Empat

347 13 0
                                    


"Lo harus minta ijin kalau mau ambil foto orang. Bukannya di sini kalau ambil foto orang tanpa ijin, akan kena hukuman ya?"

Riska membuka matanya dan menatap Nigel.

"Saya kurang tau. Tapi saya sebagai fotografer, hanya mengambil gambar yang menurut saya sangat indah dan harus diabadikan. Apakah itu salah?"

"Terserah."

Riska mengambil handphone dari dalam tas nya. Dia tersenyum membaca chat dari Alex.

From Alex
Lo dimana sekarang?

Lagi apa Ris?

Oh iya gue nanti di nikahan Alex pakai baju warna Hitam aja. Lo warna biru ya, biar nanti kemeja gue senada gitu sama lo.

Ris, gue kangen.. pulang dong.

Riska membuka kamera depan dan tersenyum. Memfoto dirinya sendiri dan mengirim foto itu kepada Alex.

To Alex

Send a Photo

Gue baik-baik aja.

Hanya kata itu yang bisa dia ketik. Dia juga rindu dengan kedua sahabatnya. Tetapi dia tidak bisa kembali.

---

"Mampir ke situ dulu bentar."

Riska menunjuk salah satu supermarket yang ada di depan mereka. Nigel pun menuruti perkataan Riska. Dia memberhentikan mobilnya tepat di depan supermarket itu.

Riska dan Nigel pun keluar dari mobil. Berjalan memasuki supermarket.

Nigel sebenarnya hanya mengikuti kemana perginya Riska. Dia juga tidak mau membeli apapun.

Nigel terkejut melihat Riska mengambil beberapa bir yang ia tau alkohol dari bir itu cukup tinggi.

"Kamu mau minum ini?" Tanya Nigel.

Riska hanya menganggukkan kepalanya dan meletakan satu botol besar bir.

Melihat itu, Nigel malah mengambil satu lagi bir dan meletakkan di keranjang yang di bawa Riska.

Riska yang melihat itu mengernyitkan dahinya.

"Gak baik perempuan minum sendri. Jadi biar saya temani." Ucap Nigel seraya tersenyum kepada Riska.

Riska menghela napas panjang dan melanjutkan mencari makanan ringan untuk teman minum bir nya.

Akhirnya mereka tinggal membayar semua belanjaan yang cukup banyak itu.

Riska sudah mengeluarkan uang untuk membayar semua belanjaannya, tetapi Nigel lebih dahulu mengeluarkan uangnya dan memberikannya kepada kasir.

Riska melihat itu sama sekali tidak menyukainya. Dia sama sekali tidak mau berhutang dengan seseorang. Terlebih lagi orang yang baru dia temui.

Tetapi Riska memasuki uangnya kembali ke dalam dompet dan mengikuti Nigel. Semua barang di bawa oleh Nigel dan Riska hanya mengikuti.

---

Riska melirik ke arah Nigel yang ada di sampingnya. Dia berjalan dengan penuh semangat ke dalam apartemen Riska. Riska juga tidak bisa menolaknya, dia hanya diam dan menuruti semua perkataan Nigel.

Akhirnya mereka sampai di depan pintu apartemen Riska. Riska dengan cepat membuka pintunya dan menyuruh Nigel untuk masuk.

"Apartemen yang sangat bagus." Ucap Nigel ketika masuk ke dalam apartemen dan melihat isi dalam dari apartemen Riska.

Dia meletakkan bir yang tadi mereka beli di atas meja dapur. Riska pun datang dengan membawa dua gelas dan meletakan nya di sebelah bir itu.

"Buka!" Perintah Riska kepada Nigel.

Dengan sigap Nigel langsung membuka tutup botol bir itu. Dan menuangkan ke kedua gelas yang tadi dibawa Riska.

Riska dengan cepat langsung meminum bir itu dengan sekali teguk kan.

Nigel yang melihat itu sedikit terkejut.  Wajah Riska sekarang sangat frustasi. Dan dia sangat ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dengan perempuan yang ada di depannya ini.

Riska kembali menuang bir ke dalam gelasnya. Dia sebenarnya tidak terlalu bisa meminum minuman seperti ini. Tetapi sekarang dia sangat ingin melupakan semua yang telah terjadi.

Nigel hanya melihat Riska minum dengan penuh semangat. Sedangkan dia meminum bir itu dengan sangat pelan. Bahkan satu gelas masih belum habis ia minum.

Dia tidak ingin mabuk. Itu yang ada di pikirannya. Salah satu diantara mereka harus sadar.

"Ris.. kamu terlalu banyak minum."

Riska tersenyum kepada Nigel dan kembali meminum.

"Biarin aja. Gue mau ngelupain masalah gue untuk malam ini."

"Kamu udah mulai mabuk."

"Gue?"

Riska tertawa. Tawa yang sangat kencang. Nigel hanya menatap Riska dengan pandangan penuh kasihan.

"Gue gak mabuk. Gue masih sadar."

Nigel menghela napas panjang. Dia tidak habis pikir dengan semua yang ia lihat.

"Reihan."

---

Hei yo aim bakkk! Akhirnya bisa ngelanjutin cerita ini. Sori banget udah bikin kalian nungguin ges. Banyak alasan yang membuat aku berhenti untuk ngelanjutin ini cerita. Tapi akhirnya aku bisa lanjutin lagi.  Hope you enjoy my story ges.

Jangan lupa untuk kasih bintang komentar dan juga tambahin a punishment ke reading list kalian ya..

Love u all!!

Medan, 19 Januari 2021

A Punishment (Riska Story) Where stories live. Discover now