BAGIAN 1

166 13 0
                                    

"Semua serasa mimpi,
karena mendapatkanmu
tak pernah ada dalam bayangku."

─Mauri Primadanti.

***

Jika dianggap berlebihan mendapatkan Eldra adalah sebuah anugerah terbesar bagi siapapun perempuan yang berhasil memikat hatinya. Tak dapat dipungkiri, Eldra memang sepopuler itu di sekolahnya, terlebih dia termasuk ke dalam geng anak-anak orang kaya.

Entahlah, apa hari ini adalah hari di mana Mauri merasakan bahagia atau justru malah sebaliknya. Sebab, siapa menyangka rumor tentang dia dan Eldra dalam satu malam langsung merambat hingga seantero SMA AKSATA mengetahuinya.

Maka, tak heran jika pagi ini ia langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Dulu sebelum Mauri punya Eldra mana peduli mereka, Mauri hidup aja kayaknya mereka gak tahu. Tapi, sekarang gak perlu diragukan, dalam satu hari Mauri mampu menjadi salah satu perempuan famous di sekolahnya.

Namun, bukan berarti menjadi famous itu disukai melainkan Mauri sebaliknya.

"Lo Mauri?" Di sela langkahnya menuju kantin di jam istirahat dua orang siswi menyegatnya dengan gaya yang super angkuh membuat Mauri sedikit tersentak hingga berakhir mengangguk secara perlahan.

"Lo punya kaca gak di rumah?" Sebut saja namanya Kei. Dia adalah salah satu dari banyaknya teman Eldra yang berdarah biru.

Mauri yang tidak mengerti hanya mengangguk membuat satu teman Kei sebut saja namanya, Naula terkekeh meremehkan. "Kalau gitu kenapa sebelum jadi pacar Eldra lo gak ngaca siapa lo sebenarnya?" sarkas Naula membuat Kei tergelak.

Mauri tak memberikan reaksi apapun membuat seseorang yang sejak tadi mencari keberadaannya angkat suara. "Emang kalau Mauri jadi pacar gue kenapa? Rugiin kalian berdua?" Serentak ketiganya menoleh saat suara ngebas milik Eldra terdengar dari belakang Mauri.

Tanpa meminta persetujuan, Eldra merangkul Mauri membuat sang empu hanya bisa menatapnya dari samping. Eldra sekilas tersenyum padanya sebelum akhirnya kembali berkata pada Kei dan Naula.

"Kalau gak suka gak usah disimak, simple!" sarkas Eldra sembari menarik pergelangan tangan Mauri. Namun, sebelum melenggang Kei kembali bersuara membuat langkah Eldra dan Mauri terhenti.

"Dia beda kelas sama kita El!"

Eldra menoleh. "Dari segi?" Naula dan Mauri hanya memerhatikan.

"Segalanya!" jawab Kei yang Eldra balas decihan lantas melenggang membawa Mauri.

Keduanya menjauh dari halaman kantin tersebut, hingga berakhir di depan ruang kelas yang tak terpakai. Di sana Mauri tetap diam berbeda dengan Eldra yang seperti kesal dengan Kei juga Naula.

"Mereka benar, kok El," kata Mauri tiba-tiba yang membuat Eldra terkejut.

"Maksud kamu?" Eldra seolah tidak terima, namun Mauri malah tersenyum simpul.

"Kita emang gak seharusnya pacaran El. Aku sama kamu aja sebelumnya gak pernah saling sapa, kenapa secara tiba-tiba kita harus punya hubungan? Kan aneh!" Mauri membenarkan kacamatanya lantas menepuk bahu Eldra.

"Aku gak tahu bisa bertahan atau nggak sama kamu. Baru hari pertama aja aku udah dapat banyak cemooh dari mereka, gimana besok dan seterusnya!" terang Mauri yang Eldra dengar sedu.

Gadis di depannya seakan menahan air mata yang sejak tadi berlinang di pelupuknya. "Maafin aku, Ri. Tolong jangan tinggalin aku cuma karena omong kosong mereka. Aku janji, selama kita bersama aku bakal lindungin kamu!" pinta Eldra yang secara tiba-tiba memeluk Mauri membuat sang empu terkejut bukan main.

"El, ini sekolah. Lepas!" cicit Mauri yang seketika membuat Eldra terkekeh.

Eldra menguraikan pelukkan lantas mencubit ujung hidung Mauri. "Ternyata aslinya kamu gemesin! Benar kata mereka."

"Mereka? Siapa?" tanya Mauri sontak membuat Eldra nampak kikuk hingga terus menggaruk kepalanya.

"Nggak ada. Kita jajan aja, yuk!" elak Eldra sembari menarik Mauri untuk kembali ke kantin.

Meski Mauri menurut-menurut saja, rasanya ada yang Eldra sembunyikan di balik kata 'mereka'.

"Yakin lo kalau dia beneran tulus?"

***

To be continue











Sesal! Where stories live. Discover now