EPILOGUE

1.5K 53 2
                                    

"Fahren Giandra Heitward, apa Anda bersedia menikahi Chelsea Tamara Usman dengan segenap hati dan juga cinta. Bersedia dalam suka dan duka. Bersedia selalu ada dalam setiap hidupnya. Bersedia menafkahi istri dan anak kelak. Bersedia berperan sebagai suami sekaligus ayah nantinya. Apa Anda Bersedia saudara Fahren?"

"Ya saya bersedia."

"Chelsea Tamara Usman, apa Anda bersedia. Mengamalkan janji janji pernikahan dalam kehidupan berumah tangga Anda nantinya?"

"Ya saya bersedia."

"Baik, kedua mempelai dipersilakan untuk melakukan sesi ciuman."

###

Chelsea kembali mengingat saat saat dimana dirinya melaksanakan upacara suci itu bersama orang terkasihnya.

Saat sedang mengaduk masakan. Sepasang tangan kekar melingkar di perut gadis itu. "Loh udah bangun?" Tanya Chelsea pada pria yang sekarang tengah bersender di pundak gadis, ralat, wanita itu.

"Hm," pria itu hanya berdeham sebagai jawaban. Matanya tetap saja tertutup sambil mengendus endus leher istrinya ini. Ya, dia Fahren Giandra Heitward.

"Mandi dulu gih, ini udah mau mateng, selesai mandi kan langsung makan," ujar Chelsea sambil menatap bubur yang ia buat. Disamping kompor, tertata begitu banyak toping untuk bubur ayamnya.

"Mandi bareng," ujar Fahren singkat. Pria itu tetap mengendus endus di leher istrinya ini. Chelsea hanya terkekeh melihat kelakuan suaminya ini.

Semenjak menikah. Fahren jadi sedikit lebih manja dibanding biasanya. Juga sedikit lebih possessive. Entahlah, pria ini moodnya sering sekali berubah dibanding dirinya sendiri.

Tingnung tingnung.

Bel apartemen berbunyi, pasutri itu mendongkak ke arah pintu. "Buka gih, pakai bajunya dulu, inget," ujar Chelsea. Fahren pun menuruti.

Ia memakai kaos yang dia sampirkan di kepala sofa. Kemudian berjalan membuka pintu apartemen.

Ceklek.

"Selamat pagi adik ipar!" Chelsea mendengar teriakan nyaring itu dari dapur. Ia tau siapa yang datang. Dengan segera wanita itu mematikan kompor dan berlalu pergi kedepan menyambut tamu.

"Masuk dulu," ujar Fahren. "Chelsea! Selamat pagi adik kesayangan abang!" Teriakan itu mampu membuat Chelsea terkekeh. "Bisa nggak jangan teriak teriak, nanti Han kebangun," ujar Fahren sambil mendekatkan telunjuk ke bibirnya mengisyaratkan untuk diam.

Pria berjas itu membulatkan mata. "Reihan Angkasa Giandra, Om dateng!" teriak nya. Fahren menyipitkan matanya. Sementara Chelsea menghela napas.

"Duduk dulu yuk," ajak Chelsea. Pria itu atau yang dikenal sebagai Andra. Menuruti dan duduk di sofa tersebut. "Btw ada gerangan apa Abang kesini?" Tanya Chelsea.

"Abang mau ngasi ini," ujar Andra sambil memberikan secarik amplop berukiran mewah ke Chelsea. Wanita itu membacanya. "Abang bakalan nikah?! Sama kak Clara?!" Teriak Chelsea tak percaya.

"Mama," seorang anak kecil muncul dari balik pintu. Fahren dengan segera mendekap anak itu supaya tidak jatuh. "Tuhkan, Reihan bangun," ujar Fahren.

Fahren duduk disamping Chelsea. Memberikan Reihan, putra pertama mereka ke Mamanya. "Jawab dulu, kak Clara mana?" Tanya Chelsea menatap ke arah belakang Andra, mencari seseorang yang mungkin diajak abangnya itu.

"Ada, dia lagi ada panggilan penting dari bossnya," ujar Andra santai. "Eh itu dia," lanjutnya saat mendapati seseorang yang masuk mengenakan baju dokter.

Chelsea menganga dibuatnya. Sementara Fahren tak peduli, dan lebih fokus bermain pada Reihan.

"Ngadi ngadi Abang," ujar Chelsea tak percaya. Fahren ikut menatap ke arah pria yang menjadi calon istri Andra. Ternyata memang benar, Clarissa lah yang menjadi calon istri abangnya.

"Gimana bisa kak Clara jadi istri Abang?!" Ujar Chelsea tak percaya. "Ya bisalah begok, kamu kira kamu aja yang bisa dapetin orang ganteng? Abang juga bisa dapetin cewek cantik," sini Andra.

"Pagi," sapa Clarissa yang menjadi calon istri Andra itu sambil bergerak memeluk Chelsea. Chelsea membalas pelukan itu. "Nggak nyangka banget, kak Clara bakalan jadi kakak ipar aku." Clarissa hanya terkekeh.

Chelsea masih tak menyangka. Betapa sempitnya dunia ini sehingga mereka tak sengaja bisa menjadi satu keluarga seperti ini.

"Reihan sini sama tante yuk," Clarissa meregangkan tangannya. Chelsea membawa Reihan kepelukan sahabatnya itu. "Ganteng banget sihh," ujar Clarissa dengan tangan menguyel uyel pipi gembul Reihan.

Chelsea hanya tersenyum. Reihan begitu anteng, anaknya ini sangat pendiam. Jarang menangis. Bahkan tadi saja berjalan dengan sendirinya keluar kamar. Untung saja tidak jatuh.

Tiba tiba wanita itu merasakan sesuatu diperutnya. Chelsea menutup mulutnya. Fahren yang sedang asik berbincang dengan Andra. Kini menatap khawatir ke istrinya itu.

"Kenapa?" Tanya Fahren. Chelsea tak menggubris. Ia segera berlari kearah kamar mandi. Fahren menyusul istrinya itu. Sementara Andra dan Clarissa menatap dari ruang tamu.

"Hoekkk...," Chelsea muntah, tapi hanya keluar air saja. "Masuk angin?" Tanya Fahren sambil memijat leher Chelsea. Perempuan itu terus saja muntah.

"Pusing," gumam Chelsea setelah mengkumur kumur air. Fahren merasakan sesuatu yang deja vu. Segera pria itu mengambil sesuatu dari dalam laci dan memberikannya pada Chelsea. "Coba ini," ujarnya, Chelsea menuruti.

Setelah sekian lama Fahren menunggu diruang tamu bersama Andra dan Clarissa. Reihan masih betah dipelukan calon kakak iparnya itu. Chelsea akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Apa hasilnya?" Dengan buru buru Fahren menuntun Chelsea duduk di sofa. Tangan perempuan itu tergerak memberikan benda yang diberikan Fahren tadi. Memperlihatkan sesuatu disana yang menunjukkan sebuah lambang.

Fahren melihatnya, matanya kian membulat membesar. Bibirnya tergerak melengkung keatas. "WE HAVE A BABY AGAIN, WUHUUUU!" Teriak Fahren kegirangan. Setelah itu mengangkat tubuh Chelsea berputar putar.

Kemudian menurunkannya, dan mencium bibir istrinya. "Terima kasih untuk yang kesekian kalinya," ujarnya lembut. Chelsea tak kuasa menahan kegembiraan.

Begitu pula Andra dan Clarissa yang turut berbahagia akan suatu karunia yang Tuhan berikan.

Fahren berjongkok di hadapan Chelsea. Mengelus perut rata istrinya dan menciumnya. "Baik baik disana ya, Daddy tunggu disini," ujar Fahren tak luput dengan senyuman merekahnya.

"Yes Dad."

###

Special author's note, huhu.

Cerita pertama yang akhirnya tamat. Dengan epilog yang sangat tidak nyambung, biarkanlah itu.

Jan lupa mampir ke cerita author yang lain, oke?ㅠㅠ

-END-

Mr. Cold [END]Where stories live. Discover now