26. KONTRA

864 38 2
                                    

Ini sudah sekitar 1 bulan berlalu semenjak Chelsea meninggalkan Apartemen Fahren. Pria itu menjalani hidupnya seperti biasa, tanpa halangan. Tapi tidak dengan Chelsea.

Banyak yang berubah, diantaranya seperti hubungannya yang tidak baik dengan Kelvin dan juga Rea. Sedikit banyak tersebar rumor dirinya berpacaran dengan Fahren. Meskipun itu memang benar.

Semenjak kejadian kepergok berpelukan oleh Bunda dan Mama. Mereka terus di dorong untuk ber-pdkt-an. Hingga Fahren menyatakan perasaannya. Meskipun hanya hubungan cinta sepihak. Tapi Chelsea tetap menerima hubungan pacaran ini.

Kini Chelsea tengah bergulat dengan laptopnya di malam hari. Mengetikkan sesuatu, lalu dihapusnya. Ia sangat frustasi akibat sebuah skripsi yang mesti dibuatnya ini.

Sebenarnya sudah dari dulu ia membuatnya, sekitar 2 semester yang lalu karena saat itu diberikan judulnya. Lalu sekarang, hanya tinggal bagian isi yang terakhir dan penutup. Itu saja, setelah itu, 1 minggu lagi ia akan mengahadapi sidang.

Bimbingan bersama Dosen pembimbingnya sudah ia lakukan. Dan juga dibantu dengan Fahren. Jadi seharusnya tidak ada masalah.

Drt drt.

Smartphone yang tergeletak disamping laptop gadis itu berdering. Chelsea yang sedang berkonsentrasi menjadi buyar. "Siapa sih?" Kesalnya.

'Rea-mur:3'

Terpampang nama teman masa kecilnya itu. Chelsea sedikit menimang nimang. Ia sudah tidak terlalu dekat dengan Rea. Dan tiba tiba saja Rea menelpon. Ini pasti akan sangat terasa canggung. Apa yang harus ia katakan nantinya?

Dengan keberanian, Chelsea mengangkatnya. "Halo?" Sapa Chelsea sedikit ragu ragu.

"Bisa ke Club depan Villa Freance bentar?" Tanya Rea dengan to the point. Chelsea mengernyit. Untuk apa Rea menyuruhnya kesana. Tempat dimana kejadian tak diinginkan itu terjadi, Chelsea trauma berada disana.

"Buat apa?" Tanya Chelsea. "Bentar doang kok! Gitu aja nggak bisa, gue mau ngomong sama lo," sinis Rea. Chelsea sedikit berpikir kemudian menjawab, "Oke, 10 menit gue sampai."

"Hm," seketika panggilan terputus sepihak. Chelsea menatap layar smartphone nya. Ada sedikit rasa takut. Takut akan hal yang tak diinginkan terulang kembali.

Ia memutuskan untuk bersiap siap. Saat sudah selesai, ia kemudian menuju ke garasi, mengambil kunci mobil dan mengendarainya menuju ke Club depan Villa Freance yang dulu pernah ia datangi.

Sesampainya disana, Chelsea langsung didatangi kedua pria bertubuh besar. "Eh kalian siapa?!" Teriak Chelsea saat kedua tangannya dicekal lalu diikat kebelakang dan dibawa paksa ke suatu tempat.

"Lepasin!" Chelsea berusaha menendang nendang kedua tubuh pria besar itu. Namun nihil, mereka ada dua dan terlalu kuat untuk Chelsea.

Bruk.

Seperti melempar barang, itu juga yang dilakukan keduanya saat melempar Chelsea ke tembok. Gadis itu merasakan nyeri di tubuhnya. "Akhirnya dateng juga lo," ujar seseorang yang datang sambil tersenyum puas, dengan bersidekap dada bak penguasa.

Chelsea menatap tajam ke arah gadis didepannya. "Apa apaan maksud lo ini Re?!" Bentak Chelsea, masih dengan posisi bersandar di tembok. Terlalu sakit jika ia berdiri sekarang.

"Simple, gue mau buat lo mati," jawab singkat Rea dengan santainya. "Dan balas dendam akibat cinta bertepuk sebelah tangan gue," sambung seseorang yang datang dari belakang Rea.

"Kelvin," gumam Chelsea tak percaya melihat dua orang yang berstatus temannya ini membencinya. Apa ini sudah direncanakan?! Tapi mengapa?! Apa salah dirinya?!

"Apa maksud lo?! Lo temen gue! Temen itu nggak gini!" Bentak Chelsea dengan sedikit bulir air mata melesat dipipinya. Punggungnya sudah sakit akibat terhantam kini hatinya ikut terkoyak habis habisan.

"Lo! Semua gara gara lo!" Bentak balik Rea dengan tangan menunjuk nujuk Chelsea. Gadis itu mendekati Chelsea yang terpuruk. Lalu menyampirkan rambut Chelsea ke belakang telinga.

Rea tersenyum. "Enak banget ya hidup Lo," ujarnya. "Punya kekayaan, semua hidup lo terpenuhi. Lo mau ini itu, semuanya ada," lanjutnya.

"Tapi lo juga dapet, lo juga terpenuhi," ujar Chelsea menatap tajam Rea didepannya. Rea tersenyum sangat lebar. "Semua itu bekas lo, dan sekarang saat gue suka sama seseorang, lo selalu ngambil mereka," jelas Rea yang diakhir kata diberi penekanan.

"Kapan gue ngambil?!" Teriak Chelsea membela diri.

Plak.

Satu tamparan melesat ke pipi gadis itu. "Kapan lo bilang?! Kapan?!" Bentak Rea dengan mata yang sedikit melotot. "Iya! Kenapa?! Gue emang gak pernah ngambil apapun dari lo!" Balas Chelsea. Ia tak menghiraukan darah yang keluar dibibir gadis itu akibat tamparan yang dilayangkan Rea.

Rea dengan napas memburu. Matanya memerah. Emosinya sudah memuncak.

"Biar gue yang urus," kini Kelvin berbicara setelah sekian lama berdiam diri. Tangan pria itu menarik pelan bahu Rea, mengisyaratkan untuk mundur.

Kelvin mendekat. Memegang dagu Chelsea lalu memalingkannya kesana kemari. "Kayaknya asik kalo diajak main sebentar, sebelum mati nanti," ujar Kelvin dengan senyum tak bersalah teraut di wajahnya.

Chelsea menatap tak percaya pada pria didepannya. Airmata nya keluar lagi. Sakit, sungguh sakit. Teman temannya, yang ia kira menyayanginya. Tega seperti begini hanya karena iri dan dendam. Apa seburuk itu dirinya?

Chelsea kembali mengingat kejadian dimana dirinya rela memberikan boneka kesukaannya karena Rea menginginkannya. Ia juga dengan bersabar hati, ketika melihat boneka yang diberikannya itu berada di bak sampah keesokan hari.

Saat bertemu Kelvin. Dari awal ia jatuh cinta pada pria itu. Hingga ia mengetahui isi hati Rea yang ternyata juga mencintai Kelvin. Ia ikhlas menerimanya.

Air mata kembali melesat dipipi Chelsea. Saat dirinya mengingat dimana Rea dengan seulas senyumnya meminta mendekatkan dirinya dengan Fahren. Fahren yang dicintai oleh Chelsea.

Kelvin menghempaskan wajah Chelsea. "Sabarlah, aku akan datang lagi nanti. Aku akan meminum wine dulu diatas, lalu segera kembali membawakanmu," Ujarnya kemudian pergi meninggalkan Chelsea yang terpuruk.

Rea, Kelvin dan kedua pria bertubuh besar itu pergi meninggalkan Chelsea sendirian diruangan seperti gudang itu. Gudang yang ada dibawah Club.

Chelsea menutup rapat matanya. Bulir bulir air mata berjatuhan. Fisik dan mentalnya sakit. Satu satunya yang dipikirkannya sekarang hanya Fahren.

"Pak Fah-ren," gumam Chelsea sambil menangis terisak.

###

Brak!

Pintu terbuka tiba tiba. Gadis yang tengah terpuruk itu menatap dengan binar matanya. Pria yang sedari tadi ditunggunya.

Kelvin yang melihat itu membulatkan mata terkejut. Bagaimana bisa pria itu ada disini?!

Sementara Rea, yang baru saja datang. Menjatuhkan dua gelas wine yang ia bawa. Raut wajah yang semula tersenyum ceria kini panik 7 keliling melihat pria dihadapannya.

Bugh!

###

Tbc🍈

Mr. Cold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang