15. HARI KETIGA (1)

754 30 0
                                    

Pukul 01:13 AM.
Chelsea tiba tiba terbangun akibat tidur di sore hari. Kesedihannya tentang kehilangan first kiss sudah berlalu. Meskipun masih kecewa, yang mengambil first kiss-nya ternyata adalah Fahren, dosennya di kampus.

Chelsea pergi keluar kamarnya, ingin mengambil air karena tenggorokannya terasa kering. Saat membuka pintu kamar dan menuju keluar, tercium bau asing, yang sangat pekat, dan membuat mual dirinya.

Gadis itu mendapati seseorang berada disofa, ditengah kegelapan akibat lampu yang sengaja dimatikan. Seseorang pria yang sedang memangku laptop, disampingnya terdapat beberapa botol berwarna hijau yang Chelsea tau itu sebuah minuman keras.

"Pak Fahren?" Ujar Chelsea mengira ngira, walau sudah jelas pria didepannya ini memang pria yang ada di pikirannya. "Ah Chelsea?" Seolah tidak ada apa apa, Fahren tersenyum. Hal itu membuat Chelsea bergidik ngeri, tidak biasanya Fahren tersenyum seperti ini.

"Bapak kenapa? Itu apa?" Tanya Chelsea sambil menunjuk botol botol hijau yang berserakan di samping Fahren. "Hanya beberapa minuman," jawab Fahren sambil tersenyum kembali.

Hal itu sangat asing bagi Chelsea, Fahren terkenal dengan sifat dingin dan datarnya. Sekarang, Fahren yang ia lihat adalah Fahren yang lelah lalu menyembunyikannya lewat senyuman.

"Bapak kenapa minum? Pasti lagi mabok kan ini. Duh, mana banyak banget minumnya," gerutu Chelsea sambil membersihkan botol botol minuman disana. 'satu, dua, tiga, empat. Njir banyak beut nih dosen minum,' batin Chelsea.

"Udah mabuk, masih aja bisa kerja," gerutunya lagi, Chelsea hendak mengambil laptop yang ada dipangkuan Fahren, namun dengan gerakan tiba tiba pria itu menangkup pipi Chelsea dengan kedua tangannya. "Manis banget sih kalo lagi kesel, hehe," Chelsea melotot, mukanya memerah seiring waktu akibat perlakuan Fahren itu.

"Ck, orang mabok bicaranya aneh aneh." Dengan segera Chelsea menaruh laptop milik Fahren itu di meja dan segera mengangkat kedua tangan Pria itu di bahunya, dan menuntunnya kembali ke kamar milik Fahren tentunya.

Dengan bersusah payah Chelsea menuntun dosennya ini menuju kekamar. Terdapat beberapa gangguan yang dialami gadis itu. Contohnya seperti sekarang, disaat Chelsea bersusah payah menuntun Fahren, pria itu malah sibuk mencubit cubit pipinya. Hal itu tentu saja membuat sang empunya pipi merasa sedikit tidak nyaman.

Fahren diturunkan oleh Chelsea di ranjang miliknya, lalu diselimuti dengan bedcover miliknya. Saat hendak pergi, Fahren menahan baju gadis itu, kemudian berkata dengan imutnya, "Disini aja, Fahren pengen Chelsea disini." Gadis itu sedikit tersentak, sejak kapan kata 'saya' dan 'kamu' kini berganti menjadi kata 'Fahren' dan 'Chelsea'. Kata itu sontak membuat Chelsea kebingungan 'mungkin efek mabuk,' batinnya menguatkan.

"Gaboleh pak, ga baek," tolak Chelsea halus. Membuat Fahren cemberut, sungguh Chelsea ingin sekali mencubit pipi pria itu, ia sangat gemas akan tingkah kekanak kanakan Fahren ini. Tapi ia terlalu gengsi, hanya dia yang masih waras di apartemen ini.

"Chelsea jahat! Fahren gasuka! Sana Chelsea pergi, besok Fahren gamau makan! Fahren mogok makan!" Ujar Fahren yang membuat mata Gadis didepannya membulat, WUAH, sisi imut Fahren yang hanya dilihat dirinya ini sungguh luar biasa. "Iya iya deh," jawab Chelsea pasrah.

Fahren dengan segera mengambil posisi saat Chelsea sudah duduk di ranjangnya. Ia dengan tiba tiba tidur di paha gadis itu, yang sontak saja membuat Chelsea sedikit terkejut.

"Fahren maunya bobo di pahanya Chelsea, hehe." Apa Fahren memang begini saat mabuk? Perkataannya sungguh sangat polos seperti anak kecil. Fahren menyembunyikan dirinya diperut Chelsea, sedangkan gadis itu bisa dipastikan sedang kegelian akibat perlakuan dosennya itu.

Fahren sudah menuju alam mimpinya sedangkan Chelsea menyusul. Mereka tidur dengan posisi yang sangat dekat, seperti pasutri. Namun bukan.

###

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, di sebuah ruangan bernuansa hitam terdapat dua sejoli yang sedang berlayar di alam mimpinya.

Sinar matahari, yang menembus gorden disana membuat salah satu dari mereka ternganggu.

Fahren mencoba membuka matanya akibat silaunya matahari di pagi itu. Bantalnya tidak empuk seperti biasanya, dan bantal kali ini sangatㅡmulus.

Saat membuka mata dengan sempurna, dan mengumpulkan arwahnya kembali. Fahren baru menyadari, dikamar ini ia tak sendiri.

Buru buru Fahren keluar kamar, dan pergi menuju kamar mandi. Disaat bersamaan Chelsea ikut terbangun. "Loh pak Fahren mana?" Gumam Chelsea saat mendapati Fahren tak ada di pangkuannya.

Disisi lain, Fahren memandang dirinya dicermin. Mengingat ingat kembali hal yang dilakukan dirinya kemaren malam saat ia mabuk. Ia mengusap kasar wajahnya, "Bodoh lo Fahren, bodoh!" Gumamnya merutuki diri sendiri.

Ia memberanikan diri keluar dari kamar mandi. Gak gentle kalo sembunyi dari seorang gadis, apalagi gadis itu mahasiswinya sendiri.

"Ekhem," dehaman Fahren membuat Chelsea yang sedang asik menonton kartun we are bear bears pun menengok. "Eh pak Fahren, duduk gih jan berdiri mulu, gak capek?" Ujar Chelsea, Fahren hanya menurutinya.

"Kemaren... saya...," ujar Fahren sedikit ragu, sementara gadis disampingnya hanya menatapnya bingung. Lalu menyadari sesuatu, "Ohhh kemaren... mau saya ceritain?" Tanya Chelsea, yang jelas hanya untuk menggoda Fahren.

"Jangan, gak usah." Tolak Fahren sambil mengibas ibaskan tangannya, terlihat telinganya yang putih itu memerah akibat malu. "Tapi, jangan bilang ke siapa siapa ya, soal saya mabuk."

"Iya iya, tenang, hehe."

Tinung tinung (anggap aja suara bel, author gatau gimana deskripsiin suaranya:v)

Dua insan itu menengok ke asal suara. "Biar saya yang buka," ujar Fahren menawarkan diri, yang diangguki oleh Chelsea.

Kriet.

"Loh tante~."

###
Tbc🍈

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang