17. Masalahnya

54 26 1
                                    

"Frida. Frida, hei."

"Mmm ... ya, Bi?" Sahutku, lirih, diiringi dengan menguap.

"..."

"Bangun. Ikut bibi sebentar."

"Hmm ... kemanah?" Jawabku sambil mengusap-ngusap kedua mata.

"Ikuti saja. Cepat."

Aku kemudian turun dari tempat tidur Grisnald kemudian keluar dari kamar. Bibi memegangi tanganku, dia memimpin jalan di depan.

Aku tidak tahu aku mau digiring ke mana. Kuperhatikan hari masih dalam keadaan gelap dan dengan kepala yang masih terasa berat serta cara jalanku yang linglung karena masih mengantuk, aku berusaha mengekori bibi sampai tiba di suatu kamar, terus masuk ke kamar tersebut, lalu aku dihadapkannya ke layar komputer yang sedang menyala.

Bibi kemudian mengambil kursi, terus mendekatkan kursi tersebut ke meja komputer tadi lalu ia menyuruhku untuk duduk di kursi yang baru saja ia ambil barusan.

Tidak lama setelah itu, ia lalu izin padaku untuk keluar sebentar.

Dengan mata yang masih mengantuk-mengantuk, aku memperhatikan seisi kamar ini lalu kembali memandangi layar komputer. Layar komputer tersebut kulihat tengah menampilkan sebuah halaman web bertuliskan "Selamat datang calon peserta didik bar-"

Tunggu.

Aku kemudian berusaha membuat mataku yang tertutup-terbuka ini terbuka selebar-lebarnya dan tetap terjaga dan dapat memperhatikan dengan benar halaman web tersebut. Terus aku kemudian mulai membaca isi web itu lagi.

Selamat datang peserta didik baru tahun ajaran ...

Pendaftaran siswa/siswi dimulai tanggal ...

Tu-tunggu dulu.

Ini adalah halaman web daftar online-nya sekolah yang akan kumasuki!?

Suara pintu kamar yang sedang dibuka mendadak mengejutkankanku dan membuatku semakin membuka mata ini lebar-lebar. Aku menengok ke belakang, terus mendapati bibi ternyata sudah kembali.

Bibi membawa sebuah nampan yang di atasnya ada termos kecil dan dua cangkir bergagang berbahan keramik. Bibi mendekat ke sebelahku kemudian meletakkan nampan itu di meja lain di dekat meja komputer. Terus bibi kemudian mulai menuangkan isi dari termos tersebut ke kedua cangkir barusan, tampak kepulan uap keluar ketika ia menuangkan airnya.

"Coklat panas. Minumlah." Terang bibi, kemudian ia meraih duluan salah satu cangkirnya lalu mulai menyeduh minuman tersebut.

Kukira kopi tadi. Tapi biarlah, yang membuat mataku melek menurutku adalah air panasnya, bukan kopinya. Aku lalu mengambil bagianku.

"Aku harus bagaimana ini, bi?" Tanyaku meminta penjelasan mengenai apa yang ada di layar komputer tadi sambil ikut menyeduh.

Bibi menurunkan cangkir coklat panas yang ada di tangan kirinya sejajar dengan dada lalu ia meraih mouse dengan tangan kanannya, terus ia geser-geser mouse tersebut kemudian ia mulai gerakkan ke suatu arah.

Tampak pointer mouse berbentuk panah di layar komputer itu bergerak kemudian mendekat ke tautan menu yang ada di halaman tersebut. Bibi lalu mengklik salah satu tautan menu di sana, dia mengklik menu pengisian formulir pendaftaran kemudian halaman web tersebut, tampilannya berganti menjadi sebuah lembar isian pendaftaran, bertuliskan pilihan jalur pendaftaran dengan teks tebal kemudian di bawahnya ada tulisan jurusan satu dan di sampingnya ada kotak persegi panjang, lalu di bawahnya ada jurusan dua yang keadaannya juga sama dan banyak kotak-kotak lain di bawahnya lagi yang mesti diurus.

"Ini apa?" Tunjukku ke layar komputer yang sedang tampil sekarang.

Bibi tampak menggerakan mouse itu lagi lalu pointer mouse di layar komputer tersebut bergerak ke kotak pilihan jalur pendaftaran pada form pendaftaran tadi, kemudian bibi meng-klik-nya lalu kotak pilihan di sana menampilkan daftar menu kebawah yang bertuliskan 'jalur umum' dan 'jalur khusus'.

"Ini adalah jalur pendaftaran," lalu bibi kemudian membawa ke bawah pointer mouse tersebut, menyorot ke kotak pilihan jurusan "dan ini adalah pilihan jurusan akademik. Kamu mau masuk jurusan apa?"

"Jurusan?"

"Ya. SMK mempunyai itu. Apa kau tidak mengerti istilah dari 'kejuruan' dari singkatan sekolah SMK? Sekolah Menengah Kejuruan?"

"Jurusan? Seperti kuliah gitu, bi?"

"Kurang lebih begitu."

"Jadi di dalam satu kelas hanya untuk satu jurusan. Tidak bercampur-campur?"

"Iyalah," bibi lalu meletakkan cangkirnya di nampan. "jadi Frida mau memilih yang mana? Apa kamu sudah menentukan itu?"

"Mmm ...." Aku menunduk ke bawah, memandang coklat panas yang cangkirnya kugenggam di kedua tanganku lalu memainkan beberapa jariku saat menggenggamnya.

Gawat. Apa ini? Aku tidak tahu apa-apa soal ini.

"Sepertinya belum." Duga bibi melihat ekspresiku yang mungkin terlihat kebingungan penuh.

"Kita akan mengisi beberapa data." Sambung Bibi.

Aku kembali tengadah terus melihat ke layar komputer, melihat dia menggulir ke belakang trackball mouse dengan jari telunjuknya untuk membuat halaman web tersebut turun ke bawah. Dan kolom-kolom itu berganti menjadi pengisian data pribadi siswa/siswi, data asal sekolah, dan data orang tua/wali.

Kemudian bibi menggulir halaman web itu kembali ke atas, ke bagian awal. "Bibi dapat mengisi data yang barusan bibi tunjukkan, tapi ini adalah bagianmu. "Jelas bibi, menunjuk-nunjuk kolom jurusan yang mesti aku pilih.

"Tu-Tunggu sebentar."

Kulihat bibi menghela napas. Lalu dia mengklik papan tabulasi di peramban internet. Bibi sedang mengunjungi halaman utama web calon sekolahku. Dia memperlihatkan semua daftar jurusan yang ada di sana. Farmasi, Multimedia, Adminstrasi Perkantoran, Teknik Komputer & Jaringan, Akuntansi dan Tata Busana.

Eh? Astaga. Bagaimana ini ... apa yang harus kuperbuat?

Aku yang tadi memandangi layar komputer, melihat daftar jurusan, kembali mengarahkan pandangan ke bibi lagi, masih memberikan ekspresi kebingungan ke dia, sebab aku benar-benar bingung!

Bibi kemudian geleng-geleng, terus ia mencari sesuatu di meja komputer lalu dia menemukan dan mengambil selembaran kertas terlipat-lipat yang terlihat agak berwarna-warni kemudian ia berikan kertas tersebut padaku, yang setelah kulihat ternyata itu adalah sebuah brosur sekolah.

"Di sana sudah dijelaskan jurusan apa saja yang ada, apa yang akan dilakukan di jurusan yang kamu pilih dan apa yang akan kau lakukan nanti setelah lulus dari jurusan tersebut." Terang bibi.

"Bukan itu, bi. Masalahnya-"

"Lalu?"

"Mmm ..." Aku membuka-menutup lipatan lain pada brosur tersebut kemudian memandangi itu kertas.

***

Adiknja (SELESAI)Where stories live. Discover now