2.0

27.1K 7.4K 6K
                                    

Kai tertembak.

Dia mengerang kesakitan seraya memegang dada bagian kirinya, lebih tepatnya di dekat jantung. Warna merah mulai menghiasi kaos putihnya, begitu juga dengan tangannya.

"Kurang ajar!!!"

Yeonjun marah besar. Dia langsung bergerak maju untuk menyerang Yoongi, tapi Jungkook segera menghadangnya dan memukulnya, membuatnya mundur ke belakang.

Sementara itu, Seokjin tertawa melihat Kai perlahan tumbang ke lantai.

"Haha! Maaf ya, gue yang bakal ketawain lo karena lo kalah, mana cepet banget. Heleh heleh, makanya jangan ngelawan orang yang lebih tua."

Sebenarnya Taehyun ingin sekali menyerang Seokjin karena tak ada yang menghalanginya. Tapi dia tidak bisa membiarkan Kai disini terlalu lama, Kai masih bisa diselamatkan.

"Kai, jangan pejamin mata lo, tolong jangan," lirih Taehyun seraya menepuk-nepuk pipi Kai agar tidak kehilangan kesadarannya.

"Ta-Taehyun... tolong... selesain se-semua ya..."

Taehyun menggeleng panik, matanya memanas. "Gak, lo pasti bisa! Tolong jangan, lo kuat, Hueningkai!"

"Ma-maaf... rasanya sa-sakit... gue ngantuk."

"Gak gak gak! Hueningkai!"

"Hehe..." Hueningkai terkekeh, namun tak berselang lama kemudian matanya terpejam. Tak ada lagi deru nafas yang terdengar.

Taehyun gemetar, tangannya bergerak menggoyangkan badan Kai, menepuk pipinya, dan berseru memanggil namanya.

Tapi tidak ada respon sama sekali, Kai sama sekali tidak meresponnya.

"Hahaha! Liat, Yeonjun. Lo kehilangan temen lo lagi," tawa Seokjin puas dengan apa yang ia lihat.

Yeonjun menoleh kaget, mengakibatkan dirinya lengah seketika dan mendapat tendangan dari depan.

Yeonjun jatuh telentang. Kemudian dia langsung berguling ke samping ketika Jungkook hendak menginjaknya.

Dimana Yoongi? Dia sibuk mengawasi Beomgyu, karena dia merasa kalau Beomgyu akan kabur dari sana.

"Sebelum semuanya selesai, gue mau cerita sedikit asal muasal teror telepon yang selama ini menghantui kalian."

Seokjin bersandar di tembok seraya melepas jas dokternya, lalu menyampirkannya di jendela.

"Dulu, kita kebingungan harus bunuh temen kita dengan cara yang bagaimana. Kalo langsung bunuh gak asik banget, terus muncul deh ide buat teror mereka.

"Liat reaksi mereka yang kebingungan, takut, khawatir, dan lain-lain itu bikin kita seneng. Apalagi akting Taehyung bagus banget sampe gak ada yang sadar kalo dia si penelpon itu.

"Tapi sayang, mereka bertiga selamat dan berhasil kabur. Kita jadi bingung mau bunuh siapa. Tapi, gue dapet kabar dari Taehyung kalo Beomgyu, Choi Beomgyu maksudnya, mau bawa kalian ke rumah kakeknya. Otomatis kita seneng dong."

"Kalian bener-bener gak waras! Kalian gila!" Seru Yeonjun emosi.

"Ya mau gimana lagi, kita terpaksa ngelakuin itu. Asal lo tau, selain diasingkan, kita bakal dibunuh sama anggota keluarga yang lain. Lagipula, kita fine fine aja tuh bunuh orang, itu hal positif bagi kita tau."

"Gue gak bakal maafin kalian, kalian harus terima akibatnya!"

"KAK YEONJUN, STOP!" Taehyun berseru keras menghentikan temannya itu. "JANGAN GERAK, LO BERDIRI DI ATAS RANJAU DARAT!"

"Gak sia-sia gue nyerang lo supaya lo nginjek ranjau itu," kata Jungkook, lalu melakukan tos dengan Yoongi.

"Ternyata pengelihatan lo tajam juga ya, Tae," sambung Yoongi, lalu menempelkan lubang pistolnya ke kepala Beomgyu. "Sekarang, lo pasti bingung mau selamatin siapa, Yeonjun atau Beomgyu."

"Kalo kata gue sih lebih baik selamatin diri sendiri, ya gak?" Setelah itu, Jungkook tertawa.

Ctak!

Jungkook sontak berhenti tertawa, begitu juga dengan Yoongi dan Seokjin. Suasana berubah hening ketika Taehyun menodongkan pistol, pistol yang diincar para psikopat.

"Kalian pengen cepet mati, ya," desis Taehyun penuh amarah, tatapan matanya tajam, dia berbeda dari sebelumnya. Taehyun tidak akan bermain-main lagi.

"Turunin senjata lo atau-"

"Bunuh aja mereka, gue gak peduli!" Bentak Taehyun memotong perkataan Yoongi. "Lebih baik mereka yang mati daripada gue. Haha, lo pikir gue mau mati secepat itu? GAK AKAN!"

"Taehyun, jangan bercanda."

"Lo pasti kaget ya, Kak Yeonjun? Sorry to say, gue rela korbanin kalian supaya gue selamat daripada selamatin kalian dari mereka."

"Wow, menarik juga," gumam Seokjin takjub.

"Kalo gitu, berarti lo siap liat mereka mati di depan mata lo sendiri?" Tanya Yoongi berniat menekan pelatuknya.

"Tapi, gue juga mau liat kalian mati."



DOR!



"ARGH!"

Tepat sasaran, Taehyun tertawa melihat Yoongi mengerang hebat ketika tangannya ditembak olehnya. Beomgyu tidak tinggal diam, dia langsung mengambil alih pistolnya dan menodongkannya pada Yoongi.

"Makanya, gak usah ngelawan anak kecil, para sesepuh!" Ledek Beomgyu.

"Ohh, main-main ya kalian." Seokjin mengambil jasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana, ternyata sebuah pistol!

"Hayo, masih mau bercanda?" Goda Seokjin dengan nada bercanda, tapi tangannya sudah siap menarik pelatuknya.

"Kayaknya lo yang masih mau bercanda."



BRAK!





Seokjin terjerembab ke lantai, pistolnya terlempar tepat ke depan Hueningkai yang kini berdiri santai setelah memukulnya.

"Hai dok, apa kabar? Sehat? Ohh jelas enggak, haha!"

Tawa Kai meledak, tawanya terdengar jelas kalau dia meledek dan puas. Seokjin, Jungkook, dan Yoongi terdiam tak percaya.

Bukannya Kai sudah mati? Tapi kenapa bisa hidup lagi?!

"Widih, keren amat! Ajarin dong ilmu bangkit dari kematian," pinta Beomgyu girang sendiri.

"K-kok bisa hidup lagi?!" Jungkook menunjuk Kai dengan tatapan horor.

"Ohh, bisa dong. Kan gue pake rompi anti peluru punya Taehyun, ya gak, Tae?"

Sekarang gantian Taehyun yang tertawa. "Maaf kakak-kakak, kita gak mungkin kesini tanpa rencana. Anw, akting gue bagus, kan?"

Ketiganya masih diam, terlalu terkejut melihat apa yang terjadi. Jadi, mereka ditipu?!

"Gue, Taehyun, dan Kak Yeonjun pake rompi anti peluru. Gak cuma itu kok, kita juga pake darah-darahan yang kita bungkus pake plastik dan diletakkin di area yang menurut kita bakal jadi sasaran tembak," jelas Kai seraya maju mendekati Seokjin, lalu bersimpuh di hadapannya.

"Maaf, dokter gadungan. Permainan kalian udah selesai."

Kai berdiri dengan santai menghampiri Taehyun. Namun tiba-tiba, Seokjin tertawa terbahak-bahak sampai menangis.

"Aduhh, kalian ini sesenang itu ya," katanya sambil berdiri. "Emang kalian pikir kita gak punya rencana?"

"Kak Seokjin," panggil Jungkook ragu. "Jangan bilang lo mau pake rencana B?"

"Yup, benar sekali. Gue telat dateng ada alasannya. Mau tau? Gue pasang bom di pintu dan jendela, gue pencet remotnya terus BOOM! Meledak deh. Jadi, mau keluar dari sini juga percuma, karena gue udah tekan tombolnya dan waktu tersisa satu menit lagi. So, ada pesan terakhir?"

The Phone 2 | TXT ✓Where stories live. Discover now