11 _ Sampai disini

10 0 0
                                    

Billy POV
"Harusnya itu gak terjadi." Aku bisa mendengar suara yang sangat aku kenal. Sebuah layar seperti layar bioskop muncul dihadapanku.

Di layar itu ada Mitha sedang menangis dihadapan ibuku.
"Saya janji akan membiayai semuanya." Ucap Mitha.
"Ini bukan soal uang, kamu pikir nyawa anak saya bisa diganti dengan uang?!" Teriak ibuku.

Ada apa ini?

Layar itu mati, kemudian menyala lagi. Mitha sedang bertengkar dengan Reza.
"BAGIAN MANA DARI PERBUATAN LO YANG MASUK AKAL HAH?!" Ucap Mitha sambil terus memukuli dada Reza. Perlahan Reza memeluk Mitha, matanya terpejam, raut wajahnya bersedih.
"Gak akan terjadi lagi, gue janji." Ucap Reza. Mitha terdiam dan kemudian membalas pelukan Reza.

Layar itu mati, kemudian ruangan itu menjadi terang. Aku melihat sekelilingku dan melihat sebuah meja makan yang sudah dihias sedemikian rupa dengan 2 kursi kosong. Aku duduk di salah satu kursi dan memperhatikan piringku yang kosong.

"Makanannya gak enak ya?" Sebuah suara membuat aku mendongak. Mitha sedang duduk dihadapanku dengan baju dress berwarna kuning, rambutnya yang pendek di ikat dua di belakang kepalanya.

Aku melihat sekelilingku, aku berada di sebuah taman.
"Hei! Lo gak apa-apa?" Tanya Mitha. Aku menggeleng dan melihat piringku yang sekarang terisi sepiring nasi goreng.

"Ini pertemuan terakhir kita, maaf ya gue cuman bisa lakuin ini. Gue harap suatu hari nanti, kita bisa bertemu lagi." Mitha terlihat sangat sedih dan dia menutupi itu dengan senyumannya.
"Lo mau kemana?" Mulutku bergerak sendiri.
"Ke seberang laut, biar gue gak nyakitin lo lebih dari ini."

Aku rasakan tubuhku seperti tercakar-cakar. Aku lihat tanganku yang dipenuhi luka dan darah.
"Tolong benci gue Bill, biar gue yang jadi orang jahatnya." Aku lihat kearah Mitha yang tersenyum dengan air mata yang memenuhi wajahnya.

Nit... Nit... Nit...

Author POV

Nit... Nit... Nit...

Billy membuka matanya dan melihat wajah ibunya. Wajahnya lelah dan tubuhnya kurus. Ibunya langsung memanggil dokter.

Perlahan, hari demi hari keadaan Billy semakin membaik. Tapi tidak ada satu kalipun Mitha datang menjenguknya. Ibunya juga tidak bercerita banyak, ibunya hanya bilang Mitha sudah bisa melihat dan mau bertanggung jawab menanggung semua biaya pengobatan Billy sampai akhir.

"Billy Airlangga?" Panggil seorang perempuan berpakaian jas yang dikenal Billy.
"Tante Lia."
"Bagaimana keadaan Billy?" Tanya Lia sambil duduk di kursi disamping tempat tidur Billy.
"Semakin baik, Mitha gimana tante?" Tanya Billy.

Lia mengeluarkan laptop dari tas yang dibawanya, memutar sbeuah video. Saat video mulai berjalan, Billy bisa melihat Mitha yang terlihat anggun mengenakan kemeja merah dengan rok biru dongker. Rambutnya digerai dengan jepit pita berwarna merah. Sedang duduk di sofa berwarna cokelat yang dilihat Billy saat masuk ke kamar Mitha.

"Hai manusia bumi, yang aku cintai setengah mati, yang aku cintai sepenuh hati, yang aku cintai lebih dari bumi dan seisinya. Saat kamu melihat video ini, artinya kamu sudah sadar dan sudah jauh lebih baik dari terakhir kali aku melihatmu terbaring di rumah sakit. Saat aku temukan kamu di depan rumahku dengan luka yang memenuhi tubuhmu, aku sempat berpikir untuk mati saja. Setiap kita berdamai dengan kenyataan, kita saling menyakiti.

"Tapi kemudian aku berpikir, jika aku mati, lalu bagaimana dengan kamu?" Mitha terdiam beberapa saat, kemudian menunjukkan sebuah karikatur foto yang sangat dikenali Billy. Foto yang ditunjukkannya kepada Mitha di stasiun, foto Mitha yang tersenyum dibawah puluhan balon dan Billy yang memunggungi Mitha sambil melirik kearah Mitha.

"Aku tidak hafal jelasnya, tapi aku ingat fotonya seperti ini. Aku tahu sekarang arti kata-kata yang kamu ucapkan stasiun, kamu sedang memberitahu aku kalau kamu sedang dirantai oleh utang budi kepada Vivi. Tapi kamu tidak bisa langsung bilang, iya kan?" Billy mengangguk.

"Manusia bumi, yang aku cintai setengah mati, yang aku cintai sepenuh hati, yang aku cintai lebih dari bumi dan seisinya. Jatuh cinta kepada kamu itu adalah sebuah hadiah yang sangat indah. Tapi mencintaimu adalah racun yang perlahan membunuhku, sebanyak apapun kamu menyakitiku, aku lebih banyak punya alasan untuk tidak membencimu.

"Andai waktu bisa diputar, ke saat kecelakaan menimpaku dulu. Aku akan memilih mati saja, masuk ke pintu putih yang bersinar dan berpura-pura tidak tahu tentang hubungan kamu dan Vivi. Mungkin aku akan lebih bahagia, menyusul mamah dan papah saat itu. Kamu tahu kenapa aku tetap hidup? Karena Tuhan ingin aku melepaskan rantai yang membelitmu. Semoga tanpaku, kamu akan menemukan kebahagiaan sejatimu dan tolong benci aku, karena menyuruh kamu membenci saat aku menyatakan cinta. Aku cinta kamu, manusia bumi."

Video berhenti dan Billy tidak bisa berkata-kata. Bidadari langitnya sudah pergi, terbang meninggalkannya. Lia pergi, tugasnya sudah selesai.

"Aku benci kamu Mitha, benar-benar mencintai kamu."

Mitha Linda : Budak CintaWhere stories live. Discover now