98. Bawa Dia Ke Sini

13 2 0
                                    

"Heh ... aku baru tahu."

"Ciee, yang malas bicara."

"Apaan, sih?"

Arillia tersenyum.

"Kalau begitu bisa tolong bantu aku berteriak "puding lembut-puding lembut", Frida? Biar kudapan buatanku habis terjual? Masih banyak ini. Bantu, ya ...." Bujuk Arillia sambil mengarahkan salah satu jarinya ke kemasan plastik berbentuk cangkir kecil yang ada di meja stan, yang totalnya masih ada sepuluh buah.

Kamu itu ....

"Kenapa?"

Fix sudah. Aku yakin sekali Arillia akan mengulanginya lagi. Arillia akan mencoba melakukannya lagi padaku. Keusilan apa yang kali ini akan dia lakukan? Apa dia akan mengikutkan kakak genit itu ke dalam kejahilannya?

Itu berbahaya sekali.

Namun aku harus ekstra tenang dan tidak boleh menunjukkan ke Arillia kalau aku merasa tidak nyaman dengan kedatangan atau keberadaan kakak genit dan Elisha itu. Kalau dia tahu keadaanku tersebut ia akan memanfaatkan itu sebagai bahan keusilannya, dia akan semakin menjadi-jadi.

"Puding, kak ...."

Namun iya, ya ... bukan sepertinya lagi, tapi dia sudah tahu kalau aku menyembunyikan hal tersebut saat dia memberikanku senyuman pas ciee-ciee barusan. Buktinya saja dia sudah mulai menggodaiku dengan sesuatu hal yang menjurus ke situ saat ini.

"Puding lembut ...."

Nah, nah.

Dia menggodaiku sekarang. Ia mulai mencari hiburan dariku. Dia mengatakan itu sambil membuat dua telapak tangannya dimulut seperti gesture orang mau berteriak agar lebih kencang teriakannya ke arah Kakak genit dan Elisha, namun dia melakukan itu secara pelan dan berbisik-bisik, tidak berteriak sungguhan lalu tersenyum padaku tiap kali ia selesai melakukan hal tadi.

Meski aku tidak berhasil menghilangkan kesempatan dia dan ia sudah terlanjur memanfaatkan itu padaku sekarang, aku tetap tidak boleh membiarkan perempuan ini melakukannya secara penuh seratus persen.

Kalau aku laki-laki hatiku pastinya akan jingkrak-jingkrak kegirangan ada perempuan semanis Arillia, berduaan denganku, terus mengajakku bercanda ria seperti ini.

Tapi sayangnya aku perempuan, yang ada aku hanya merasa terganggu sekarang ini.

"Frida ...."

"Puding Frida."

"Puding Frida lembut."

Ughh, ingin sekali aku menutupi mulutnya yang sekarang bersuara seperti tante-tante seksi itu ....

Gadis seperti Arillia ini jadi begini, apa dia dibesarkan di lingkungan yang salah? Seperti satu dari salah satu orang tuanya sangat suka sekali mengajak dia bercanda? Atau kedua-duanya demikian? Atau dia punya saudara yang begitu? Atau seisi keluarganya nyeleneh semua?

Tapi ok, Arillia. Aku menerima tantanganmu. Aku adalah Frida Halisyah, kau tahu?

Bawa dia ke sini.

"Ah, kakak itu sepertinya akan benar-benar kemari." Terang Arillia datar.

Eh?

Lalu aku memperhatikan keramaian lagi.

Ternyata benar, ya ampun.

Dan yang membuat manusia itu akan kemari adalah ulah sekumpulan kelompok laki-laki distrikku yang menjadi penjaja berjalan dagangan kami.

Mereka begitu saja gitu, mendekati lalu menawari keduanya jualan distrik kami, terus Elisha dan kakak genit tersebut tertarik untuk melihat-lihat, lalu si kakak genit tampak mengambil salah satu jualan, yang sepertinya itu adalah roti lapis sadis isteri idaman buatanku, terus si kakak genit kemudian tampak bertanya pada mereka (kelompok laki-laki distrik kami) sambil menunjuk-nunjuk makanan tadi, terus salah satu dari mereka terlihat memberitahu dia lalu menunjuk ke arah sini, kemari, ke arah stan kami.

Dan kakak itu mendapatiku sekarang. Ia melirik ke arahku.

"Haaa ... dia melihat ke arah kita, Frida." Komentar Arillia masih dengan suara tante-tante.

"..." Berusaha tetap tenang, wahai diriku.

"Mau mengisi suara lagi?" Tawar Arillia, datar.

Kau ini.

"Ah, ia mengikuti kakak itu." Sambung Arillia.

Mengetahui Elisha berjalan menjauhinya, kakak genit lantas berpaling lalu mengekori Elisha yang merapat ke salah satu stan peserta MOS, yakni stan distrik hitam. Dan dia tampak ikut melakukan apa yang Elisha lakukan, yakni eye-shopping jualan distrik tersebut, namun tiba-tiba ia kudapati kembali menoleh ke sini.

"Dia melihat kemari lagi, Frida." Lapor Arillia.

Tahan terus dia di situ Elisha, setelah itu bawa dia ke mana lah begitu, asal jangan kemari. Jangan buat dia berpetualang dengan bebas di sini. Buat dia menempel terus denganmu!

Sekarang mereka jalan lagi, akan kemana lagi mereka? Apa mereka akan langsung ke sini?

Ah, mereka stop kembali, Elisha terlihat menghentikan kelompok perempuan dari distrik abu-abu di tengah sana yang sedang menjajakan sesuatu yang putih-putih, sebuah cake? Elisha tampak membelinya satu.

Tapi, ya ampun. Kakak genit tersebut melihat ke sini lagi.

"Hii ...!! Frida ...."

Aku tidak tahu Arillia itu benar-benar menjerit ketakutan sekarang atau ia masih menggodaku dengan membuat-buat ketakutannya tersebut.

Lalu Elisha dan kakak genit itu bergerak kembali. Entah mau ke mana dan mau berhenti di mana kali ini mereka sekarang.

***

Adiknja (SELESAI)Where stories live. Discover now