Apa yang terjadi?!

1.3K 132 23
                                    

Tuk...tuk...tuk...

Hentakan sepatunya terus berbunyi di sepanjang malam. Permen lolipop yang berada di mulutnya, cemilannya selama menembus dingin angin malam. Bersama si kucing yang menggoyang - goyangkan ekornya.

Tepat di depan mereka, tampak seorang kakek yang mengalami tunanetra yang sepertinya sudah masuk ke tahap total blind atau buta total. Ia menghampiri si kakek lalu menegur dengan lembut.

"P..permisi kek"

"Ka..kamu siapa?"

"Saya hanya pejalan kaki biasa. Kakek kenapa di sini?"

"Kakek tak bisa melihat jadi, kakek tidak tahu jalan pulang. Tadi anak kakek udah ngasih alamat pulang tapi, dia orangnya pelupa dan tidak ingat bahwa kakek buta"

Si pemuda hanya bersweatdrop dengan anak kakek yang pelupanya itu kelewatan parah.

Cling! Tiba - tiba kakek itu mendekatkan matanya ke arah kertas alamat dan menyipitkan matanya. Si pemuda yang melihat kakek itu hanya mengangkat bahu bersamaan dengan kucingnya yang hanya menggeleng. Cieee...kompak nih ye...//weeek. Kakek itu kan tunanetra, kenapa bergaya seperti orang membaca? Lalu, beberapa saat kemudian kakek itu kembali dengan tatapan kosong seperti orang buta pada umumnya.

"Kakek, apa tadi kakeknya membaca?"

"Iya"

'Hiiik!! Kan kakeknya gak bisa membaca!'

'Miaaawww.... (membaca?)' (Btw, ini suara kucingnya :v)

"Ba....bagaimana bisa?"

"Tepat ketika kamu terdiam setelah kakek menjelaskan alasan kakek di sini, mata kakek langsung normal dan bisa membaca tulisan ini dalam waktu sekitar 30 detik tadi"

'Kok bisa ya?'

"A..apa kamu bisa mengantar kakek?"

"Duuh..gimana ya, saya orang baru di kawasan ini jadi belum tahu jalan"

"Oh, gitu"

Kebetulan ada taksi yang kelihatannya kosong, si pemuda mengisyaratkan meminta taksi untuk ke pinggir jalan tempat ia berdiri.

"Taksi?"

"Bukan saya, untuk kakek itu. Bapak tahu alamat ini?"

Ia menunjukkan kertas yang sempat ia pinjam dari sang kakek.

"Tahu"

"Bisa tolong antarkan tidak?"

"Bisa"

Si pemuda menolong kakek untuk ke taksi dan langsung menyerahkan ongkos kepada pak taksi setelah menanyakan berapa harganya. Dan taksi itu pergi begitu saja.

"Eh Cahaya! Kenapa ya tadi kakek itu langsung bisa melihat dengan jelas?"

"Miaw...miau..miaw(Aku juga gak tahu, Solar)" -Cahaya

"Haah..dunia menjadi semakin misteri. Ya sudah, lanjut jalan yok!" -Solar

Pemuda dan kucing tadi yang bernama Solar dan Cahaya, melanjutkan perjalanan mereka melintasi malam dengan beberapa bintang bertaburan di atas. Perjalanan, tanpa tujuan yang akan mereka lalui secara bersama. Kedua makhluk hidup yang kehilangan keluarga mereka masing - masing.

Kemudian, sekelompok orang bertampang preman berkumpul di sebuah toko kecil. Dengan seorang pemuda kurus yang menggigil dikepung oleh para preman itu. Solar dan Cahaya bersembunyi di balik pohon, sambil mengintip dengan posisi Cahaya di atas kepala Solar.

"Hei! Berikan uangmu!"

"Ta..tak akan!"

"Hei batang kayu! Jangan berani - berani dengan kami! Harusnya lidi sepertimu menuruti perkataan kami!"

Solar berekspresi kesal, dan tangannya seperti berusaha menghancurkan pohon jambu itu.

"Woi! Ranting ce- nggh! Nnggh!"

Salah seorang dari preman itu --yang kemungkinan besar adalah bos mereka-- kehilangan suara. Ia terus berusaha berbicara tapi, tak ada satupun gema keluar dari mulutnya. Solar dan Cahaya kembali dikejutkan dengan kejadian aneh lagi.

"Bos! Bos tak apa?!"

Namun, bos mereka tak mengeluarkan bunyi sedikitpun. Seperti orang bisu.

'Noh! Kenapa pulak tu?!' -Solar

Setelah beberapa saat, bos itu kembali bisa bersuara dengan normal.

"Ergh! Tunggu saja! Kami akan kembali!"

Mereka berlari ke sembarang arah menjauhi toko itu. Sang pemilik pun bernafas lega tapi, masih dengan raut khawatir. Solar dan Cahaya keluar dari persembunyian mereka.

"Cahaya! Itu tadi bosnya kok bisa bisu sementara gitu ya?" -Solar

"Miaw..miau! (Gak tahu!)" -Cahaya

"Sepertinya ini bukan kebetulan deh, Cahaya" -Solar

"Miau..miaw..MIAU..MIAAU?! (Maksudnya, MEREKA SEPERTI DIKENDALIKAN?!)" -Cahaya

"Mungkin Cahaya, mungkin" *meletakkan jari telunjuk dan jempol di dagu -Solar

"Miaw..miau...miau? (Tapi, siapa pelakunya?)" -Cahaya

"Aku juga gak tahu, Cahaya -_-" -Solar

Seorang kakek tua menghampiri mereka dengan tongkat. Solar dan Cahaya langsung berhenti mengobrol begitu kakek itu berhenti di depan mereka. Bukan, bukan kakek yang mereka tolong tadi. Ia dengan rambut abu terurai ke belakang, telinganya yang agak runcing dan keriput sedikit yang menandakan umurnya sekitar 57 tahun.

"Eeh...ada apa kek?" -Solar

Kakek di depannya hanya memandang tajam ke arahnya. Solar dan Cahaya hanya bergidik ngeri. Kakek itu masih terus menatap sangat fokus ke mereka, terutama Solar.

Tanpa aba - aba, kakek itu mengangkat tongkatnya tinggi - tinggi. Lalu, menghantukkannya dengan sangat keras, kuulangi, sangat keras! Hingga membuat kepala Solar berdarah dan pingsan. Apalagi tongkat itu terbuat dari besi keras. Cahaya yang melihat tuannya pingsan, tak segan - segan menyerang kakek itu. Namun, kakek itu langsung menangkap Cahaya dengan karung kecil dan mengikatnya.

Cahaya yang menggeliat sekaligus memberontak di dalam karung dan Solar yang pingsan juga kepalanya yang mengeluarkan darah. Kakek tersebut membawa mereka berdua pergi dari sana. Melewati hutan yang lebat, kelelawar yang berkeliaran.























Tunggu, di mana permen Solar tadi? Udah habis pas ngeliat preman sebelumnya.


To Be Continued...

_________________

Kayak masih sederhana gitu ya, penulisannya? Hiks...gomen~

Dan ternyata, author masih bisa ngepublish cerita. Baru dapat caranya TwT //dasar engkau, thor

Ada yang bilang alurnya susah ketebak gitu. Benarkah? Makasih ya...

Don't forget to vote, guys!

See you on the next Chapter
Assalamualaikum

Di Balik Kacamata JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang