8 _ Hujan

4 0 0
                                    

Sore itu Reza berjalan diantara Dhita dan Mitha, seperti memiliki 2 pacar yang akur. Dhita terlihat senang, Reza berjanji padanya akan membayar kesalahannya dengan memberikannya perhatian. Reza mengajak Dhita dan Mitha ke sebuah restoran, mereka memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela.

"Selamat datang, mau pesan apa?" Tanya pelayan yang langsung datang begitu mereka duduk. Dhita duduk bersebelahan dengan Reza dan Reza duduk berhadapan dengan Mitha.
"Saya ingin di layanin pelayan yang itu bisa?" Reza menunjuk seorang pelayan yang sedang membawa nampan.

Dhita melihat kearah orang yang ditunjuk Reza dan memastikan siapa yang ditunjuk Reza.
"Itu bukannya Billy ya?" Tanya Dhita.
"Biar saya panggilkan." Ucap pelayan.
"Billy?" Tanya Mitha memastikan.

Reza tidak menghiraukan pertanyaan 2 perempuan yang diajaknya. Pelayan itu memanggil Billy, ekspresi Billy sangat gugup, dia menyimpan nampan yang dibawanya dan mendekati meja Mitha.
"Selamat datang, mau pesan apa?" Tanya Billy, Mitha hafal suara yang tertangkap telinganya.
"Kalian mau pesen apa?" Tanya Reza.

Dhita membaca buku menu dihadapannya, dia tidak mau suasana semakin buruk.
"Ayam bakar madu sama es teh leci." Ucap Dhita.
"Mitha mau gue bacain menunya?" Tanya Reza.
"Gak usah, gue samain aja sama lo." Jawab Mitha, dalam benaknya dia membayangkan posisi Billy tepat berdiri di sampingnya. Sekilas ingatan tentang kejadian di lapangan membuat dadanya sesak.

"Berarti sate ayamnya 2 porsi, bumbu kacangnya banyakin, jus mangga 1, susu cokelat 1." Ucap Reza.
"Saya ulangi pesanannya, ayam bakar madu 1, sate ayam 2, es teh leci 1, jus mangga 1 sama susu cokelat 1."
"Sip, jangan lupa banyakin bumbu kacangnya." Billy undur diri.

"Lo sengaja ngajak kita pergi, buat liat Billy kerja?" Tanya Dhita.
"Um... Enggak kok, gue ngajak kalian buat ngerayain kelolosan kita ke universitas impian kita."
"Lo pilih restoran ini karena ada Billy?" Tanya Mitha.
"Kebetulan aja."

"Jelas-jelas lo minta di layanin Billy," Dhita menekan nada bicaranya.
"Ok, iya gue sengaja."

"Gue mau pulang aja." Mitha berdiri,

Prang!

Mitha menabrak Billy yang membawa nampan yang dipenuhi gelas kaca. Mitha tersiram minuman-minuman itu dan gelas-gelas kaca itu pecah ke lantai. Habis sudah baju putihnya terkena jus mangga, susu cokelat dan es teh leci.

Reza melangkah cepat menarik Mitha ke belakang badannya, kemudian menarik kerah Billy.
"Lo cari mati hah?!" Ucap Reza.
"Gue gak sengaja, Mith lo gak apa-apa kan?"
"Jangan sok peduli lo, kemarin lo bikin Mitha buta, sekarang Lo mau bikin Mitha ketusuk kaca hah?!"

"Ada apa ini?" Ucap seorang pria paruh baya, berkemeja biru mendatangi Billy dan Reza.
"Dia udah bahayain adik saya, hampir aja dia kena pecahan kaca." Ucap Reza dengan penuh emosi.
"Apa benar Billy?"
"Iya, tapi ini murni kecelakaan."
"Lo mau salahin Mitha?" Reza melepaskan kerah Billy.

"CUKUP! Ini semua salah gue karena buta, puas lo berdua." Mitha berjalan sambil meraba-raba, Dhita membantu Mitha keluar dari restoran itu.
"Saya harap bapak pertimbangkan untuk memecat dia," Reza menunjuk Billy yang terlihat gugup. "Urusan kita belum selesai."

Reza berlari mengejar Mitha dan Dhita.
"Tolong jangan pecat saya pak, saya butuh pekerjaan ini." Billy memohon-mohon.
"Kamu kenal orang yang tadi?" Tanya bapak manajer.
"Dia temen SMP saya dulu pak, kalau yang perempuannya satu sekolah sama saya."
"Dia itu pelanggan setia disini, saya tahu dia tempramen, jadi kamu tenang saja, saya tidak akan pecat kamu. Tapi setelah ini lebih hati-hati, kamu jangan sampai punya masalah sama dia, beresin ya." Bapak manajer pergi. Beberapa pengunjung dan pelayan lain melihat Billy dengan tajam.

Mitha Linda : Budak CintaWhere stories live. Discover now