BAGIAN 4

80 8 0
                                    

"Mengapa kamu memberiku sayap yang indah jika ujungnya malah kamu patahkan secara perlahan."

─Sesal.

***

Di hari ketiga tidak ada yang berubah, Mauri masih menjadi pusat perhatian dan selalu menerima bisikan-bisikan juga tatapan menjijikan dari Kei dan Naula. Meski di hari kedua Eldra meminta Kei dan Naula meminta maaf, kedua sejoli itu belum kunjung melakukannya. Hanya saja, mereka tidak mengikuti Eldra dan Mauri lagi.

Hari ke empat, masih sama dengan hari ketiga dan Eldra makin menunjukkan perhatiannya pada Mauri begitu juga sebaliknya.

Hari kelima, semakin membaik dan Eldra juga Mauri sering menghabiskan waktu bersama. Mauri dikenal cukup pintar di SMA AKSATA tentu sering membantu Eldra mengerjakan tugas atau belajar bersama di jam istirahat.

Hari ke enam, Mauri dan Eldra pergi ke kantin bersama seperti hari-hari sebelumnya. Tentu keduanya selalu menjadi pusat perhatian terlebih Kei dan Naula juga Lavia dan Rara yang tentu semakin jauh dari Mauri.

Semua berjalan begitu saja sampai di mana hubungan mereka tiba di hari ke 40.

Tepat di pagi hari senin, Mauri bangun lebih awal berniat untuk membuat bekal untuk kekasihnya yang tampan dan perhatian. Dia begitu semangat di saat orang-orang rumah saja masih berada di balik selimut.

Menu yang dimasaknya sederhana, tapi akan istimewa karena dia buat dengan penuh kasih sayang. Aduh, anak muda.

Mauri mencium masakannya yang mengeluarkan semerbak harum di seisi dapur. "Pasti El suka, ini menu baru yang aku masak buat dia!" Memang, karena nyaris setiap hari Mauri membawakan El bekal.

Sejauh ini, selama 40 hari Mauri dan Eldra tidak pernah berantam. Eldra selalu memberikan semua perhatiannya, meski sesekali hilang kabar karena sibuk tanding volly antar sekolah.

Meski begitu, Mauri selalu mengerti akan profesi kekasihnya yang sibuk. Dan ya, ini juga alasan kenapa Mauri membuat masakan yang rasanya cukup enak untuk Eldra. Sebab di hari minggu kemarin Eldra sama sekali tidak menghubunginya dan di hari sabtunya dia mengatakan pada Mauri bahwa akan tanding antar sekolah selama dua hari berturut-turut.

Maka, meski tak diberi kabar seharian bahkan sampai pagi ini, Mauri tidak masalah. Dia justru berinisiatif memasakan Eldra agar rasa lelah lelaki itu lenyap saat makan bekal darinya.

"Aduh, masih pagi lo masak apa, sih Dek sampai harum gini?"

Mauri tersentak mendengar suara Abangnya yang baru bangun dan tentu Abangnya kini tengah minum sembari memandangnya dengan wajah bantal.

Mauri, tak memerhatikan Abangnya sebab dia fokus menaruh masakannya ke kotak bekal. "Masak Sosis Ayam kecap, Bang!" jawab Mauri.

Abangnya, sebut saja Lucky hanya mengerutkan kening. "Tumben, biasanya Mama yang buatin kamu bekal!" Lagi-lagi Lucky terkejut saat melihat dua kotak bekal di Mauri. "Rakus amat, sampai bawa dua!" sentaknya.

Mauri berdecak. "Kayak gak pernah muda aja lo Bang!" gerutunya sembari meletakkan wajan di wastafel.

"Emang gue masih muda Maemunah!" tampik Lucky.

Sesal! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang