15. Bimbang

735 121 11
                                    

tw // mention of homophobic

.

Mereka memang sudah selesai dengan pertengkaran mereka. Namun masalah mereka belum selesai. Tidak seorang pun yang memulai berbicara mengenai keinginan Mark yang itu. Johnny menahan dirinya, dia tidak ingin meninggalkan luka untuk Taeyong. Sementara Taeyong enggan untuk berbicara, dia tidak ingin jauh dari anak-anaknya meskipun itu hanya seorang. Taeyong bahkan tidak tahu bagaimana perasaanya terhadap Mark, tapi kalau bisa, dia berharap supaya Mark bisa tetap bersamanya.

Hari ini, dengan sengaja Johnny memanggil Taeil dan beberapa pelayan lain di kediaman utamanya untuk datang ke rumah Taeyong. Karena mereka berdua perlu orang untuk mengurus Mark, Haechan, dan Jisung, juga menjemput Jeno dan Jaemin di sekolah nanti. Sementara Johnny dan Taeyong akan pergi ke sekolah Jaehyun dan Jungwoo seperti apa yang mereka janjikan.

Pekan seni sekolah Jaehyun dan Jungwoo dimulai. Itu menjadi masalah untuk mereka karena mereka tidak bisa membawa anak-anak. Acaranya jauh berbeda dengan sekolah Jeno dan Jaemin—dan tentu saja begitu.

Taeyong sejak pagi sibuk menyiapkan pakaian formal yang akan mereka kenakan. Sementara Johnny berbicara dengan Taeil dan pelayan-pelayannya bagaimana harus memperlakukan anak-anak mereka. Johnny juga yang membantu Taeyong menata rambut sambil berkata dengan pelan, "Aku kalo mau ketemu sama klien juga nata rambut kayak gini. Biar lebih keliatan berwibawa."

"Kamu belajar dari siapa kayak gini?" tanya Taeyong.

Johnny memasang ekspresi berpikir dan kemudian menjawab, "Dari Papa. Waktu aku pertama kali diajak pergi ketemu klien-klien Papa." Kemudian Johnny diam dan melanjutkan menata rambut Taeyong dan juga dirinya sendiri.

Mereka pergi dengan mobil setelah Taeyong kembali memberi ceramah kepada Taeil dan pelayan-pelayan Johnny dan memberikan mereka banyak sekali daftar untuk diperhatikan. "Pokoknya kalo ada apa-apa kalian harus kasih tau aku ya. Enggak boleh enggak." Taeyong hampir tidak tega meninggalkan anak-anak meskipun dia tahu orang-orang Johnny dapat dipercaya.

"Mark." Johnny memanggil Mark dengan posisi berjongkok, menyamakan tingginya dengan Mark. "Can I count on you?" tanyanya dan dijawab Mark dengan anggukan. Johnny kemudian meninggalkan sebuah usakan ringan di kepala Mark, Haechan, dan Jisung sebelum dia pergi.

Perjalanan mereka lalui dengan sunyi. Kali ini Johnny tidak perlu tersesat karena ada Taeyong yang menunjukkan arah mana yang harus diambilnya sehingga mereka sampai ke sekolah lebih cepat dari perkiraan. Tidak ada yang aneh dari mereka, seharusnya. Tapi di dunia yang penuh dengan ketidakadilan ini, ada banyak pasang mata yang menatap mereka dengan aneh. Seolah mereka adalah kesalahan terbesar yang ada di muka bumi.

Karena mereka berdua laki-laki.

Padahal, mereka bukan pasangan. Setidaknya untuk sekarang mereka tidak yakin untuk menyebut diri mereka pasangan. Tapi benar jika mereka adalah orang tua untuk anak-anak mereka. Meskipun panggilan yang diterima Taeyong secara harfiah berarti kakak, namun Taeyong tetap orang tua. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Hanya karena mereka berdua laki-laki, mereka ditatap seperti itu.

"Jangan dipikirin," ujar Johnny tiba-tiba. "Enggak ada yang salah dari kita. Kita dateng ke sini karena kita orang tua Jaehyun dan Jungwoo. Guru-guru juga udah tahu soal itu."

Taeyong tidak menjawab apa pun. Namun perlahan kepalanya menunduk. Dia berpikir. Johnny mungkin mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan mereka, namun tatapan orang-orang seolah menyatakan kalau mereka salah. Taeyong mendongak, menatap Johnny yang justru membuat ekspresi wajah yang keras—tidak seperti Johnny di rumah.

"Apa salah kalo aku suka kamu?"

"Tae, you just said something don't you?"

Taeyong menggeleng. Jika Johnny tidak mendengarna, maka biarlah. Tapi dia akan terus memikirkan itu. perasaan bersalah dalam dirinya karena menaruh perasaan pada sosok Johnny. Taeyong tidak sepenuhnya mengerti apakah dia salah atau tidak. Tapi Johnny sudah berkata kalau mereka tidak salah. Jadi mungkin dia akan percaya pada Johnny untuk sekarang—bahwa perasaannya tidak salah. Sama sekali tidak.

Mereka kemudian memasuki ruangan auditorium. Hanya sanya mereka duduk di tempat yang terpisah. Taeyong duduk di barisan orang tua kelas 2 sementara Johnny duduk di barisan orang tua kelas 4. Itu membuat mereka berdua duduk dikelilingi oleh ibu-ibu yang juga orang tua siswa lainnya. Banyak pertanyaan yang harus mereka tanggapi, tapi ibu-ibu rasanya sudah cukup akrab dengan Taeyong, hanya saja mereka tidak familiar dengan Johnny.

Johnny mendapat banyak sekali pertanyaan. Tapi dia dengan sabar menjawabi pertanyaan demi pertanyaan. Hanya saja, dia tidak menjawab tentang pekerjaan. Johnny hanya tersenyum mengenai topik pekerjaan. Tidak ada yang perlu dibahas mengenai itu, menurutnya.

"Ah, jadi ini papanya Jaehyun sama Jungwoo...." Beberapa orang tua baru tahu wajah Johnny yang selama ini hanya menjadi desas-desus. Selama 4 tahun Jaehyun bersekolah, dan kemudian disusul Jungwoo di tahun ketiganya. "Selama ini muka papanya Jaehyun sama Jungwoo tuh selalu jadi misteri, kita suka tanya sama Lee Taeyong tapi enggak pernah dijawab sih. Kan penasaran."

Johnny tersenyum dan menjawab, "Kan itu privasi kami."

Tidak ada lagi yang bertanya setelahnya. Johnny hanya duduk diam menunggu penampilan anak-anaknya kali ini. Semalam Jungwoo sibuk bercerita kalau dia akan menampilkan paduan suara dengan teman-teman sekelasnya, sementara Jaehyun mengatakan kalau dia akan berduet dengan teman sekelasnya. Karena itu Johnny tidak sabar menantikan mereka berdua. Dalam hatinya yang paling dalam, dia bangga dengan anak-anaknya.

Taeyong di sebelah sana, sama dengan Johnny. Dia menunggu Jungwoo dan Jaehyun untuk tampil. Taeyong tidak sabar untuk melihatnya. Namun isi pikirannya tidak tentu. Terkadang dia memikirkan bagaimana jadinya penampilan kedua anak itu dan terkadang dia memikirkan tentang hubungannya dengan Johnny.

Haruskah dia melanjutkannya? Menyatakan suka pada Johnny atau menyimpannya untuk dirinya sendiri? Pada kenyataannya, dunia memang tidak semuanya menerima hubungan seperti ini. Sebesar apa pun rasanya kepada Johnny akan tumbuh, dia tidak yakin dia dapat mengekspresikannya dengan utuh. Sementara Taeyong tahu rasa yang Johnny taruh padanya. Taeyong tidak tahu apakah dia dapat mengembalikan perasaan Johnny atau tidak.

Taeyong tidak tahu harus bagaimana dengan perasaannya dan dia berusaha sebagaimana mungkin untuk mengabaikannya saat ini. Sulit, sulit sekali untuknya. Taeyong juga sibuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa dia harus menaruh rasa kepada Johnny? Dia tidak mengerti.

Mereka berdua mungkin sedang tidak bersebelahan, tidak melihat wajah satu sama lain, namun entah mengapa Johnny merasakan kegundahan Taeyong. Johnny juga memikirkannya, tentang perasaan mereka. Padahal sebelumnya dia sempat berkata kalau tidak apa-apa jika Taeyong tidak membalasnya. Dia masih bisa hidup meski begitu. Tapi mungkin pikiran Taeyong berkata lain. Tapi, bukankah tidak sopan memikirkan hal ini sementara dia harus memperhatikan anak-anaknya?

Cinta atau apa pun nama perasaan itu, memang tidak mudah untuk dimengerti.


.

.

.

.

.


Anyway, quick question, kalo aku bikin channel di tele buat kasih info seputar Wound gimana? Kalian juga bisa diskusi soal "teori" Wound di sana gitu.

WOUND | JohnyongWhere stories live. Discover now