Ghange

3.8K 231 47
                                    

Aku Boboiboy Solar. Salah satu dari saudara Boboiboy. Yah, aku anak yang terakhir. Di mata kalian, aku orang yang berwajah rupawan dan narsis, bukan? Betul! Aku memang seperti itu. Aku kadang suka meladeni para fangrils ku tentunya. Dan juga, followers di seluruh sosmedku juga banyak.

Guruku bilang, aku anak paling pintar di kelas. Hampir setiap ulanganku mendapat nilai 9 atau 10. Bahkan, aku pernah diminta untuk mengajar di kelas ketika wali kelasku izin tidak masuk selama 2 minggu. Keren bukan?








































Namun....





































"Kan sudah kubilang hati - hati!!"

"Aaaargh, kenapa kau ini selalu merepotkan???!!!!!!"

"Makanya, gak usah narsis. Jadinya, gak bisa masak kan? Dah, pergi buat makanan sendiri!"

"SOLAR!!! KAN ABANG SUDAH BILANG, JANGAN MEMBUAT RAMUAN LAGI!!!!! KAN BAJUKU JADI KOTOR GINI!!!"

Abang Hali, abang Taufan, abang Gempa dan abang Blaze. Mereka telah berubah.








Saat aku kecil dulu....


































Pukul, 23.53. Aku baru pulang ke rumah karena menunggu hujan reda di rumah temanku. Aku berterima kasih pada ayah temanku yang mengantarkanku sampai ke rumah. Saat aku masuk, orang tua ku menatapku dengan wajah marah. Gimana enggak, baru pulang jam segini ?!

"Solar! Kenapa kamu pulang malam - malam?!" -Ibu Solar

"So...Solar tadi nunggu hujan reda" -Solar

Aku berusaha membela diriku yang ditatap tajam oleh orang tuaku.

"Makanya! Ayah udah bilang, bawa payung! Kamu nya malah gak nurut! Makanya, orang tua kalo ngomong tu didengerin! Jangan cemeoh sana - sini!" -Ayah

Aku menundukkan kepalaku. Iya, aku tahu aku salah. Tapi, haruskah ayah mencubit lenganku dengan kuat? Umurku masih 9 tahun. Umurku segitu, masih belum mau menurut kata orang tua dengan penuh. Aku memang masih nakal saat itu.

"Sekarang, pergi ganti baju! Dan langsung tidur! Gak ada baca buku atau apa lah! Langsung tidur!" -Ayah

Ayah dan ibu berlalu begitu saja menuju kamar mereka. Aku? Aku masih meringis kesakitan memegang lengan kiriku yang dicubit sampai membiru.

"Hiks...hiks...hiks...." -Solar

Aku menangis sepanjang perjalanan menuju kamar. Aku melihat abang Ice dan abang Duri berdiri dekat tangga. Raut wajah abang Duri memperlihatkan bahwa ia sangat khawatir denganku yang menangis.

"Solar! Tangan Solar masih sakit?" -Duri

Abang Duri mendekatiku sambil berlari kecil. Lalu, berlutut untuk memeriksa tanganku.

"Cup...cup...cup....udah...udah. Solar tahan dulu ya sakitnya, sini abang antar ke kamar" -Duri

Abang Duri menggendongku menuju kamarku yang letaknya paling ujung. Aku sangat kesakitan sampai - sampai, aku hampir tak bisa melihat abang Ice yang sedang berbicara dengan abang Duri karena air mata yang menumpuk di mataku menahan sakit.

"Duri! Kamu jangan kelamaan nunggu Solar. Nanti ayah bisa marah sama kamu. Kan besok kamu ada lomba" -Ice

"Iya bang" -Duri

Di Balik Kacamata JinggaWhere stories live. Discover now