1.9

25.7K 7.5K 5.1K
                                    

Ini bukan lapak buat sebarin hate comment





"Oalah, bangsat juga ya lo," ujar Yeonjun sembari berkacak pinggang dengan pandangan lurus ke depan.

Kai memutar bola matanya. "Please deh, ini baru mulai loh, Kak Yeonjun."

"Habisnya gue emosi woi! Kenapa orang-orang sejenis mereka pura-pura baik semua?!"

"Kasian ya, dibohongin berkali-kali." Jungkook geleng-geleng kepala dengan dramatis.

Benar juga sih. Pertama, mereka dibohongi oleh Taehyung, lalu Beomgyu, mantannya Beomgyu, Yoongi, Jungkook, dan kini Seokjin.

Pasti mereka marah lah, apalagi Yeonjun yang sudah mengambil ancang-ancang ingin melayangkan pukulan ke orang-orang itu.

"Kaki robot lo bagus juga, lo makin dewasa, dan lo makin hebat juga," puji Seokjin kepada Taehyun, Kai, dan Yeonjun, lebih tepatnya meremehkan. "Huh, ini yang katanya bisa ngalahin kita?"

"Ada yang bilang gitu?" Kai memberanikan diri untuk bertanya, dan Seokjin mengangguk.

"Ada lah, tapi gue yakin kalian bakal kalah. Gimana ya, kalian mana bisa ngelawan orang pro kayak kita."

"Jangan sombong dulu, nanti kalo kalah gue ketawa nih." Dasar Hueningkai.

"Aduh, kalian banyak omong deh," sela Beomgyu kesal. "Ayo dong, mana adegan baku hantamnya? Gue nungguin nih."

"Ngajak berantem?" Yeonjun melotot.

"Huu, kamu sih," sambung Jungkook.

Hadeh, ini kenapa malah bercanda ya. Taehyun bingung, mereka ini mau berkelahi atau adu lawakan sih?

Berbeda lagi dengan Yoongi, mantan ketua polisi ini malah asik duduk sambil senderan. Maklum, dia capek berdiri terus, mending duduk sambil menunggu adegan bunuh-bunuhannya dimulai.

"Apa alasan lo mau bunuh kita?" Taehyun mempertajam sorot matanya. "Apa karena Beomgyu meninggal?"

"Haha, ya enggak lah! Mau dia mati atau enggak, kita gak peduli. Kita cuma jalanin tradisi keluarga, yaitu bunuh delapan orang setiap setahun sekali."

Tunggu, setahun sekali?! Itu berarti mereka sering bunuh orang dong?! Wah, sungguh tidak dapat dipercaya, ini benar-benar diluar dugaan mereka bertiga.

"Kalian gila?!"

"Gak gila kok, cuma gak waras aja," balas Beomgyu meledek para sepupunya itu.

"Durhaka banget sih jadi orang!" Seru Jungkook emosi. "Heh bocah, lo mau cepet-cepet mati ya?!"

"UDAH!"

Keadaan menjadi hening setelah Yoongi angkat bicara. Dia menggertakan giginya marah, dia benar-benar marah.

"Karena gue gak suka buang-buang waktu-" Yoongi menjeda ucapannya, kemudian menodongkan pistol ke arah Kai.

"Gue bakal mulai sekarang."


DOR!

































"Permisi, anda Park Jimin, bukan?"

Abang mie ayam ini menoleh sejenak disela aktivitas melayani para pelanggannya. Dia terlihat bingung, namun pada akhirnya dia mengangguk.

"Iya, kamu siapa ya?"

"Saya Wooyoung, Jung Wooyoung. Saya dari kepolisian ingin meminta keterangan anda mengenai Kim Seokjin, Kim Taehyung, Min Yoongi, dan Jeon Jungkook."

Laki-laki bermarga Park itu terlihat terkejut selama beberapa saat, namun setelahnya dia berubah datar dan memilih tak peduli.

"Saya gak kenal."

"Saya tahu anda teman mereka, saya ingin meminta bantuan anda dan bekerja sama. Teman-teman saya dalam bahaya, mereka berempat hendak membunuh mereka."

"Kamu bisa kasih bukti apa?" Jimin mendongak kesal, dia tidak mau berurusan dengan mereka lagi.

Wooyoung tersenyum, kemudian mengangkat kaosnya, menunjukkan jahitan yang masih baru di perutnya. Jimin tersentak, jahitan itu benar-benar baru dan masih basah, bahkan masih ada darahnya.

"Luka ini perbuatan Kim Taehyung, dan jahitan ini perbuatan Kim Seokjin, sisanya akan berbuat lebih berbahaya lagi bila anda tidak membantu saya."

"B-bukannya mereka udah dipenjara?"

"Anda salah, mereka semua melarikan diri dan menyamarkan identitas mereka. Cukup hebat memang, karena tidak ada satupun polisi yang berhasil membuktikan kalau mereka adalah pembunuh teman anda."

Jimin bergidik. Jahitan di perut Wooyoung sangat berantakan, bahkan bisa dibilang dihahit secara asal. Dia tidak bisa membayangkan seberapa sakit luka itu.

"Anda bisa bantu saya, kan?" Tanya Wooyoung sekali lagi, mengulangi tawarannya.

"Saya harus bantu apa?"

"Gampang kok, anda hanya perlu menghubungi Kim Namjoon dan Jung Hoseok, cuma anda yang tahu keberadaan mereka, kan?"

Senyum Wooyoung terukir di bibirnya, dia lega karena masih ada orang baik yang bisa membantunya, juga membantu Yeonjun, Kai, Taehyun, dan yang lain.

"Kenapa saya harus?" Jimin mengangkat sebelah alisnya, masih curiga dengan Wooyoung.

"Karena kami tim kepolisian butuh kesaksian kalian. Kalau anda tidak mau, anda harus siap-siap mendengar berita kematian dari adiknya pacar anda, Kang Taehyun."









Hai, apa kabar semua?
Maaf baru update hehe,
aku sengaja karena takut
chapter ini agak ngeselin
gimana gitu :v

Tapi ternyata ga terlalu(?)
:)

Anw, minal aidin wal faizin
mohon maaf lahir dan batin

The Phone 2 | TXT ✓Where stories live. Discover now