Niino....niino...🚒🚓🚑
Niino...niino....Bunyi sirene bergema di bawah matahari pagi, dengan asap hitam mengepul dari sebuah bangunan kaca yang terbakar. Suara panik setiap orang terdengar, berisiknya suasana ditambah dengan jeritan orang - orang yang terkena luka bakar. Juga dengan arahan setiap petugas pemadam kebakaran untuk memdamkan api yang bergejolak.
Gempa dan Hali hanya membatu menatap pemandangan di depan. Perusahaan ayah mereka terbakar begitu saja tepat pukul 09.00 AM tadi.
Mereka berdua mencari sosok ayah. Khawatir terus membendung mereka hingga beberapa orang dari rumah sakit sedang menggotong ayah mereka yang menghitam. Mereka berlari mendekati ayah mereka.
"Ayah!" -HaliGem
"Maaf dek, untuk sementara orang lain tidak boleh masuk dulu"
Ambulans itu memecut ke rumah sakit dengan ayah mereka di dalam. Gempa segera menelepon keluarga mereka dan segera menaiki sepeda motor Hali. Hali langsung memecut mengikuti arah ambulans tadi membawa ayahnya.
Tok...tok...
"Assalamualaikum!" -Taufan
"Waalaikumussalam, masuk!" -Hali
Taufan membuka pintu dan mendapati kedua saudara tertuanya berada di dalam bersama sang ayah. Kedua adiknya, Blaze dan Duri juga sang ibu menyusul Taufan masuk. Sang ibu segera menghampiri ayah dan, tentunya menanyakan kabar sang ayah yang wajah bagian kirinya terluka.
"Eeeng...bagaimana bisa kebakaran, bang Gem?" -Blaze
"Abang juga gak tahu. Ketika kami berdua sedang berjalan pulang dari toko elektronik tempat kamu perbaiki televisi, tiba - tiba saja macet dan ada kepulan asap tidak jauh. Kami mencari jalan pintas dan melihat gedung perusahaan ayah terbakar. Setelah kami tanya - tanya dengan orang sekitar, perusahaan ayah terbakar jam 09.00AM tadi" -Gempa
"Nng..." *mengangguk -BlaDuri
"Hei! Taufan!" -Halilintar
"Ya?" -Taufan
"Di mana Ice?" -Halilintar
"Eh iya, ya. Ketika kami mencarinya di rumah, dia tak ada. Jadi, kami langsung saja ke sini" -Taufan
"Ish! Kenapa kamu atau salah satu dari kalian tidak tinggal dulu untuk menunggu Ice?!" -Halilintar
"Ya maaf. Habisnya gak kepikiram
-3-
👉👈" -Taufan"Haish! Ya sudah, biar aku pulang dulu" -Halilintar
Hali segera pergi meninggalkan ruangan itu. Ketika ia berjalan di lorong, ia melihat sosok yang sedang berbicara dengan seorang dokter wanita muda berhijab putih. Mungkin melihat orang yang berbicara dengan dokter sudah biasa di mata Hali tapi, yang menarik perhatiannya adalah orang yang berbicara dengan sang dokter di hadapannya.
Hingga akhirnya, Hali menyadari siapa orang tersebut. Beriris biru aquamarine, dengan hoodie biru, tinggi yang ideal dan suara serak imutnya.
"Ice?" -Halilintar
Hali menghampiri sosok biru itu. Yang dilihat hanya tersentak lalu, menunggu Hali mendekat.
"Abang Hali?" -Ice
"Apa yang kamu lakukan di sini?" -Halilintar
"Oh..ekhem...itu...Ice mau nanya di mana letak kamar ayah" -Ice
"Kenapa tidak tanya di resepsionis?" -Halilintar
"Tadi sih sudah diberi tahu tapi.......aku lupa" -Ice
"-_- Ergh! Ya sudah ikut abang!" -Halilintar
Hali menarik tangan Ice, menggiringnya ke kamar ayah mereka.
Ketika sedang dalam perjalanan singkat itu, Ice memasukkan sekantung plastik kecil ke dalam saku celananya serta sapu tangan kecil dan terus berjalan normal mengikuti Hali.
To be Continued...
__________________
Tumben ya, nulis chapter pendek -3-.
Ya, mau gimana lagi, awal - awalnya memang cuma singkat sih.See you on the next Chapter
Assalamualaikum
![](https://img.wattpad.com/cover/217623509-288-k904529.jpg)
YOU ARE READING
Di Balik Kacamata Jingga
AdventureMenjadi anak bungsu tidak buruk Hanya saja, aku merasa seperti hama Semua kebenaran yang kuucapkan tak berharga di telinga kalian Hanya terpengaruh terhadap hasutan tak berguna Setiap alfabet yang ku keluarkan, layaknya sebutir debu di siang bolong ...