Delapan

284 5 3
                                    

Riska sedari tadi menghela napas panjang. Ia sekarang sangat gugup. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Bertemu dengan orang tua Nigel ternyata lebih menyeramkan daripada melarikan diri ke London, pikirnya. Nigel sedari tadi sudah mencoba untuk menenangkan Riska. Tetapi tetap saja semua perkataan Nigel tidak dihiraukan oleh Riska. 

"Gue gak norak kan? Pakaian gue sopan kan? Penampilan gue gimana?" Berbagai pertanyaan mulai terlontar dari mulut Riska.

Nigel tertawa mendengar perkataan Riska. Ia mengelus rambut panjang Riska yang terurai sangat indah hari ini. 

"Kamu sempurna Riska. Sangat." Balas Nigel dengan senyumannya. 

"Sekarang kita masuk ya?" Tanya Nigel.

Riska memegang tangan Nigel dengan erat. "Gue deg-degan."

"Santai. Saya kan sudah bilang ini cuman lunch. orang tua saya gak akan introgasi kamu kok. Kamu gak perlu tegang gitu." Sekali lagi Nigel mencoba untuk menenangkan Riska. 

Riska menghela napas panjang. Sebenarnya semua perkataan Nihel yang berusaha untuk menenangkannya itu sama sekali tidak bisa membuat Riska tenang. Ia masih tetap gugup sekarang. Tetapi Riska berusaha untuk menahan semua kegugupan nya dan mencoba untuk terlihat santai. Dia menoleh kearah Nigel dan tersenyum kepadanya. "Oke gue siap."

Riska dan Nigel pun berjalan memasuki rumah Nigel. Riska dari awal memasuki area rumah Nigel sudah bisa menebak sepertinya Nigel anak orang kaya. Rumah Nigel bisa dibilang besar. Riska yang memasuki rumah ini untuk pertama kalinya langsung terpukau dengan interior rumah Nigel.

"Sepertinya orang tua saya sudah menunggu dimeja makan." Tutur Nigel. Nigel pun membawa Riska menuju ruang makan miliknya. Riska tidak henti-hentinya menatap takjub rumah ini.

"Mom saya udah bawa calon mantu untuk mu." Ucap Nigel ketika melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi meja makan. Riska yang mendengar itu langsung melayangkan tatapan tajamnya kepada Nigel.

Kedua orang tua Nigel langsung berdiri menyambut kedatangan mereka berdua. Riska tersenyum kepada kedua orang tua Nigel. Mama Nigel langsung memeluk Riska ketika ia sudah berada dihadapan Riska. Untuk sesaat Riska terenyuh dalam pelukan wanita yang berstatus mama dari pria yang ada disampingnya itu. Riska kembali merasakan sentuhan dari seorang ibu. Dia sangat merindukan semua itu. 

Tidak lama kemudian mama Nigel melepaskan pelukan mereka. Ia tersenyum kepada Riska. "Nigel sudah banyak cerita soal kamu. Dan waktu dia bilang kamu dari Indonesia, saya langsung nyuruh Nigel untuk mengundang kamu makan dirumah ini." Tutur mama Nigel dengan semangat. Ia semakin yakin dengan pilihan anaknya ini. Pasalnya dia sudah menyukai Riska bahkan sebelum mereka bertemu.

"Terimakasih atas undangannya tante." Sahut Riska. Ia tidak tau harus berkata apa sekarang. Dan hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

"Tentu saja sayang. Oh iya ini papa nya Nigel." Mama Nigel mengenalkan pria separuh baya yang sudah berada di sampinya itu. Riska pun langsung menyalim pria tersebut. Ia tersenyum kepada papa Nigel. Sekarang Riska tau jika rupa Nigel turunan dari papa nya. 

"Saya sangat senang bisa bertemu dengan kamu. Nigel tidak pernah sesemangat ini jika bercerita tentang seorang wanita. Setelah saya melihat kamu, saya tau kenapa anak saya ini sangat tertarik kepada kamu." ucap papa Nigel. Riska hanya tersenyum menanggapi perkataan tersebut. Dia jadi penasaran, apa saja yang Nigel ceritakan tentang dirinya kepada kedua orang tuanya itu.

"Eh ayo duduk. Pasti Riska sudah lapar. Tante sudah memasak beberapa makanan Indonesia."

"Wah.. saya juga udah rindu makan makanan Indonesia tante." Balas Riska. 

Mereka berempat pun duduk di tempatnya masing-masing. Mama Nigel memerintahkan pembantunya untuk menyiapkan makanan yang akan mereka santap. 

Obrolan ringan diantara mereka berjalan dengan sangat baik. Riska sangat nyaman berada di anatara keluarga Nigel. Ia merasa seperti salah satu anggota keluarga Nigel. Kedua orang tua Nigel sangat ramah kepada dirinya. Riska sekarang tau kenapa Nigel begitu baik kepada dirinya selama ini. sepertinya sikap baik Nigel itu turun dari kedua orang tuanya.

Untuk sesaat, Riska melupakan semua hal yang membuatnya sedih belakangan ini. Dia melupakan semua hal yang menjadi alasannya datang ke negara ini. Dan entah kenapa, ketika melihat senyuman hanggat yang di berikan oleh Nigel, Riska seketika ikut tersenyum. Nigel sepertinya mulai masuk ke dalam kehidupannya kali ini. Dan Riska, dia tidak bisa menolaknya.

---

Medan, 9 Februari 2022

A Punishment (Riska Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang