INSOMNIA

374 35 8
                                    

Just my imagination.
Don't Judge.
Leave this work if you don't like it.
Don't copas.



“Papa” panggil Jae pada papanya yang sedang sibuk dengan kertas-kertas yang tak ia ketahui isinya apa.

“Ya Jae?” balas Daniel tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas tersebut.

“Ga jadi” Jae langsung mengurungkan niatnya untuk berbicara.

Daniel pun langsung menaruh kertas-kertas tersebut dan mengalihkan atensi penuhnya pada Jae yang sedang bersandar di sofa ruang kerjanya.

“Kenapa hmm?”

“Ga jadi. Pacaran aja terus sama kertas itu”

Jae itu pencemburu, ga bisa diselingkuhin sama kertas-kertas yang menurut Jae membuat kepalanya pusing saat ia melihat banyak angka disana.

“Iya-iya maafin papa yaa.. sekarang bilang, tadi Jae mau ngomong apa?”

Daniel menghampiri Jae dan meninggalkan pekerjaannya sejenak. Ia juga sudah lelah sedari tadi terus menghitung pendapatan perusahaan.

“Jae ngantuk papa” ucap Jae sambil menyandarkan kepalanya di bahu tegap sang papa.

“Kenapa ga tidur aja hmm?” Daniel mengusap-usap rambut halus Jae pelan.

“Jae juga maunya gitu tapi mata Jae ga bisa ditutup” ucap Jae bersungut-sungut sambil melihat wajah papanya dari samping.

“Udah coba itung anak domba?” tanya Daniel.

“Belum” jawab Jae sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Biasanya jika Jae tidak bisa tidur, Daniel akan menyuruh anaknya untuk menghitung anak domba yang melompat-lompat. Kekanakan sekali memang, tapi itu cara ampuh untuk membuat Jae tertidur pulas.

“Coba hitung anak domba kamu udah ada berapa”

Jae pun mencoba untuk mengikuti perintah sang papa. Ia mulai memejamkan matanya sambil mulai menghitung anak domba.

“Satu.. dua.. tiga.. lima”

“Loh? Abis tiga kan empat Jae”

“Iya papa tapi tadi anak dombanya yang lompat dua, jadinya langsung lima”

Daniel menggelengkan kepalanya heran. Ada-ada saja anaknya ini.

“Dua puluh.. dua puluh satu..”

Setelah menghitung anak dombanya yang kedua puluh satu. Jae pun membuka matanya dan menatap kesal pada Daniel.

“Papa! Kenapa anak dombanya ga abis-abis? Jae cape ngitungnya!”

“Emang biasanya anak dombanya ada berapa?”

“Lima belas”

“Wahh bagus dong, berarti anak domba kamu makin banyak”

“Tapi Jae ga suka! Jae mau pulang papa! Jae ngantuk! Jae ga bisa tidur disini!” Jae menonjok-nonjok brutal dada papanya.

“Eh? Tapi kerjaan papa gimana Jae?”

Bukannya Daniel menolak permintaan Jae, tapi kerjaannya sedang menumpuk. Ia pun mencari cara agar Jae bisa tidur disini dan menunggunya sampai pekerjaannya selesai.

Daniel menarik Jae kedalam pelukannya, memberikan usapan-usapan lembut di punggung Jae agar anaknya merasa nyaman.

“Tutup matanya” ucap Daniel yang terdengar seperti perintah di telinga Jae.

Good Papa Good Jae [Daniel - Jaehwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang