Tujuh

137 3 0
                                    

Riska tidak tau apa yang terjadi kepada dirinya sekarang. Ia sudah siap untuk tidur sedari tadi. Tetapi perkataan Nigel beberapa jam yang lalu masih terus menghantuinya. Bagaimana bisa ia sangat terpengaruh oleh perkataan Nigel. Ucapan lembut dan senyuman yang Nigel berikan kepadanya tadi benar-benar membuat fokusnya teralihkan. 

"Ayo Riska.. lo harus tidur!" 

Riska mencoba untuk menutup kedua matanya. Tetapi sekali lagi ia kembali membukanya. Riska bangkit dari tidurnya. Ia meraih handphonenya yang berada di nakas sebelahnya. Riska melebarkan matanya melihat satu pesan dari Nigel. Dengan cepat ia membuka pesan tersebut.

Hai Ris.. mulai besok saya akan mulai membuat kamu merasa dicintai. Mimpi indah ya.. Sleep tight!

"Lo buat gue semakin susah tidur Nigel!" Ucap Riska dengan kesal.

Riska kembali meletakkan handphone miliknya. Dia tidak tau bagaimana perasaannya. Tetapi ia bisa merasakannya. Jantungnya, jantungnya berdegup dengan cepat sekarang. Bukan.. Dia bukan berarti suka dengan pria itu. Hanya saja, Nigel adalah pria pertama yang mengirimkannya pesan seperti itu.

"Enggak mungkin gue mulai suka sama dia. Enggak mungkin."

Riska langsung memejamkan matanya. Ia tidak perduli apakah ia akan langsung tertidur atau tidak. Setidaknya, ia tau perlahan matanya akan benar-benar tertutup dan ia bisa tertidur dengan lelap malam ini.

---

Riska termenung menatap dirinya didepan cermin. Dia sudah siap untuk keluar hari ini. Riska sebenarnya tidak tau dia akan pergi kemana. Tetapi dia sangat bosan untuk tetap tinggal didalam apartemennya ini. Mungkin dia hanya berkeliling dan menikmati pemandangan dari kota London. 

Riska mengambil handphonenya dan memasukkan handphonenya kedalam tas sandang kecil miliknya. Ia pun berjalan keluar dari apartemennya. 

Riska berjalan dengan pandangan yang terus menunduk. Sesekali ia melihat kedepan. Riska mulai keluar dari gedung apartemennya. Langkah Riska berhenti ketika seseorang memegang tangannya. Riska yang sedikit terkejut dengan reflek langsung menatap seseorang yang memegang tangannya itu. Ia menghela napas ketika melihat siapa yang memegang tangannya itu.

"Nigel!" Nigel tersenyum tanpa dosa kepada Riska. 

"Gimana tidurnya tadi malam?" Tanya Nigel.

"Gue gak bisa tidur gara-gara perkataan konyol lo itu." batin Riska. 

"Gue tidur nenyak. Bahkan gue mimpiin pria yang sangat tampan" Tutur Riska. Nigel yang mendengar itu tersenyum tipis. 

"Pasti yang didalam mimpi kamu itu saya."

"Pede gila lo." ucap Riska spontan.

"Iya dong. Kan saya semalam kirim pesan untuk kamu supaya mimpi indah. Pasti perkataan saya itu dikabulin makannya kamu mimpiin pria yang tampan yang mirip dengan saya."

"Teori macam apa itu? Udahlah lo ngapain disini? Gue mau pergi. Jangan ganggu gue."

"Saya mau nemanin kamu. Saya gak mau kamu tersesat nantinya."

"Dengerin ya Nigel.. gue ini punya handphone, punya peta dan pastinya gue punya mulut. Dan kalaupun gue tersesat, gue bakal tanya tuh sama orang dan minta tolong. Gue gak sebodoh itu. Udahlah alasan lo itu klasik banget. Bye!" Riska mulai melangkah meninggalkan Nigel. Tetapi langkahnya berhenti ketika mendengar perkataan Nigel.

"Saya khawatir."

Riska langsung menghadap kearah Nigel. Ia menatap wajah pria itu. Dan Riska sama sekali tidak menemukan kebohongan dari matanya. Nigel khawatir terhadap dirinya. Dua kata itu mampu membuatnya terdiam. Kenapa bisa ia bertemu dengan pria seperti Nigel. Nigel bukanlah Reihan. Tetapi ia mampu membuat Riska berhenti. Berhenti untuk memikirkan Reihan.

Riska berjalan mendekat kearah Nigel. Ia menatap Nigel dan tersenyum kepada Nigel.

"Gue rasa gue udah buka hati gue buat lo." Riska tidak tau apa yang keluar dari mulutnya itu. Dia sangat ingin menarik perkataannya. Tetapi melihat respon yang Nigel berikan, ia langsung mengurungkan niatnya.

"Terimakasih. Saya akan melakukan yang terbaik untuk kita." Tutur Nigel dengan suaranya yang lembut. Detik berikutnya Nigel membawa Riska kedalam pelukannya. Pelukan yang sangat hangat. Riska tersenyum. Sekali lagi ia kembali terpesona dengan perkataan Nigel.  Nigel melepaskan pelukan mereka. Ia memengan lembut pipi Riska.

"Kita jalan sekarang?" Tanya Nigel. Riska pun dengan cepat menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan menuju mobil Nigel. Riska yang hendak membuka pintu langsung terhalang oleh Nigel. Dengan senyuman khasnya Nigel membukakan pintu mobil untuk Riska. Riska hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. 

---

Riska tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Nigel sedari tadi. Ia tidak tau kenapa ia bisa dengan berani mengatakan hal tersebut. Riska merasa ia memang terlalu cepat untuk memulai hubungan seperti ini. Apalagi dengan seseorang yang belum lama ia kenal. Tetapi enath kenapa, ia merasa Nigel tidak akan main-main kepadanya. Ia merasa Nigel memang tulus kepada dirinya.

"Ris.. Besok orang tua saya ngajak kamu untuk lunch bareng di rumah."

Riska yang mendengar itu langsung melebarkan kedua matanya. "Apa? Kenapa?" Tanyanya.

"Kok kenapa? Ya untuk lebih dekat sama kamu lah. Aku udah ceritain semuanya tentang kamu kemereka. Karena itu mama mau ketemu sama kamu besok. Tapi kalau kamu gak bisa gak papa kok. Nanti aku sampaikan."

"Eh bukan.. bukannya gak bisa. Tapi.. tapi ini gak kecepetan? lo udah ngenalin gue ke orang tua lo?"

Nigel tersenyum mendengar pertanyaan dari Riska. Ia menoleh kearah Riska. "Lebih cepat lebih baik kan?"

---

Hai-hai semuanya! Gilak sih ini.. Aku baru up lagi di thn 2022..

Iya.. Iya aku emang sempat rehat sebentar dari wp. But aku senang banget untuk kalian yg masih setia untuk baca cerita-cerita aku di sini.

Love u all! And stay health!

Medan, 5 Februari 2022

A Punishment (Riska Story) Where stories live. Discover now