Breakfast

1.1K 61 10
                                    

"Kau berbohong padaku?" Tanya Axell datar sembari menenggak whiskeynya.

"Apa maksudmu berbohong?" Balas Gallen merasa tidak mengerti arah pembicaraan kakanya yang tiba-tiba itu.

Gallen sedang berada di perusahaan Axell selagi jadwal syutingnya kosong. Ia selalu mencari tempat ramai untuk menghilangkan rasa penatnya di Mansion sendiri. Terkadang yang ia lakukan workout atau ngegym di rumah saat sedang libur atau main ke club milik temannya yang sudah jadi langganan VVIP di sana. But tenang, Gallen tidak bermain wanita, hanya sekedar minum dan bersenang-senang tanpa masuk ke arah having sex.

Axell menduduki kursi kerjanya dengan santai kemudian membuka laci yang ada di meja kerjanya. Dilemparkanlah tepat di hadapan Gallen sebuah magazine pemberitaan dimana pada cover majalah itu terdapat adiknya sedang memakai outfit couple dengan Soy dan mencium gadis itu saat memasak.

"What's wrong with this magazine. Ada yang salah?" Tanya Gallen mengernyit tak mengerti.

Axell berdecak, "Beberapa hari lalu kau tidak menganggapnya kekasih."

"Situation is different, dude." Elak Gallen sembari menenggak whiskeynya.

Pria berjas hitam itu mulai berkutat pada laptopnya, "Tawaran brand ambassador?"

"Sabar sedikit, dude. Dia sedang dalam kendaliku." Balas Gallen menimang sesuatu, seakan membayangkan soal kemenangannya.

"Tidak banyak waktu, 4 bulan lagi produk launching." Jawab Axell to the point.

"Kau terlalu buru-buru, Ax. Sabarlah sebentar. Masih ada waktu beberapa bulan."

"Kejar deadline." Balas Axell cuek.

"Kau bisa mempercayaiku. Ini sudah sebagian dari pekerjaanku bukan? Dulu aku yang ada di posisimu itu saat kau masih di dunia pianist." Telaah Gallen beranjak dari duduknya kemudian melihat-lihat dokumen-dokumen yang tertata rapi di rak kerja.

"Sejak kapan?" Tanya Axell yang selalu singkat dan padat, karena sifatnya yang teramat dingin itu. Tapi Gallen terkadang bisa menangkap pertanyaan itu dengan benar. Ia harus berpikir sedikit jika berbicara dengan kakaknya.

"Sejak kau menawarkannya menjadi brand ambassador." Jawab Gallen tersenyum simpul.

"Jangan mempermainkan wanita." Curah Axell, dirinya saat ini sedang membaca banyak artikel tentang adiknya yang sedang booming di ranah intertaiment.

Gallen tertawa, "Hahah, rupanya kau lupa bagaimana dulu kau mempermainkan istrimu." Ejek Gallen.

"Karena aku tidak mengetahui itu menjadi takdir." Ucapan terpanjang Axell meluncur.

"Sepertinya kita berbanding terbalik, Ax." Ucap Gallen masih sibuk melihat-lihat buku-buku bisnis yang tersusun rapi dengan pikiran tertuju pada seorang gadis yang minggu kemarin mengisi hari-harinya.

Axell memperhatikan seksama setiap foto adiknya dan kekasihnya itu yang diambil oleh beberapa paparazi. "Dia seperti tidak suka."

"Memang, itu terjadi karena aku sendiri, bukan persetujuan 2 pihak." Gallen duduk menuangkan whiskey lagi dalam gelasnya kemudian menatap Axell di meja kerja. "Dulu kau yang dikejar, sekarang aku yang mengejar. Jangan pikir aku menyukainya, tidak. Aku hanya suka menggodanya. She's so funny."

"Bagaimana dengan perempuan gilamu?" Tanya Axell mengangkat sudut bibirnya, mengejek.

Tampak Gallen membuang muka tak suka. "Sudahlah, akhir-akhir ini aku merasa  tenang."

Annoying But Sexy Guy With Me - Robert SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang