Salvador

1.1K 62 5
                                    

Cewek itu sudah berjam-jam berkeliling di kota Sao Paulo ini. Menikmati setiap langkah dengan pemandangan yang sangat berbeda di negaranya. New York, pusatnya perbelanjaan dunia adalah kota kejam dan orangnya yang sinis. 'Siapa yang terkuat dia yang bertahan' itulah yang selalu ditanamkan di pikiran para penduduk New York.

Berbeda dengan Brazil. Masih ada celah untuk menghirup hijaunya alam tanpa melihat hiruk pikuk orang berlalu lalang. Cuacanya juga lumayan dingin, tidak seperti New York yang panas. Dia jadi lebih suka membanding-bandingkan negara ini dengan negaranya sendiri.

Tapi memang benar, ia merasakan perbedaan. Disini ia lebih tenang, sebelum... Ya sebelum bertemu Galleno Robert. Soy sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan merasa senang berada di negara neneknya tapi malah kedapatan musibah di sini, sama bintang dunia pula. Sebisa mungkin ia akan menghindar tapi rasanya tidak semudah itu.

Sebuah mobil sport berwarna hitam tampak berhenti di pinggir Soy yang sedang asik berjalan di trotoar. Kaca mobil itu terbuka, menampilkan seorang laki-laki tampan berkacamata hitam dengan jambul khasnya juga sweater hitam melekat di tubuhnya.

"Masuklah!" Teriak Gallen dari dalam mobil.

Soy yang mengetahui hal itu memilih mengacuhkan laki-laki yang meneriakinya dan berjalan cepat melewati orang-orang yang juga sedang berjalan di trotoar. Saat ini Soy lebih mirip dikejar anjing pelacak karena jalannya yang tergesa membuat pejalan kaki lainnya mendumal karena Soy menyenggolnya keras.

Berkali-kali kepalanya menoleh ke belakang dan menunduk, memastikan bahwa si laki-laki troublemaker itu tidak mengikutinya. Soy bernafas lega, rupanya Gallen tidak mengikutinya lagi. Tapi ia terus berjalan cepat sembari menundukkan kepala. Dan tiba-tiba saja tangannya itu ditarik paksa oleh seseorang dari arah samping membuat Soy limbung tapi si tangan kekar itu merengkuhnya.

"Mencoba lari dariku 'eh?" Tanyanya, menyunggingkan senyum devil membuat Soy sedikit merasa merinding. Ia serasa di ikuti makhluk halus.

"Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun! Lepaskan aku!" Soy berusaha melepaskan diri dari pelukan Gallen yang erat itu.

"Adakah kekasih yang mengganggu gadisnya sendiri?" Tekan Gallen, tak mau lepaskan pelukannya.

"Dengarkan aku Tuan muda terhormat. Kau tidak lain adalah orang asing bagiku. Kau bukanlah kekasih atau apalah itu, whatever. Aku tidak pernah menyetujuinya." Sentak Soy geram.

Sudahlah, ia malas dengan semua ini. Lagipula apa yang dilakukan Gallen itu salah kan? Jadi Soy berhak marah karena ini.

"Dan sayangnya, tanpa persetujuanmu pun aku akan tetap menjalankan ini."

"No!-"

"Satu penolakan berhadiah ciuman. Kau menolak aku mencium."

Detik itu juga Soy langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Soy tidak ingin mengambil kesempatan emas itu, ah tidak! Bukan kesempatan emas melainkan jebakan buaya. Ia tidak mau jika terus terbiasa dan hanyut dengan ciuman Gallen. Ia tau efeknya nanti.

Tampak Soy menghembuskan nafas panjang, seperti... pasrah? Hal itu membuat Gallen tersenyum puas. Mudah sekali menaklukkan gadis di hadapannya.

"Apa yang kau mau?" Tanya Soy akhirnya.

"Temani aku syuting. Take scene di luar kota." Jawab Gallen enteng, melonggarkan pelukannya pada Soy, meleluasakan gadis itu berdiri tegak.

"Aku tidak bisa!" Jawab Soy keras dan bulat seakan lupa sesuatu.

CUP!

Matanya terbelalak begitu bibir mereka saling bertemu. Soy melupakan hal itu, ia bukan sengaja sungguh! Ia lupa :(

Annoying But Sexy Guy With Me - Robert SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang