Satu

1.1K 36 3
                                    


Riska menatap pemandangan yang ada didepannya dengan senyuman tipis. Dia akhirnya bisa menghirup udara yang ada di kota ini. Menghirup dengan dalam dan menikmati keadaan yang akan segera dia hadapi.

Dia akan menjalankan kehidupannya ini tanpa kehadiran Reihan ataupun Alex. Dia sudah memutuskan. Memutuskan untuk menjauh dan menghilang dari kehidupan kedua sahabatnya itu.

Riska menatap satu bangku kosong dan segera mendekat ke bangku itu. Duduk di situ dan menikmati orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya.

Riska langsung mengeluarkan satu novel yang baru dia beli di kota ini. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya sambil membaca novel adalah dua hal yang sangat pas.

Tanpa sadar Riska masuk ke dalam dunia novel yang ia baca. Dia bahkan tidak perduli dengan keadaan sekitarnya dan masih serius dengan novelnya.

Cekret.

Cekret.

Riska masih tidak menghiraukan dua suara yang sangat terdengar olehnya.

Cekret..cekret..cekret.

Riska langsung menutup novelnya dan melihat seorang pria yang berada tidak jauh di depannya.

Pria itu sedang memegang kamera dan mengarahkan kameranya ke arahnya.

Pria itu baru menyadari ketika Riska melihat ke arahnya. Dia langsung berdiri tegak dan berpura-pura tidak melakukan apapun.

Riska langsung berdiri dan berjalan mendekati pria itu.

"Excuse me, what are you doing?" Riska menatap pria itu.

"Nothing."

"May i see your camera?"

"Why? I don't like if you see my camera."

Riska sedikit tercengang mendengar perkataan dari pria yang ada di depannya ini.

Dia menghela napas panjang dan langsung meninggalkan pria itu.

"Dasar cowok mesum!" Ucap Riska sedikit kuat.

"Saya enggak mesum."

Riska berhenti berjalan. Dengan perlahan dia membalikkan badannya. Dapat dia lihat pria itu tersenyum kepadanya.

Dia berjalan mendekat ke arah Riska. Dengan cepat dia mengulurkan kamera yang tadi dia pegang.

"Kamu boleh lihat. Saya enggak ngambil foto kamu." Ucapnya.

Riska hanya menatap kamera itu sekilas dan beralih menatap pria itu.

"Saya enggak pernah bilang kalau kamu ambil foto saya."

Pria itu tertawa mendengar suara sewot Riska.

"Kamu gampang di tebak. Jadi saya bisa langsung tau."

Riska mencibir pria itu.

"George Nigel." Ucap pria itu.

Dia mengulurkan tangannya di depan Riska. Riska dengan pelan membalas uluran tangan itu.

"Riska Putri."

Setelah mengenalkan namanya, Riska langsung melepaskan uluran tangannya dan langsung berjalan pergi.

Dia sangat malu. Kenapa bisa dia bisa berprasangka seperti itu. Terlebih lagi dengan orang yang baru dia jumpai.

Riska berusaha untuk berjalan cepat. Tetapi Niel malah mengejar Riska dengan cepat.

"Orang Indonesia ya?"

"Ya."

"Lagi liburan disini?"

"Ya."

"Mau makan malam sama?"

"Ya."

Riska langsung berhenti. Dia baru menyadari perkataannya. Dia melihat ke arah Nigel yang sedang tersenyum itu.

"Oke kalau gitu. Mau makan apa?"

"Salah ngomong gue. Gak usah di seriusin." Ucap Riska cuek.

"Tapi saya udah seriusin. Gimana?"

"Lo.."

Nigel tersenyum lebar menatap Riska. Dan mau tidak mau, Riska mengikuti ajakan Pria ini.

---

Riska menatap sekeliling restauran yang baru pertama kali dia datangi. Dia sangat terpukau dengan desain dari restauran ini.

"Baru pertama kali ke sini?"

Riska dengan cepat menganggukkan kepalanya.

"Kamu udah berapa hari di sini?" Tanyanya.

"Baru dua hari."

"Kabur dari rumah?"

Riska langsung menatap ke arah Nigel.

"Enggak tuh."

"Kalau gitu liburan? Atau lari dari kenyataan?"

"Lo kepo banget sih? Orang baru sok tau. Dasar!"

Nigel tertawa mendengar perkataan sewot Riska. Dia sangat yakin jika tebakannya benar.

"Lari dari kenyataan. Iya kan? Emang gitu kalau orang-orang kayak kamu. Enggak bisa menghadapi kenyataan dan dengan mudahnya ninggalin gitu aja. Padahal dia gak tau kalau masalah yang dia tinggalin itu akan terus mengikutinya."

Riska mendekati dirinya dengan Nigel. Dia menunjuk Nigel dengan jari telunjuknya.

"Lo.. nyindir gue?"

"Saya enggak bermaksud nyindir kamu. Hanya menyampaikan pendapat saja. Akh.. makanannya udah datang."

Riska menolah dan melihat pelayan membawa makanan dan minuman mereka. Dia dengan pelan membenarkan duduknya. Dapat dia lihat Nigel masih tersenyum kepadanya. Senyuman yang tidak dapat Riska artikan.

---

Hai hai teman teman... Aku hari ini mau up cerita baru tentang Riska..
Gimana part pertama ini?

Jangan lupa untuk kasih Bintang komentar dan juga tambahin A Punishment ke reading list kalian yaa..

Oh iya besok mau puasa nih, aku mau minta maaf bila bila ada salah. Heheh.. semoga tahun ini puasanya full ya..

Love you..

Medan, 23 April 2020

A Punishment (Riska Story) Where stories live. Discover now