01. Uncle Kim Datang

2K 231 22
                                    

Ruangan itu dingin dan sepi

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Ruangan itu dingin dan sepi. Hanya ada suara keyboard yang dipencet dan gesekan pena pada kertas, itu pun halus sekali. Di sana tidak ada seorang pun di sana, kecuali seorang laki-laki dewasa yang sibuk pada pekerjaannya. Sudah hampir tengah malam saat dia akhirnya mengalihkan dirinya dari pekerjaan, ada pesan masuk untuknya.

 Sudah hampir tengah malam saat dia akhirnya mengalihkan dirinya dari pekerjaan, ada pesan masuk untuknya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Taeyong," gumamnya pelan. Setelah menarik napas dengan berat, dia akhirnya benar-benar mengalihkan pekerjaannya. "Anak-anak lagi." Sekali ini punggungnya bersandar. Bukannya dia tidak merindukan anak-anak, tapi, dia tidak punya pilihan lain selain menenggelamkan diri dalam kesibukan yang juga untuk anak-anaknya.

Setelah menutup ponselnya, dia meregangkan tubuh dan memanggil seseorang. "Doyoung!" panggilnya.

Seorang laki-laki, yang bernama Doyoung itu langsung masuk ke dalam ruangan. Sejak awal dia berada di luar, di ruangannya sendiri yang berada tepat sebelum ruangan dingin ini. "Iya?" sahutnya. Dia berdiri di depan meja, menghadap orang yang memanggilnya itu.

"Kamu pulang duluan," katanya.

"Apa Taeyong baru menghubungi Tuan soal anak-anak?" tanya Doyoung. "Apa Tuan yakin untuk tidak berangkat bersama saya?" Doyoung bertanya sekali lagi. Dia berusaha memastikan.

"Doyoung."

"Iya, Tuan?"

"Ikuti saja."

"Baik."

Doyoung tidak punya pilihan lain. Dia tahu betapa keras tuan mudanya itu bahkan untuk dirinya sendiri. Padahal Doyoung setiap hari bersamanya, dan paling mengerti dia dibanding siapa pun. Doyoung paham apa yang ada di hati tuannya, tapi enggan untuk berdebat lebih lanjut. Doyoung sendiri sibuk bertanya-tanya dalam lubuk hatinya, apakah dengan begini tuannya tidak menyesal? Bukankah dia yang paling mencintai anak-anak?

"Tuan." Doyoung tiba-tiba berbalik, dia teringat sesuatu. "Apakah aku harus membawa Mark bersamaku?" tanyanya kemudian.

Laki-laki itu menatap Doyoung dengan intens sebelum menjawab. "Mark biar bersamaku dulu, kamu duluan. Oh iya, tanya ke Taeyong sebenarnya dia butuh apa. Okay?" kata laki-laki itu, disambung dengan helaan napas yang panjang.

WOUND | JohnyongDove le storie prendono vita. Scoprilo ora