❈ 6.

1.4K 174 45
                                    

Pada sore hari yang cerah, setelah selesai sesi latihan kedua, Kim Yerim langsung melangkahkan kakinya menuju aula dimana tempat atlet anggar berlatih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pada sore hari yang cerah, setelah selesai sesi latihan kedua, Kim Yerim langsung melangkahkan kakinya menuju aula dimana tempat atlet anggar berlatih. Berniat untuk menghampiri Choi Yeonjun yang sialnya sama sekali tidak dapat dihubungi.

Kemana sih lelaki itu?

Membuat dirinya khawatir saja.

Kim Yerim dan Choi Yeonjun memiliki hubungan yang sangat baik. Bisa dikatakan Choi Yeonjun adalah urutan pertama dari orang-orang terdekat dari Kim Yerim一keempat gadisnya adalah pengecualian karena mereka sudah seperti saudara bagi Yerim.

Yerim mengintip ke dalam aula yang sepertinya sudah tidak berpenghuni itu, mendengus kesal karena tenaga untuk perjalanannya kesini sia-sia. Yeonjun tetap tidak ada. Belum sempat Yerim melangkahkan kakinya pergi dari pintu masuk aula, sebuah suara menginterupsinya.

"Cari siapa?" tanya suara yang tidak ia kenali. Setelah berbalik ia mendapati atlet lelaki yang sepertinya baru saja selesai berlatih. Surainya berwarna hitam, wajahnya tampan dan bahunya lebar. Ia merasa familiar tetapi tidak mengetahui siapa namanya.

"Aku一"

"Oh, kau一pasti kau mencari Yeonjun, 'kan?" omongan Yerim terpotong olehnya. Benar, memang benar Yerim datang kesini untuk mencari Yeonjun. Bagaimana bisa dia tahu tentang itu? Apa lelaki ini seorang cenayang?

"Bagaimana bisa kau tahu? Kau tahu dimana dia?" cecar Yerim dengan berbagai pertanyaan. Sudah penasaran setengah mati dimana lelaki bermarga Choi itu berada.

Lelaki itu menggedikan bahunya. "Dia tidak masuk hari ini," jawabnya seadanya. "Omong-omong, aku Kim Seokjin dan sepertinya aku lebih tua darimu."

Melupakan jawaban Kim Seokjin tentang Yeonjun, Yerim justru tertarik dengan omongan Seokjin setelahnya. Ia menaikkan satu alisnya. "Jadi, kau baru saja mengaku bahwa kau adalah orang tua?"

Seokjin membulatkan matanya. Orang tua, katanya? Demi apapun, ia masih sangat muda. Tidak bisakah gadis ini melihat bagaimana wajahnya masih terbebas dari kerutan?

"Kau ini sembarangan kalau bicara! Aku tersinggung!"

Yerim tertawa kencang sekali, apalagi melihat bagaimana reaksi Seokjin yang menurutnya terlalu berlebihan. "Bercanda. Aku paham kok maksudmu, oppa. Perkenalkan aku Kim Yerim."

Yerim tidak sebodoh itu, tentu saja ia tahu maksud dari omongan Seokjin tadi adalah sebuah kode untuk memanggilnya dengan sebutan oppa.

Seokjin dengan lancang mengacak rambut Yerim, tanpa sadar merasa gemas dengan gadis mungil ini. Yerim pun sama sekali tidak keberatan.

"Ya, gadis kecil. Pertama, kau benar memahami maksudku. Kedua, aku sudah tahu siapa dirimu. Ketiga, aku tahu kau mencari Yeonjun karena一ya Tuhan siapa juga yang tidak tahu kalau kalian selalu menempel seperti perangko?"

"Aku oke untuk yang pertama dan ketiga tapi yang kedua? Darimana kau tahu diriku?"

Seokjin berjalan menghampirinya, merangkul bahu Yerim dengan gaya cukup bersahabat. Mengajaknya untuk ikut berjalan bersamanya, meninggalkan aula latihan anggar yang sudah kosong. "Terlepas dari kau memang dikenal sebagai Kim Yerim sang social butterfly, aku mengenalmu一melalui cara yang lain."

Athlete's Daily Life | btsrvWhere stories live. Discover now