4. LAMPU GAGUNA

1K 49 0
                                    

Chelsea tepat berada dipelukkan Fahren, menggigil ketakutan. Sementara Fahren hanya diam, ia cukup terkejut akibat pergerakkan tiba tiba gadis itu.

"Kenapa tiba tiba mati lampu sih?! Bukannya disetiap perusahaan ada generator ya?" Tanya Chelsea pada Fahren yang dia duduki.

"Saya nggak tau. Lagi pula kamu nggak bisa lepasin ini? Ada yang liat dikira ngapa ngapain tau!" Ujar Fahren merasa risih. "Mati lampu gini siapa yang liat coba, dasar pikirannya mesum."

"Ngomong ngomong, ini kan masih siang. Tapi kenapa serasa kayak lagi malam ya?" Tanya Chelsea lagi pada Fahren. "Jawaban saya tetap sama," jawab Fahren dengan datarnya, sambil berusaha melepaskan pelukan erat Chelsea

Pelukannya berhasil terlepas, Chelsea merenggut kesal. Ia sangat takut dengan yang namanya gelap. Apalagi smartphone yang ia bawa baterainya habis, pas sekali bukan?

"Bapak ultah nggak sekarang?" Tanya Chelsea. Fahren sedikit berpikir tentang pertanyaan Chelsea. "Jangan bilang bapak lupa ultah sendiri?!" Tanya Chelsea tak percaya. "Ck, saya ultahnya 13 Oktober, masih jauh," jawab Faren kesal.

"Kalo gitu, apa jangan jangan ada pembunuhan berencana??!!" Terang Chelsea menggebu gebu. Yang langsung mendapat gebukan kecil oleh Fahren di kepalanya. "Jangan aneh aneh, pengamanan disini ketat. Lagipula hp saya dimana ini."

"Disaku celana ada?" Fahren dengan segera mengecek saku celananya, dan nihil. Fahren menggeleng, "Ada nggak?" Tanya Chelsea kesal. "Udah dibilangin nggak ada!" Tegas Fahren yang membuat Chelsea tersulut emosi. "Kapan bapak bilang haah??!"

"Ohh iya, saya lupa, karena gelap jadi nggak keliatan saya geleng geleng," Fahren hanya nyengir. Sedangkan Chelsea ingin sekali memukul wajah dosennya itu.

Takk...

Akhirnya lampu sudah kembali hidup, namun Chelsea juga kembali terkejut, dan kembali lagi memeluk Fahren.

"Pembunuhnya dateng ya pak?? Please tolongin Chelsea yaa,,, Celsi masih pengen ketemu Jimin," gumam Chelsea tak karuan, yang membuat Fahren menahan tawa.

"Hei!" Panggil Fahren pada Chelsea, namun gadis itu tak kunjung melepas pelukkan. "Lampunya udah nyala, nggak ada pembunuh kok," ujar Fahren menenangkan.

Chelsea melepas pelukkannya, namun tubuhnya masih berada di pangkuan Fahren. Ia melirik ke arah sekitar, memang tidak ada pembunuh , itu artinya ia aman. Hingga matanya tertuju pada manik mata Fahren yang coklat muda, menatapnya lekat, seolah terhipnotis. Jarak mereka cukup dekat, ralat, sangat dekat.

"Ganteng...," gumam Chelsea tanpa sengaja, yang kemudian membuatnya tersadar dan menjauhkan diri dari Fahren, dengan perasaan malu. Sementara Fahren, ia hanya diam, diam bukan berarti tidak merasakan apa apa yaaw, telinga Fahren merah dibuatnya. (Cieee Fahren malu nie yee:v)

"Mendung," gumam Chelsea pelan, namun masih bisa di dengar Fahren. "Kita pulang sekarang saja, saya antar," ujar Fahren lalu segera memgambil jasnya yang ter semat di pegangan sofa, dan mengecek kantongnya, mendapatkan smartphonenya ada disana.

"Iya, daripada kehujanan."

###

Tbc🍈

Mr. Cold [END]Where stories live. Discover now