Kehilangan akal

1.9K 178 16
                                    

CCTV di sebuah kantor Pulau Rintis dihack. Polisi masih mencari dalang di balik kasus yang sudah 3 kali terjadi akhir - akhir ini.

"Haah..." -Duri

Helaan nafas Duri keluar. Ia tidak tahu kepalanya pusing disebabkan kasus misteri di berita yang sedang ia tonton atau karena hari ini dia sedang demam. Gempa yang melihat Duri memijit kepalanya menghampirinya.

"Kenapa Duri?" -Gempa

"Pening" -Duri

"Kan udah abang bilang, pergi balik ke kamar. Dah tau badan panas" -Gempa

"Uhuk...uhuk...ok!" -Duri

Duri berjalan ke kamarnya dengan gontai. Kepalanya terasa dibebani batu besar. Dan sampai di kamar. Tak butuh waktu lama, ia langsung melempar tubuhnya ke ranjangnya yang empuk. Lalu, ia tertidur dalam hitungan detik.

Duri's POV

Haah...alam mimpi, i'm coming. Aku menghempaskan tubuhku setelah bersusah payah berjalan ke kamar. Huuuh...sudah berapa tahun Solar pergi ya? Aku rindu dengan adikku itu.

























"Hahahahahahahaha......"

Alamak! Suara siapa itu?! Oh! Tolong ya Allah! Aku sedang tak ingin mengalami mimpi buruk! Astaghfirullah!! Astaghfirullah!!

"Abang Duri"

Huh?! Suara Solar itu kah? Ah! Tak mungkin!  Dia sudah meninggalkan kami! Tapi, tetap saja aku rindu

"Abang! Abang Duri!! Tolong Solar!! Tolongin Solar!!! Hwaaa!!! Abang!!!"

Apa?! Solar minta tolong padaku?! Arh!! Tak! Tak! Solar kau di mana?!

Aku terus menyorotkan mataku di tempat yang hitam legam ini. Dimensi mimpi yang unik. Aku terus meneriakkan nama adikku itu di dalam mimpiku. Aku tau ini gila tapi, ayolah! Aku sudah bertahun - tahun tidak bertemu dengan adikku!!!

"Abang!! Abang!!!!! Hiks..."

Tiba - tiba, ada sosok yang memeluk tubuhku dari belakang. Isakan tangisnya itu, sering kudengar dulu. Iya! Sering bahkan hampir setiap hari. Aku membalikkan badanku.

Yak! Solar yang memelukku! Aku memeluknya erat untuk melepas rinduku. Walau itu tidak nyata. Aku sudah tak mendengar kabarnya lagi. Isakan tangis terus keluar dari mulutnya yang berfisik SMP. Saat dia pergi dari rumah dulu.

"Abang! To..hiks..hiks...tolong Solar! Tolong Solar bang! Hiks..."

Solar, Solar kenapa?

Dia tak menjawabku sama sekali. Dia hanya mengatakan tolong berulang kali.

"Abang Duri!! Solar butuh pertolongan abang!! Tolong cari Solar!! Cari Solar, bang!!!"

Aku tak mengerti apa yang ia katakan. Mencarinya? Maksudnya? Cari Solar? Ada apa ini?

Solar melepaskan pelukannya dan mengelap air matanya yang masih berjatuhan.

"Hiks...hiks...abang...abaaaang...Solar mohon tolong Solar"

Aku terus mengusap kepalanya. Aku masih tak mengerti, ada apa dengan Solar?

Sedetik kemudian, tangan besar dan kekar memegang lengan Solar dengan lembut. Aku melihat sosok itu dan... yang aku lihat adalah...



























































































































Di Balik Kacamata JinggaWhere stories live. Discover now