13. Mark dan Haechan

875 138 6
                                    

Mark seperti terseret dalam dunia yang lebih cerah. Tak pernah dilihatnya langit begitu biru. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa awan terlihat sangat ringan dan empuk, itu saat dia dibawa Johnny menaiki sesuatu yang disebut pesawat, menyeberangi benua. Mark tidak pernah tahu makanan yang hangat dan sosok ayah yang kuat (dan keren tentunya), tapi dia tahu begitu mengenal Johnny. Begitu Johnny menyelamatkannya.

Masih segar dalam ingatannya bahwa dia akan dibawa bertemu para saudaranya, dan Mark tidak dapat menahan dirinya dari luapan kebahagiaan. Dia tidak bisa meminta lebih. Apalagi yang harus dituntutnya? Dia sudah mendapatkan rumah untuk bernaung, makanan untuk dimakan, kasih sayang yang cukup, dan sekarang saudara? Itu sesuatu yang sangat hebat. Lebih hebat dari apa yang pernah dibayangkannya. Meskipun dia tidak memiliki sosok ibu, tapi tidak apa-apa. Johnny selalu ada untuknya.

Johnny membawanya ke dunia yang baru, dia memiliki 6 orang saudara dan dia menyukai mereka semua. Walaupun mereka belum bisa berkomunikasi dengan baik. Kendala bahasa itu sangat menyiksanya, tapi Mark belajar dengan giat dan seseorang yang dipanggilnya Hyung sangat membantunya.

Di antara seluruh saudaranya, ada satu yang paling Mark sukai. Meskipun Mark tidak mengerti pasti apa yang diucapkannya, tapi entah mengapa dia mengerti apa yang Mark maksud. Dia adalah Haechan. Haechan banyak membantunya, meskipun Mark tidak sepeuhnya mengerti Haechan. Tapi dia merasakan sesuatu yang berbeda.

"Hyung," panggil Mark dengan pelan. "Where is Papa?" tanyanya.

Taeyong tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Mark. Tidak seperti Jungwoo yang bersekolah, Mark tetap berada di rumah dan Taeyong masih belum tahu pasti kenapa Mark tidak disekolahkan seperti Jungwoo. "He is in his room," jawabnya. "What are you gonna do?"

"I have something to ask for," jawab Mark. "Is it okay to ask him now?"

"Knock the door, ask for permission first, and speak politely to your Papa. You can do it, you are a good boy," jawab Taeyong lagi.

Mark kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi ke ruangan yang Taeyong maksud. Dia menghela napasnya dengan panjang. Mark memantapkan dirinya sebelum mengetuk pintu, tapi dia takut. Ingatan-ingatan buruk itu masih ada. Tidak, Mark. Johnny orang baik, dan Mark percaya akan hal itu. ketakutannya tidak diperlukan untuk sekarang.

"Who's there?"

Suara Johnny keluar tepat pada ketukannya yang ketika dan sekali lagi Mark menarik napasnya dalam-dalam. Johnny orang baik. Kalau tidak, dia tidak akan mendapat semua hal yang hampir mustahil ini. "It's Mark," jawabnya.

"Oh! Come in! Can you open the door by yourself?"

"Yes, I can." Mark kemudian membuka pintu dan memasuki ruangan. Dia berjalan pelan menuju Johnny yang sedang duduk menghadap laptop-nya. Johnny sedang bekerja, seperti yang biasa dilihatnya. Hanya saja, tanpa Doyoung di sisinya.

Johnny memutar kursinya, dia meraih tubuh Mark dan membawa Mark untuk duduk di pangkuannya sementara dia bersandar pada kursinya. Kalau dipikir-pikir, beberapa hari ini dia tidak bicara banyak dengan Mark, padahal yang paling bisa bicara dengan Mark hanya dirinya. "You must have something to say, and what is that?" tanyanya dengan sebuah senyuman hangat di wajahnya.

"You told me that we'll back to New York, aren't you?"

"That's right."

"And that means I can't be with my siblings?"

Johnny terdiam untuk sementara. Benar. Dia yang membawa Mark kepada kehidupan dengan saudara-saudaranya dan meskipun Mark belum bisa berkomunikasi dengan baik, terlalu lancang baginya untuk merebut kehidupan yang baru Mark mulai. Tidakkah dia akan menjadi ayah yang jahat dari sudut pandang Mark? Johnny tidak menginginkan hal itu untuk terjadi. "So, what do you want?" tanyanya kemudian sambil berharap semoga dia memiliki pilihan yang lebih luas.

WOUND | JohnyongWhere stories live. Discover now