90. Diam! Kalian

13 1 0
                                    

Tiba-tiba, di tengah keributan dukungan-dukungan kelompok distrik yang diberikan ke peserta game 2, ada suatu kelompok yang semakin riuh berteriak "ayo-ayo!" sambil bertepuk-tepuk tangan memberi dukungan. Kucoba cari tahu dari mana asalnya itu dan ternyata suara tersebut berasal dari kelompok distrik putih yang sedang menyemangati perwakilan mereka.

Tampak gadis dari distrik putih terlihat mempercepat tangannya menarik tali seusai mendengar hal itu.

Kemudian distrikku tiba-tiba juga ikut-ikutan ribut menyemangati Arillia dengan meneriakkan "Ayo-Ayo" juga ke Arilla.

Merasa tersaingi, distrik putih lalu membalas dengan semakin nyaring berteriak "Ayo Nadira-Ayo Nadira!" yang kemungkinan kuat adalah nama milik gadis distrik putih tersebut.

Dengan masih dalam keadaan menyemangati Arillia, kelompok distrikku, mengetahui meninggikan suara saja tidak cukup untuk mendukung Arillia saat situasi distrik putih juga sedang kuat-kuatnya menyemangati. Distrikku kemudian menyadari ada peluang di sana ketika distrik putih terus mengatakan "Ayo Nadira-Ayo Nadira" saat menyemangati gadis distrik putih, lalu distrikku kemudian dengan cerdik memanfaatkan hal tersebut untuk memberikan dukungan ke Arillia secara lebih efisien dan tidak menguras tenanga dengan menyelipkan "Arillia!" sesudah distrik putih berteriak "Ayo!"-nya dan mau meneriakkan nama gadis distrik putih, dengan berteriak berteriak lebih kencang saat menyebut nama Arillia agar membuat nama gadis dari distrik putih tersebut tertumpuk dan terdengar jadi Arillia saja lagi, sementara nama gadis dari distrik putih, yakni Nadira-nya tidak terdengar

"Ayo! Nad-"

"Arillia!"

"Ayo! Nad-"

"Arillia!"

Merasa dizholimi, para kelompok distrik putih cepat memutar otak terus membalasnya dengan perlahan-lahan mengubah "Ayo" mereka menjadi kata-kata yang masih seirama tapi menjengkelkan sesudah kami berteriak "Arillia".

"Arillia!"

"Ayo!"

"Arillia"

"Loyo!!"

"Arillia."

"Loyo!!"

"Loyo!!!"

Terpancing emosi atau entah kehabisan akal, kelompokku jadi pragmatis. Di saat sebagian dari kami masih berteriak mendukung "Ayo Arillia-Ayo Arillia" beberapa orang di dalam kelompok kami menyerukan anggota-anggota yang lain untuk juga meneriaki kelompok distrik putih dengan "Huuu ... kasar-kasar!" untuk membalas perkataan loyo-loyo tadi, dan semuanya langsung setuju akan ide tersebut.

Dan pada saat kami sudah mau meluncurkan kata-kata tersebut, musuh abadi distrik putih, distrik merah mendahului kami dengan berteriak "Huuu ... kasar! kasar!" ke kelompok distrik putih berulang-ulang. Mungkin mereka berasa punya common enemy dan mereka berkewajiban untuk membantu kami karena itu.

Selanjutnya kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi sisanya pada kelompok distrik putih. Kelompok distrik putih bertambah beringas berteriak, mendukung dan menyemangati gadis dari distrik putih.

Distrikkku tidak mau kalah, mereka mulai menabuh-nabuh badan mereka sendiri seperti Gorila (tapi yang ini mereka menabuh di perut, tidak di dada) dan mulai meneriakkan nama Arillia lagi sekencang-kencangnya

"Arillia! Arillia!"

Distrik putih tidak tinggal diam, mereka lebih mengencangkan lagi, meneriakkan nama gadis dari distrik putih tersebut.

"Nadira! Nadira!"

Dan ada juga malah yang meneriaki kakak pembimbing mereka, si kakak genit, yang kebanyakan adalah para kelompok perempuannya daripada kelompok laki-lakinya, untuk menyuruh kakak itu untuk bekerja juga dan berhenti bermalas-malasan!

Kakak genit tersebut terlihat menoleh ke mereka, terus tiba-tiba entah kenapa dia membuat gaya seperti salah satu anggota boyband saat giliran ia yang bernyanyi di MV lalu ia mulai menyapu poni rambut dia sendiri.

"Ayo, Nad!"

"Arilllia, Ayo!"

Melihat atmosfir terasa semakin memanas, kudapati banyak peserta MOS mengeluarkan sesuatu dari saku mereka, yang ternyata itu adalah ponsel, mendokumentasikan kejadian langka di depan mereka. Mereka secara sembunyi-sembunyi melakukan itu, sebab ponsel dilarang dibawa pas MOS.

Kemudian turut kulihat, beberapa kakak panitia berlarian ke laboratorium multimeda, terus masuk ke dalam sana dan tak lama setelah itu, mereka keluar lagi, dengan masing-masing di tangan mereka sudah membawa kamera SLR, camcorder dan kamera besar yang sering dibawa wartawan televisi, yang ditaruh dipunggung itu, terus kembali ke lapangan basket lalu ke tengah lapangan, merekam peristiwa yang sedang terjadi.

Keadaan semakin tambah memanas. Dukungan dari kelompok distrikku sama distrik putih tak pernah mengendur dan saling bersahutan serta berbalas-balasan menyemangati Arillia sama gadis gadis distrik putih tersebut.

"Jangan mau kalah, Nad!"

"Kalahkan dia, Arillia!"

Terus tiba-tiba kelompok distrik merah ikutan masuk ke dalam perahu.

"Kalahkan gadis dari distrik putih itu, gadis oranye!" Teriak mereka!

"Diam! kalian." Sahut kelompok distrik putih.

Dan itu menyebabkan beberapa kakak-kakak panitia mencoba mengurangi tingkat keributan kami, khawatirnya akan terjadi bentrok, namun ironisnya ada juga di pihak kakak-kakak panitia yang tidak melakukan itu, alias membiarkan atau mempertahankan keriuhan ini.

Mengetahui situasi dan keadaan semakin sudah tidak terkendali dan semakin ramai. Para peserta MOS sekarang mulai terang-terangan menunjukkan ponsel mereka saat merekam.

***

Adiknja (SELESAI)Where stories live. Discover now