1 _ Perkenalan

35 0 0
                                    

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Mitha." Ucap Vivi, tangan membawa sebuah kue mangkok dan lilin yang menyala. Kirana membawa kue itu ke hadapan sahabatnya yang sedang terlihat terharu dengan apa yang dilakukannya.

"Wah.... Aku tiup ya." Mitha menarik dalam-dalam nafasnya, berdoa tentang beberapa hal, kemudian meniup lilin diatas kue itu sampai padam.

"Selamat ulang tahun ya, semoga yang disemogakan tersemogakan."
"Aamiin, terima kasih." Mitha mengusap wajahnya, kemudian mencubit pipi Vivi.

"Nih hadiahnya." Vivi menyodorkan sebatang cokelat berpita merah.
"Cokelat." Mitha mengambil cokelat itu, kemudian langsung di makannya.

"Mit, kamu bisa temenin aku ketemu Fadly gak? Aku mau jujur tentang perasaan aku." Vivi menggigit bibir bawahnya, terlihat sekali dia gugup.
"Nah gitu dong, semangat ya."

"Mit, memang gak ada gitu, cowok yang kamu suka, nanti aku bantuin."
"Kitakan masih SMP, aku ingin belajar dulu yang bener, biar bisa ngalahin rangking kamu." Mitha memajukan mulutnya kearah Vivi.
"Emang mampu?" Ucap Vivi dengan nada meremehkan, dengan usil dia melempar bantal ke wajah Mitha.

Setelah itu perang bantal tidak bisa terelakkan. Malam yang indah itu, penuh dengan tawa bahagia Kirana dan Mitha.

Keesokan harinya Vivi meletakkan sekotak susu di kolong meja Fadly. Dengan sebuah sticky note berwarna kuning menempel di tutupnya. Kemudian Vivi duduk di kursinya, menunggu sang pujaan hati masuk ke dalam kelas.

Tak lama Mitha datang, sambil berbincang dengan Fadly. Jantung Vivi berdegup kencang, melihat Fadly yang terlihat tampan dengan kacamatanya yang berbentuk bulat dan rambutnya yang ikal. Perlahan pembicaraan Mitha dan Fadly terdengar oleh Vivi.

"Enak aja, ganteng gini disebut pengemis." Ucap Fadly.
"Ngaku aja kali, cocok kok. Hai Vi," sapa Mitha sebelum duduk. Mitha membuka tasnya, mengeluarkan earphone-nya dan memutar sebuah lagu.

Vivi melihat Fadly menemukan susu kotaknya dan tersenyum membaca sticky note yang ditinggalkannya. Fadly menengok kearahnya, Vivi tersipu malu dan memalingkan wajahnya.

Tidak berselang lama, guru masuk. Hari itu Vivi hampir tidak fokus karena sangat malu dan bersemangat disaat yang sama. Sesekali dia melirik kearah Fadly yang fokus menulis, saat tatapan bertemu, Fadly tersenyum dan mengisyaratkan Vivi agar fokus ke papan tulis.

Waktu berjalan dengan cepat, matahari yang benderang kini sudah redup dan berwarna jingga. Hampir semua anak kelas sudah membubarkan diri, hanya beberapa yang sedang mengobrol dan bersiap untuk ekstrakulikuler.

"Sampai ketemu di taman belakang," ucap Fadly sebelum pergi. Vivi terkejut, apa Fadly sudah tahu kalau susu kotak itu darinya.
"Ayo Vi, tuh Fadlynya udah pergi." Ajak Mitha yang sedari tadi mengobrol dengan Vivi. Vivi merapihkan rambutnya, seragamnya dan berjalan mengikuti Mitha yang sudah jauh didepannya.

Di taman belakang, Fadly sibuk meminum susu kotak yang ditemukannya di kolong meja. Mitha dan Vivi berjalan mendekati Fadly.
"Hai Mit, hai Vi." Sapa Fadly saat bertatap muka dengan Mitha dan Vivi.
"Hai juga." Ucap Mitha, Vivi terlihat malu-malu dibelakang Mitha.
"Aku udah menduga susu kotak ini dari kamu, terima kasih ya Mit."

"Itu bukan dari aku, itu dari Vivi." Sanggah Mitha, sambil menarik sahabatnya agar lebih dekat dengan Fadly.
"Dly, aku suka sama kamu." Ucap Vivi dengan cepat. Mendengar pernyataan Vivi, Fadly gelagapan. Dia melihat kearah Mitha dan Vivi bergantian.

"Sorry Vi, tapi aku sukanya sama Mitha." Fadly meraih tangan Mitha dan memberikan sebatang cokelat yang sudah dipersiapkannya kepada Mitha.

"Aku pulang duluan," ucap Vivi yang kemudian pergi.
"Tunggu Vi." Mitha ingin mengejar Kirana, tapi tangannya ditahan Fadly. "Kalau sampai aku kehilangan Vivi, aku gak akan pernah maafin kamu."

Mitha membanting tangan Fadly dan berlari mengejar Vivi.

+---+

"Mit, bangun oy!" Ucap Billy, teman satu kelas Mitha.
"Apaan sih Bil ah, lagi enak tidur juga." Mitha mengangkat kepalanya dan menggosok-gosok matanya.
"Gue mau ajak lo ke acara amal, ikut ya." Billy menyenggol siku Mitha.

"Enggak ah,"
"Tapik-"
"Daripada dengerin lo, mending gue cuci muka." Mitha keluar dari kelas.

Mitha berjalan melewati lorong kelas, cukup lengang. Sebagian besar anak sekolahnya sudah pulang. Hanya beberapa anak-anak ekstrakulikuler dan anak-anak yang tidak punya kerjaan yang masih di sekolah, seperti Mitha dan Billy.

Mitha masuk ke dalam toilet dan berpapasan dengan Vivi. Vivi melengos menghindari pandangan Mitha. Mitha menahan tangan Vivi dan menariknya kembali masuk toilet.

"Apa sih?" Tanya Vivi dengan wajah kesal. "Belum puas lo ambil Fadly dari gue?!"
"Mau sampai kapan lo benci sama gue? Gue harus apa biar lo maafin gue." Mitha melepaskan tangan Vivi dan berusaha setenang mungkin.
"Lo gak usah masuk kehidupan gue lagi, itu yang gue mau." Vivi menunjuk wajah Mitha lalu pergi begitu saja.
"Vi, Vivi!"

Mitha menengok kearah cermin, melihat pantulan dirinya. Memutar ingatan yang sudah berlalu sekian lama. Tentang hari-hari menyenangkannya bersama Vivi, bertahun-tahun lalu. Mitha meraih keran dan membasuh wajahnya dengan air. Kemudian keluar dari toilet itu dengan langkah cepat.

Brukh

"Sorry, gue gak lihat jalan." Mitha mengangkat kepalanya, melihat siapa yang berbicara padanya. Mitha bangun dan melihat dengan jelas siapa yang bertabrakan dengannya.

"Kenapa gue sial banget ketemu lo, minggir." Mitha mendorong orang yang menabraknya itu. Orang itu menahan tangan Mitha.
"Mau sampai kapan lo benci sama gue? Gue harus apa biar lo maafin gue." Tanya orang itu dengan wajah berharap.

"Buat gue sama Vivi baikan, itu yang gue mau." Mitha menghempaskan tangan orang itu, tapi tidak lepas juga.
"Gue bantu lo baikan sama Vivi, tapi lo harus maafin gue dulu." Ucap orang itu, kali ini dia memperkuat cengkramannya.

"Sakit Dly, lepasin." Mitha berusaha melepaskan tangannya. Tapi tenaganya tidak cukup untuk melepaskan tangan Fadly yang besar dan kuat.
"Maafin gue dulu." Ucap Fadly.
"Sekali gue bilang enggak, enggak Dly. Lepasin," Mitha berusaha keras melepaskan tangan Fadly.

Tiba-tiba sebuah tangan mencengkram tangan Fadly, Mitha melihat empunya tangan itu.
"Yang lembut sama cewek, ibu lo cewekkan."

Fadly melepaskan cengkramannya, begitu juga dengan Billy.
"Lo siapa? Gue gak ada urusan sama lo." Ucap Fadly dengan nada tinggi.
"Tapi gue ada urusan sama Mitha, ayo Mit," Billy menarik tangan Mitha dan membawanya menjauhi Fadly. Billy membawa Mitha masuk ke dalam kelas.

Perlahan setetes air mata mengalir membasahi wajah Mitha. Billy mengeluarkan sebuah saputangan dan menghapus air mata Mitha. Entah kenapa air mata Mitha tidak mau berhenti, Mitha mengabaikan apa yang dilakukan Billy.

"Cowok kayak gitu gak perlu lo tangisin." Ucap Billy, Mitha melihat kearah Billy.
"Lo gak tahu, masalah apa yang gue hadapi gara-gara dia." Mitha mengambil saputangan dari tangan Billy dan menghapus air matanya sendiri.
"Gue boleh tahu, masalah apa yang lo hadapi gara-gara dia?" Tanya Billy dengan hati-hati.

"Enggak!" Jawab Mitha dengan tegas.
"Oke, calm down." Billy mengambil tasnya dan berjalan pergi meninggalkan Mitha.

"Ini saputangan lo,"
"Buat lo aja, barangkali lo masih butuh." Ucap Billy yang kemudian hilang dari balik pintu.

Mitha terduduk di kursinya. Apa yang terjadi padanya tadi, seperti mimpi. Masa lalu yang ingin dia kubur, tiba-tiba bangkit dan datang menghantuinya. Sudah bertahun-tahun dia berusaha mendapatkan maaf dari Vivi dan bertahun-tahun juga dia belum memaafkan Fadly.

"Mith..."

Mitha tersadar dari lamunannya dan melihat dua sahabatnya sedang berdiri di depannya.
"Hai Nan, hai Dhit." Sapa Mitha.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Dhita.

Ananda memegang kening Mitha kemudian mengangguk.
"Lo belum makankan? Kebiasaan deh gak makan siang." Ucap Ananda.
"Kalau gitu kita ke kafe di dekat pom bensin yuk." Ajak Dhita.
"Ayo..."

Mitha Linda : Budak CintaWhere stories live. Discover now