PROLOGUE

3.2K 292 10
                                    

"Hyung!"

Seorang anak laki-laki memegang ujung meja makan, matanya berbinar-binar. Sedangkan orang yang dipanggilnya Hyung itu sedang sibuk dengan pisaunya untuk menyiapkan makan malam, dan belum menjawab. Anak laki-laki itu menunggu dengan sabar jawaban dari Hyung.

Laki-laki itu berbalik, menatap mata si anak yang berbinar. "Ada apa, Jaehyun?" tanyanya. Sejenak, dia berhenti dari kegiatannya dan menghampiri anak laki-laki itu, Jaehyun.

"Tadi Haechan tanya sama Jaehyun," katanya, "kapan Papa Bear ke sini lagi, Hyung?"

Laki-laki itu tersenyum, sudah jelas anak-anak merindukan ayahnya. "Papa Bear ke sini nanti," jawabnya. Dia mengusak kepala Jaehyun pelan dan melanjutkan, "Sekarang bulan—"

"Maret!"

"Iya, betul. Sekarang bulan Maret, Jaehyun. Papa Bear sudah datang belum bulan Maret?"

"Sudah," jawab Jaehyun disertai anggukan kecil.

Laki-laki itu juga mengangguk-angguk. "Nanti, bulan April Papa Bear ke sini lagi," katanya. "Sabar dulu ya. Sekarang Hyung harus masak supaya kalian bisa makan malam. Kamu bantu Hyung buat jaga adik-adik, paham?"

"Iya, Hyung." Jaehyun mau tidak mau menurut. Dia ingat Papa Bear sudah datang dan membelikannya pakaian baru. Tapi itu tidak cukup. Tidak untuknya dan tidak untuk adik-adiknya. Sama seperti adik-adiknya, Jaehyun juga merindukan Papa Bear.

Berbekal jawaban yang diberikan Hyung, Jaehyun kembali menghampiri adik-adiknya dan bergabung. Haechan, si kecil, merangsek masuk ke pangkuan Jaehyun. Mendongak dan bertanya, "Papa Bear ke sini?"

Jaehyun menggeleng. "Belum," katanya. Dia tidak tahu bagaimana cara menenangkan adiknya yang menjadi uring-uringan dan cemberut tidak karuan. "Kata Hyung, nanti Papa ke sini lagi kok. Sabar ya." Jaehyun berusaha meniru Hyung sebaik mungkin, tapi Haechan tetap cemberut.

"Jae Hyung," panggil seorang anak, "Jungwoo kangen Papa Bear."

Jaehyun menghirup napas dengan berat, sama. Dia juga rindu Papa Bear. Tapi jelas dia tidak tahu harus bagaimana untuk melunturkan rasa rindu itu. Bagaimana menenangkan adik-adiknya yang juga merindu, dia sama sekali tidak tahu. Apa yang bisa dilakukan bocah 10 tahun untuk adik-adik kecilnya?

"Jungwoo, Jeno, Haechan, Jaemin, dengar ya," kata Jaehyun, "aku juga kangen Papa Bear. Kita harus jadi anak baik, biar Papa Bear sering pulang dan main sama kita. Kita harus bantu Hyung juga, biar Hyung bisa suruh Papa Bear pulang. Setuju?"

Anak-anak lain mengangguk, asal menyetujui saja. Jaehyun menghela napas, sedikit lega.

"Anak-anak! Makan malam!" Hyung memanggil mereka. "Bereskan mainan dulu!!" sambungnya.

Anak-anak segera memasukkan semua mainan mereka ke dalam kotak. Tidak peduli jenis apa, mereka memasukkan semua mainan menjadi satu, yang penting beres. Masalah dimarahi atau tidak, itu urusan belakangan. Tapi biasanya Hyung tidak akan memarahi mereka.

"Mainannya sudah beres?"

Mereka menangguk dengan kompak. Lalu mengambil duduk masing-masing. Jaehyun, yang tertua di antara mereka memimpin doa sebelum makan. Semuanya makan dengan tenang sampai si bayi kecil menangis, dia baru saja menumpahkan mangkuk buburnya. Hyung berdiri dan segera membersihkan apa yang dijatuhkan si bayi.

"Jisung," panggil Jaemin. Tadinya dia diam saja. Tapi ketika Jisung si bayi menjatuhkan makanan, Jaemin mulai memanggilnya. "Nakal!" katanya. "Kasihan Hyung!"

Jisung yang menangis terdiam, mata sipitnya menatap Jaemin lekat-lekat. Dia paham apa yang dikatakan oleh Jaemin, tapi tidak tahu bagaimana harus membalas perkatannya. Dia, belum bisa berbicara. "Ba! Ba!" Jisung menanggapi sambil mengayun-ayunkan sendok bayinya. Hanya itu yang dia bisa.

WOUND | JohnyongWhere stories live. Discover now