0.7

29.5K 7.5K 4.6K
                                    

Kai benar-benar membuktikan ucapannya. Sepulang kuliah, dia langsung menuju kamarnya untuk mencari tahu siapa penelpon asing itu.

Komputer sudah ia nyalakan, tinggal memasukkan kode untuk melacak nomor telepon itu.

Tapi apa, ternyata tidak bisa dilacak sama sekali!

"Sialan, ternyata dia lebih cerdas dari gue," umpat Kai sambil membanting mouse nya.

Dia menyandarkan punggungnya ke kursi dengan pandangan ke atas menatap langit-langit kamar. Jujur saja, selain takut karena diteror orang asing, dia juga takut dengan hantu yang singgah di kosan mereka.

Wujudnya perempuan, tapi matanya tidak ada, wajahnya rusak sebagian, bibirnya robek bila tersenyum, dan parahnya lagi ada bau busuk bila ia muncul.

Membayangkannya saja bikin merinding, apalagi kalau melihat langsung.

"Loh, sejak kapan lo pulang?" Yeonjun masuk ke dalam kamar sambil bertanya, lalu merebahkan diri di kasur.

"Sejak lo telponan tadi, lo nelpon siapa?" Kai balas bertanya.

"Wooyoung. Tapi tau gak sih, katanya rumah kakeknya Beomgyu digusur, tapi tanahnya dibeli sama orang lain untuk kepentingan sendiri."

"Demi apa?! Terus gimana?"

"Wooyoung lagi cari tau, gue harap dia berhasil selidikin soal itu. Gue takut orang yang beli tanah rumah kakeknya Beomgyu punya niat tersembunyi."

Kai memijat pangkal hidungnya, masalah penelpon baru itu belum selesai, eh muncul masalah baru.

"Eh bentar, Taehyun kemana?"

"Lah, gue kira dia pulang bareng lo!"

"Astaga, jadi dia ketinggalan di kampus, gitu?!"

Yeonjun bangun dan langsung berlari. Bisa gawat kalau Taehyun hanya sendiri, dia kan tidak mau Taehyun jadi bahan bullyan lagi.

Terakhir kali dia melihat Taehyun dibully yaitu ketika Taehyun hendak didorong ke jalan raya. Saat itu dia marah besar dan membawa para pembullynya ke kantor polisi.

Yeonjun tidak mau hal itu terulang kembali. Masa lalu biarlah masa lalu.

"Gue pulang."

Dari ambang pintu, Taehyun masuk ke dalam. Yeonjun dan Kai senang. Tapi ketika melihat Soobin lah orang yang mengantar Taehyun pulang, mereka berdua terdiam.

"Maaf gue terlambat pulang, tadi gue sama Kak Soobin makan roti dulu," kata Taehyun dengan senyum kikuknya.

"Sejak kapan lo deket sama dia?" Tanya Yeonjun mengintimidasi, terlihat tak suka dan curiga.

Sepertinya efek kesal saat itu belum hilang, jadi dia belum percaya sepenuhnya pada Soobin mengingat sifatnya yang buruk.

"Gue gak deket sama dia, gue cuma anter dia pulang." Bukan Taehyun yang jawab, tapi Soobin.

"Lo gak ada niat tersembunyi, kan?"

"Gue bukan orang licik yang memanfaatkan keadaan. Lagipula, gue cuma bantu dia pulang."

"Maaf aja nih, lo mencurigakan," ujar Yeonjun mengutarakan pendapatnya. "Lo tiba-tiba muncul sebagai tetangga baru disaat kita diteror sama orang asing, apa jangan-jangan lo pelakunya?"

"Kak Yeonjun apaan sih." Kai memukul pundak Yeonjun karena kesal. "Jangan asal nuduh, nanti kalo Kak Soobin kebukti gak bersalah nangis-nangis lo karena malu."

"Oh, jadi kalian diteror juga." Soobin mengangguk-angguk mengerti

"Apa?! Lo juga?!" Seru Taehyun, Yeonjun, dan Kai bersamaan.

Soobin berdecak. "Ck, sejak gue pindah kesini gue ditelpon sama nomor asing. Makanya waktu pertama kali kesini gue telat dateng, itu karena gue habis ditelpon sama dia."

"Lo kenal Choi Beomgyu?"

"Dia siapa? Udah mati juga?"

"Itu mulut minta digampar ya?!"

Kai dengan sigap menahan Yeonjun. "Sabar napa! Gimana kita bisa selesaiin masalah kalau lo marah-marah mulu. Cepet tua tau rasa lo!" Omelnya kesal.

"Ini orangnya, dia orangnya lucu tapi ngeselin," kata Taehyun seraya menunjuk Beomgyu di foto yang terpajang di dinding.

Mata Soobin menyipit melihat pemuda yang berada di tengah itu. Kalau dilihat-lihat, auranya seperti seseorang yang haus darah, benar-benar mengerikan.

"Kok mukanya gak asing, ya?"

Yeonjun mendengus. "Mukanya Beomgyu pasaran kali."

"Heh, digentayangin mampus lo," balas Kai menakut-nakuti.

"Gue pamit."

"Tiba-tiba begitu?" Tanya Yeonjun dengan sebelah alis terangkat.

Soobin mengedikkan pundaknya acuh lalu berbalik badan untuk pulang. Tapi, dia malah menabrak seseorang. Ah, rupanya tetangga lainnya.

"Eh Kak Jungkook, mau ngajarin Kai sama Taehyun, ya?"

"Hehe, iya nih."

Soobin menatap Jungkook dari atas sampai bawah. Kerutan di keningnya semakin ketara, namun setelah itu dia pergi begitu saja.

"Kebiasaan," cibir Yeonjun.

Sepertinya Yeonjun dan Soobin akan menjadi rival karena bertengkar terus.

"Tadi itu siapa?" Tanya Jungkook seraya duduk di sofa.

"Soobin, tetangga baru. Aneh banget kan orangnya?" Jawab Yeonjun lalu bertanya.

"Gak tuh, sifatnya sebelas-duabelas lah sama adek gue kalo marah."

"Sejak kapan lo punya adek?!"

Jungkook langsung heran. "Lah, gue kira kalian tau gue punya adek. Emangnya kalian gak pernah liat?"

Ketiganya serempak menggeleng.

"Astaga, itu anak nolep banget sampe tetangganya sendiri aja gak tau. Besok gue ajak kesini deh, biar main. Kasian tuh anak sendirian di rumah, main hp terus."

"Kok gue tersindir ya," gumam Kai sambil mengelus dada.

"Hayo, daripada bahas yang gak penting, ayo belajar. Ambil buku dan alat tulis. Biar gak bosen, ambil cemilan."

"Belajar mulu, main game dong sekali-kali," sungut Kai cemberut.

"Belajar dulu, baru main."

"Oke deh!"

Sore itu, mereka belajar bersama Jungkook sebagai tutornya. Saking asiknya belajar, mereka sampai tidak sadar kalau si penelpon tidak menelpon mereka seperti biasa.



















Aku udah kasih kode~

The Phone 2 | TXT ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя