Mad

403 37 2
                                    

Just my imagination.
Don't Judge.
Leave this work if you don't like it.
Don't copas.



Setelah insiden es krim Jae yang meleleh, papa langsung diusir oleh Jae dari kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Sebenarnya tidak masalah bagi Daniel, tapi ia tidak menyangka aksi ngambek Jae berlaku sampai keesokan harinya.

Jae bukan anak yang malas sekolah, tapi sekarang sudah lewat dari jam bangunnya dan Jae belum bangun juga. Daniel hanya menghela napas berat, ini salahnya juga menggodanya sampai anaknya ngambek begitu.

“Jaeee.. ayo bangun kamu ga mau sekolah?”

Jae masih setia bergelung dengan selimutnya. Namun, Daniel dapat melihat pergerakan-pergerakan kecil yang dibuat oleh Jae dan ia meyakini kalau anaknya itu sudah bangun.

“Jaee papa ga pernah ngajarin kamu males sekolah ya” ucap Daniel.

“Iya! Tapi kata grandma papa dulu suka bolos! Kenapa Jae ga boleh?!”

Akhirnya Jae menjawab walau dengan nada kesal. Itu lebih baik bagi Daniel dibanding ia didiamkan terus menerus.

Btw, memang benar Daniel sering bolos saat sekolah. Ya.. begitulah, Daniel memang bukan tipe murid teladan.

“Jaeee kamu kan bukan anak nakal kaya papa, Jae anak baik okeyy? Ayo bangun nanti papa telat”

“Biarin aja Jae ga mau sekolah!”

“Yakin?”

“Iyaa!”

“Yaudah papa izinin ke saem yaa, nanti papa bilang Jae nya ga mau sekolah biar dicap jadi anak males”

Jae masih diam tak berkutik. Dapat ia dengar papanya yang menelfon saem nya, mungkin papanya sengaja me-loadspeak telfonnya agar dirinya dengar. Jujur ia malu, papanya benar-benar mengatakan yang sejujurnya. Dengan tak tau dirinya, Jae menghampiri papa dan merampas ponsel papanya kasar.

“Halo saem, jangan dengerin papa. Tadi papa cuma bercanda hehe, Jae masuk hari ini. Babai saem annyeong”

“Nde”

Setelah meneutup sambungan telfon tersebut, Jae segera mengembalikan ponsel papanya. Namun, Daniel tidak juga mengambil ponsel yang disodorkan oleh Jae. Daniel hanya menatap heran anaknya. Tadi bilang tidak mau sekolah, trus sekarang malah dirinya yang seperti dipermainkan.

“Jaee.. Jae anak baik kan?”

Nada bicara Daniel tiba-tiba berubah. Ia memang sering mentolerir perbuatan Jae yang terkadang diluar nalar. Tapi untuk kali ini, ia tidak bisa mentolerirnya.

Jae hanya menunduk dalam, ia merasa terintimidasi mendengar nada bicara papanya yang terkesan lembut namun sarat akan kemarahan.

“Jawab papa Jae..” ucap Daniel penuh penekanan.

“Jae anak baik papa” jawab Jae sambil menunduk dalam.

“Papa percaya Jae anak baik, tapi tadi apa yang Jae lakuin sama papa? Ngerampas ponsel papa kasar, memotong pembicaraan papa sama saem di telfon” Daniel menjeda ucapannya sejenak sambil memperhatikan perubahan ekspresi anaknya yang terlihat akan menangis.

“Anak baik ga melakukan itu Jae. Sekarang tau apa yang harus Jae lakuin ke papa?”

“Jae minta maaf papa, Jae ga bakalan ngulangin lagi. Jae mau jadi anak baik. Jangan marah Jae ga suka papa marah sama Jae TT”

Bulir air mata mulai mengalir di pipi cabi Jae. Ia pun mengusapnya kasar karena merasa gatal saat air itu melewati pipinya.

“Papa pegang janji kamu ya. Maafin papa juga”

Good Papa Good Jae [Daniel - Jaehwan]Where stories live. Discover now