0.8

28.5K 7.7K 3.5K
                                    

Sudah dua hari penelpon asing itu tidak menghubungi mereka. Entah kemana perginya, tentu hal itu membuat mereka bertiga waspada.

Siapa tau si penelpon sedang merencanakan sesuatu yang besar dan membahayakan nyawa mereka.

Soobin sering berkunjung ke kosan, katanya sih pingin ketemu Taehyun. Semakin dekat saja mereka, bahkan Taehyun sering tertawa ketika bersama Soobin.

Yeonjun jadi heran, Soobin yang jutek banget itu melakukan apa sih sampai Taehyun senang begitu? Masa iya disihir, kan seram.

Mereka juga belum bertemu dengan adiknya Jungkook. Kata Jungkook, adiknya itu marah-marah pas diseret paksa supaya main ke kosan mereka.

Alhasil adiknya Jungkook ngambek dan mengurung diri di kamar. Mereka jadi penasaran, adiknya Jungkook cakep tidak ya.

"Heh tiang berjalan, lo gak bosen apa makan roti mulu?"

"Lah, yang makan gue kenapa lo yang sewot?"

"Gue eneg liat lo, pengen muntah rasanya."

"Muntah pelangi?"

Yeonjun benar-benar ingin mengajak Soobin baku hantam. Sungguh, pemuda berlesung pipit itu menguji kesabarannya.

"Andaikan bukan karena Taehyun, gue hajar lo."

"Nyenyenye."

"Si anjir, kok ngeselin sih?!"

Taehyun pusing. Dia berada di antara keduanya dan mereka terus bertengkar. Hadeh, sepertinya dia salah mengajak mereka untuk mengobrol bersama.

"Kalian bisa akur, gak?"

"GAK!"

"Kepala gue pusing sumpah," kata Kai yang baru datang dari dapur dengan semangkuk mie kuah.

"Lo yang baru dateng aja pusing apalagi gue yang dari tadi disini," balas Taehyun lalu terkekeh.

Soobin dan Yeonjun saling lirik, lalu setelah itu mereka membuang muka. Hadeh, memang dua manusia ini tidak bisa diajak kumpul bersama.

"Btw, Kak Sanha jarang keluar rumah, ya?" Tanya Taehyun pada Soobin untuk membuka topik.

"Iya, dia lebih sering main game di kamar sambil rebahan. Emang kenapa? Mau gue panggilin?"

"Jangan, nanti ganggu hehe."

"Bagus, ketemu satu aja udah males apalagi dua," sinis Yeonjun.

"Lo ada masalah apa sih?" Tanya Kai heran sendiri. "Biasanya kalo ada orang baru lo antusias, kenapa sekarang begini?"

Yeonjun mendengus. "Males gue sama orang yang gak tau sopan santun, mana jutek banget. Hidupnya pasti datar tuh."

Soobin menatap Yeonjun datar. "Gue juga gak suka sama orang yang suka mengomentari hidup orang lain. It's none of your business."

"Gue juga gak suka sama orang yang sok banget kelakuannya. Perbaiki sikap dong."

"Gue juga gak suka sama orang yang ngatur-ngatur hidup orang lain, gue bukan robot."

Kai menepuk jidat. Mereka berdua sepertinya akan menjadi musuh bebuyutan bila tidak segera didamaikan. Tapi, dia harus bagaimana agar mereka berdua berteman?

"Masih ngomong gue usir kalian dari sini," ancam Taehyun tak main-main.

Tentu saja hal itu membuat Soobin dan Yeonjun terdiam. Kai jadi lega, sepertinya Taehyun yang dulu mulai kembali. Dia benar-benar kesal melihat Taehyun yang sekarang, yang terlalu baik dan penyabar.

"Eh, gue udah coba lacak nomor telpon asing itu, tapi gak bisa. Dia pasti hacker profesional," ucap Kai memberi informasi.

"Lo nya aja kali yang gak bisa," cibir Soobin.

"Heh, gue bisa ngehack karena diajarin sama Kak Soobin. Kak Soobin temen gue ya, bukan lo."

Soobin mengangkat ujung bibirnya, tersenyum meremehkan. "Lo bilang 'bisa' bukan berarti mampu. Sini, gue ajarin cara ngehack yang sebenarnya."

Mereka bertiga terdiam mendengarnya. Soobin bisa ngehack? Sejak kapan? Kenapa jadi mirip Soobin teman mereka?

Pemuda tinggi berambut hitam itu mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, kebetulan sepulang kuliah tadi dia langsung mampir ke kosan.

Jari-jemarinya mengetik keyboard dengan cepat, seperti seorang ahli. Mereka mengintip apa yang dilakukan Soobin, sampai akhirnya mereka melihat sebuah peta di layar laptopnya.

"Gue udah masukin nomor telpon itu, sekarang kita bisa liat dimana dia berada."

Kai melongo tak percaya. Semudah itu? Dia saja tidak bisa, sepertinya Soobin yang satu ini sudah pro.

"Titik merah ini menunjukkan lokasi si pelaku. Eh tunggu sebentar."

Soobin menyipitkan matanya seraya mendekatkan wajahnya ke laptop. Tiba-tiba, dia menutup laptopnya, lalu menggebrak meja.

"Anjing, ini meja masih nyicil woi! Enak aja lo main pukul!" Omel Yeonjun emosi.

"Lo kenapa tutup laptopnya? Kita juga mau liat," heran Taehyun sambil membuka laptop milik Soobin.

Setelah itu dia terkejut, badannya menegang. Yeonjun dan Kai yang tidak tahu apa-apa jadi penasaran.

"Kalian kenapa? Kok diem gitu?"

Taehyun meneguk ludah. Kepalanya menoleh kaku ke arah pintu kosan mereka yang terbuka.

Dan disana, ada seseorang berpakaian serba hitam dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya berdiri menatap mereka.

Tapi ada hal lain yang membuat mereka terpaku.

Mata itu...

Mata itu terlihat tidak asing.

"Wah, lagi kumpul bareng ya? Satu, dua, tiga, empat, lima. Rame juga, hihi."

Suasana menegang. Jelas mereka kaget mendengar ucapan orang itu.

Karena mereka cuma berempat, bukan berlima.

The Phone 2 | TXT ✓Where stories live. Discover now