktu."

"Bagaimana kabar Will? Kulihat tiga hari ini banyak sekali orang yang mencarinya."

"Dia? Dia baik-baik saja kok. Ya, walaupun dia sering sekali tertidur atau mencoba kabur dari pekerjaannya."

Celena hanya tersenyum membayangkan Dan yang berkali-kali membangunkan Will atau menangkap Raja Walta itu kabur dari ruang kerja.

"Oh ya, hampir saja lupa. Will memanggilmu."

"Memanggilku?" tanya Celena sembari menunjuk dirinya sendiri.

Dan mengangguk. "Ada misi baru untukmu."

***

Will terlihat sedang membaca dokumen bersama Ahn ketika Dan dan Celena masuk ke ruang kerja. Ruang kerja yang biasanya terlihat luas kini terasa sesak karena penuh dengan dokumen dan buku yang disusun asal-asalan di meja kerja atau lantai sekeliling Will.

"Ah, kalian sudah datang," sambut Will hangat. Ia lalu menatap Celena. "Maaf ya sudah membuatmu datang kemari. Aku tidak menganggumu, kan?"

Celena menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Kebetulan hari ini aku tidak membantu Putri Alicia berlatih."

"Syukurlah kalau begitu," ujarnya lalu tersenyum. Namun, tak lama senyum itu pun menghilang dari wajah Will dan berganti dengan ekspresi serius. "Mungkin kau sudah mendengar dari Dan kalau aku punya misi untukmu."

Celena mengangguk. "Apa misi untukku?"

Will menangkupkan kedua tangan lalu menopang dagunya di sana. "Aku yakin kau menyadari kalau akhir-akhir ini istana jauh lebih ramai dari biasanya. Itu karena sekitar dua minggu lagi akan ada pertemuan seluruh pemimpin wilayah di sini."

"Pertemuan seluruh pemimpin wilayah? Apakah pertemuan itu diadakan karena hasil perundingan kemarin?" tanya Celena.

"Bisa dikatakan tidak. Pertemuan ini merupakan pertemuan rutin yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Jadi, penetapan waktu pertemuan yang berdekatan dengan perundingan sebenarnya hanya sebuah kebetulan meskipun hasil perundingan itu akan menjadi salah satu topik nanti."

Celena mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda ia mengerti.

"Maka dari itu, aku ada misi untukmu. Lebih tepatnya untuk kalian berdua," lanjut Will sambil menatap Dan dan Celena bergantian.

"Kami berdua?" tanya Dan sembari menunjuk dirinya dan Celena.

"Ya, kalian berdua," jawab Will pasti. "Aku ingin kalian menyelidiki situasi di daerah perbatasan wilayah selatan atau lebih tepatnya Kota Lamian dan Kota Wade."

Jilid I. Celena and The Born of New Sword [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя