12. HARI KEDUA (1)

817 35 0
                                    

"Hoahemmm...,"

Tok tok. "Makan."

Eh. Kenapa Chelsea sudah dikasur? Rasanya ia kemaren sedang ada di mobil.

Kriet, ia membuka pintu dengan cepat. Dan penampilan yang ia lihat sekarang sama seperti kemaren. Fahren yang hanya menggunakan handuk dibawah, sedangkan tangannya sibuk menggosok gosok rambutnya.

Apa dia kembali ke masa lalu?

"Kemaren waktu saya tidur, siapa yang bawa saya kesini?" Tanya Chelsea to the point.

"Saya," fyuhh... ia kira dirinya kembali ke masa lalu, dasar dunia fantasinya berkeliaran lagi.

"Bapak masak apa?" Tanya Chelsea berlalu ke meja makan. "Saya hanya beli bubur lagi," jawabnya.

Huh... canggung sekali rasanya, Chelsea hanya bisa memakan makanan didepannya dengan rasa hambar. Kenapa hambar? Ya karena didepannya ada seorang wanita yang mungkin ia tidak sukai, Clarissa.

Apalagi Fahren yang bertelanjang dada di depan Clarissa, bukan bermaksud apa apa, tapi Chelsea merasa risih akan hal itu, padahal kemaren dia biasa saja.

Padahal rasanya Clarissa sendiri yang bilang bahwa dirinya akan membuat Fahren bertekuk lutut, tapi ia sendiri datang dengan santainya menumpang makan. Apa Clarissa begitu miskin? Tapi kenapa dia bisa ditunangkan dengan Fahren.

Oke, sepertinya Chelsea berpikiran terlalu absurd.

"Pak, saya mau ke toko buku sekarang," ujar Chelsea saat sudah menyelesaikan ritual makannya.

"Ke gramed?" Tanya Fahren. "Iya, mau ikut?" Tawar Chelsea sambil membawa piring yang sudah selesai di pakai Fahren. "Ikut."

"Lohh... trus aku sama siapa?" Tanya Clarissa tidak percaya. Ck, Chelsea tidak sudi bila Clarissa ikut bersama mereka. Chelsea tidak tahu perasaan apa ini. Tapi yang jelas ia sangat tidak nyaman jika Clarissa terus ada di samping Fahren, itu memuakkan, sungguh.

"Lebih baik kamu pulang," seakan tau kerisihan Chelsea, pria itu menyuruh calon tunangannya itu pergi.

"Aku ikut ya," pinta Clarissa dengan wajah memelas, sebenarnya raut muka itu terlihat imut untuk seukuran Clarissa sendiri tapi entah mengapa Chelsea merasakan sebaliknya, ia rasa Clarissa sangat lebay. Semoga saja ia tidak muntah.

"Nggak."

"Kenapa? Chelsea... aku ikut ya," Ck, apa penolakan dari Fahren tidak cukup? Oh ayolah Chelsea hanya ingin pergi ke gramedia, sendirian, atau mungkin... berdua.

"Terserah pak Fahren aja kak," ujar Chelsea lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kamarnya. "Ish... gitu aja pelit, dasar," ujar Clarissa yang membuat Fahren menatapnya semakin datar.

"Nggak," Clarissa menatap tak percaya. Apa Fahren benar benar sudah di hipnotis oleh gadis itu? Tidak bisa!

"Oke, aku akan bilang sama Om Heitward, Sekarang juga!" Tegas Clarissa kemudian pergi dengan kesalnya menuju keluar apartemen Fahren.

"Pak, saya udah siap. Lohh... kak Clara mana?" Tanya Chelsea saat mendapati Fahren sendirian sedang memakai jam tangan. Ia hanya memakai kaos lengan pendek dan celana jin berlengan panjang.

Sementara Chelsea, seperti biasa,, ia hanya menggunakan hoodie yang kebesaran dengan celana jins pendek. Meninggalkan kesan imut bagi Fahren, iya bagi Fahren.

"Dia nggak ikut. Yuk," ajak Fahren kemudian keluar apartemen yang diikuti Chelsea juga.

Mereka sudah sampai di toko buku yang dituju. Chelsea menuju ke tempat novel novel berada, sementara Fahren, pria itu sibuk mencari di bagian buku buku besar. Apa dia sanggup membacanya buku tebal tebal begitu? Chelsea saja membaca novel romance yang memiliki konflik rumit sudah sangat mudah bosan.

"Udah selesai?" Tanya Fahren menyusul Chelsea ke arah rak rak novel berada.

"Eh, belom. Saya masih nyari satu buku. Ck gatau dimana diemnya," ujar Chelsea.

"Apa judulnya? Biar saya bantu," tawar Fahren namun segera ditolak Chelsea. Bisa gawat jika Fahren tau buku apa yang dia beli.

"Nggak pak, nggak usah. Hehe."

"Supaya cepat. Kamu tinggal bilang saja, saya bantu nantinya," tawar Fahren lagi. Namun kembali ditolak Chelsea. "Nggak perlu pak, bentar lagi pasti ketemu kok."

"Saya bantu!"

"Nggak!"

"Bantu!"

"Nggak!"

Huhhh... mulai lagi deh. Entah siapa yang akan melerai perdebatan ini nantinya. Author lelah😷.

"Maaf mbak, pak. Saya mau ngambil buku itu, permisi," ujar seorang siswa SMP (dilihat dari baju yang ia pakai)  bersama seorang anak SD, mungkin adiknya. "Ohh iya, silakan," ujar Chelsea.

"Udah dapat kak bukunya?" Tanya anak SD itu kepada kakaknya. "Udah, yuk kita bayar," ajak gadis SMP itu.

"Itu tadi kenapa om sama tantenya berantem?" Tanya sang adik kepada kakak sambil berlalu berjalan namun masih bisa didengar oleh dua sejoli itu. "Mereka gila."

Ahh... sepertinya Chelsea terlihat sangat tidak waras sekarang. Sudah dibilang ngidam, sekarang dibilang gila. Huh,, semuanya sebab Fahren, si dosen ternyebelin di seantero kampus, menurut Chelsea.

"Eh..," Chelsea segera mengambil buku yang berada di rak tempat gadis SMP tadi mengambilnya. "Nah ini dia nih."

"Memang buku apㅡ," Fahren dengan cepat mengembalikan buku yang sudah ia ambil paksa ke tangan Chelsea lagi. Membaca judulnya saja sudah membuat ia begitu malu. Apa gadis itu akan membaca buku seperti itu?

Disamping Fahren yang menahan malu, Chelsea juga merasakannya. Tentu saja, bagaimana tidak seorang gadis yang terlihat baik seperti dirinya ternyata membeli sebuah buku dewasa, dengan tokoh utama idolnya sendiri, mana covernya sangat... aghh lupakan.

"Udah kita pulang," Fahren langsung pergi menuju kasir, yang diikuti dengan Chelsea dibelakangnya.

Hari ini akan menjadi hari termalu untuk Chelsea. Huhh... cepatlah berlalu.

###
TBC🍈

Mr. Cold [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu