1. Embedded Journalism

81 20 39
                                    

Embedded Journalism merupakan istilah yang merujuk pada peliputan yang dilakukan oleh wartawan berita yang diikutsertakan bersama anggota militer di garis depan medan peperangan. Tujuannya adalah untuk meliput keadaan sebenarnya daerah konflik sekaligus memberikan sudut pandang kepada publik yang lebih luas tentang isu peperangan itu sendiri.

Embedded journalism memiliki sejarah yang panjang dalam hubungan interaksi antara militer dan jurnalis, namun penerapannya benar-benar dilakukan dalam peliputan media untuk invasi Irak oleh Amerika pada tahun 2003

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Embedded journalism memiliki sejarah yang panjang dalam hubungan interaksi antara militer dan jurnalis, namun penerapannya benar-benar dilakukan dalam peliputan media untuk invasi Irak oleh Amerika pada tahun 2003. Hal ini sebagai respon angkatan militer Amerika Serikat atas tekanan dari awak media yang kecewa terhadap keterbatasan akses yang diberikan kepada media selama Perang Teluk tahun 1991 dan Invasi Amerika ke Afghanistan pada tahun 2001.

Selain itu, alasan lain dikemukakan oleh Lt. Col. Rick Long dari Angkatan Laut Amerika ketika ditanyai perihal keputusan militer mengikutsertakan jurnalis bersama pasukan. Dengan blak-blakan ia mengatakan, "Tugas kami adalah memenangkan perang. Bagian dari itu adalah perang informasi. Dan kami mencoba berusaha untuk mendominasinya."

Sebelum datang sebagai embedded journalist, para reporter ini telah terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan keterampilan dasar militer dalam pelatihan bersama untuk koresponden perang. Pelatihan tersebut meliputi kesiapan mental dan fisik. Jurnalis perang harus mampu tetap tenang di bawah tekanan, tidak cengeng, tidak boleh ceroboh, apalagi latah. Coba bayangkan wartawan latah yang sedang melapor di samping tentara yang lagi ngeker musuh di bawah hujan peluru, granat, dan bom. Bisa-bisa jadi salah sasaran. Satu lagi, urat takut mesti diputus sejak awal. Lema ngeri harus secepatnya dihapus dari kamus pribadi.

Selain itu, sebelum mulai bertugas, embedded journalist perlu menandatangani kontrak perjanjian dengan militer untuk tidak melaporkan informasi yang berpotensi membahayakan posisi tentara, informasi tentang misi dan taktik perang, jenis senjata dan persenjataan, serta informasi rahasia lain yang mungkin mereka temukan tanpa sengaja.

Oleh karena hal tersebut, praktik embedded journalism ini telah banyak menuai kritik sebagai bagian dari kampanye propaganda dimana para jurnalis sebenarnya hanya bertugas menjadi pemandu sorak dan agen publik untuk kelompok tertentu, dalam hal ini pemerintah Amerika Serikat.

Embedded Journalism bisa jadi adalah metode standar untuk melaporkan kondisi peperangan dan membawa gambar terkni daerah konflik ke ruang tamu kita yang hangat dan aman, namun seperti argumen Patrick Cockburn, salah seorang wartawan senior yang bertugas sebagai koresponden di Timur Tengah sejak 1979, "What makes a good story might not be the right story." Cerita yang bagus bisa jadi bukan cerita yang benar (sebenarnya). Dalam hal ini, cerita bermakna berita. Tidak jarang berita yang sampai kepada kita adalah sebuah 'framing'. Secara tidak sadar, informasi yang kita dapatkan membingkai pengetahuan kita dalam batas-batas tertentu dan dalam fakta-fakta yang hanya terjabarkan sebagian. Menjebak kita dalam pemahaman yang tidak utuh dan bisa jadi keliru. Pada akhirnya, hal itu mempengaruhi perspektif dan keberpihakan kita dalam menanggapi sebuah masalah. 

Jadi, Apa yang Kau Tulis Selagi Memikirkanku?Where stories live. Discover now