BAGIAN 9

77 8 1
                                    

"Sebaiknya memang berpisah sebelum
akhirnya makin patah."

—Mauri Primadanti.

***

Sesuai dugaan Mauri, Eldra akan baik-baik saja setelah melepasnya dan mungkin malah makin bahagia sebab sudah menemukan kebahagiaan yang dia inginkan selama ini. Miris, dalam diam Mauri menangis di kamarnya yang minim cahaya pagi ini. Sungguh, tidak seperti biasa di mana kamarnya selalu membiarkan cahaya matahari masuk.

Saking sakitnya melihat postingan Eldra 12 jam lalu Mauri tidak sadar jika sang Abang sudah membuka pintu kamarnya dan menyandarkan tubuh di pintu.

"Kenapa belum berangkat?" Lucky tidak tahu jika adiknya sedang patah hati sebab, semalam Mauri pulang dengan kondisi baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa belum berangkat?" Lucky tidak tahu jika adiknya sedang patah hati sebab, semalam Mauri pulang dengan kondisi baik-baik saja.

Tentu mendengar suara khas abangnya membuat Mauri tertegun sejenak dan langsung menyeka air mata dan menutup ponselnya. Dia berusaha menghilangkan jejak air mata di wajahnya lantas menoleh dan tersenyum.

"Ini baru mau Bang!" jawabnya sebisa mungkin seperti biasanya.

Mauri dengan tergesa-gesa mengambil tas dan hampir menyerobot tubuh abangnya yang tentu langsung Lucky cegat membuat adiknya itu menunduk sebab merasa matanya sembab.

Air muka Lucky langsung datar dan membuat Mauri berdiri tepat di depannya. "Abang tahu kamu habis nangis. Cepat kasih tahu siapa yang bikin kamu nangis?!" cecarnya dingin yang sontak membuat Mauri mendongak menatapnya.

"Kemarin kamu kelihatan bahagia dan bela-belain pagi buta bikin bekal. Tapi sekarang—lihat! Gorden kamar aja masih ke tutup, mata sembab, dan semalam pulang telat. Mama Papa khawatir lho!" ujar Lucky sembari menatap adiknya lamat.

Mauri tentu berusaha menahan bulir air mata, namun celaka dia tak bisa. Air matanya luruh membuat dia langsung membuang muka.

"Dulu Mauri ledekin Abang yang nangis karena putus cinta. Sekarang Mauri tahu sendiri rasanya gimana!" cicit Mauri sembari melenggang di saat Lucky mematung spontan.

Langkah Mauri langsung terhenti tepat di undak tangga terakhir saat suara Mamanya terdengar lembut. "Sayang, sarapan dulu yuk!" Suara itu benar-benar menenangkan Mauri ditambah dengan suara bariton Papanya.

"Ayo sayang, nanti Papa antar sekolahnya!"

Mauri sama sekali tidak menoleh sebab dia tidak mau menunjukkan wajah sembabnya. Dia tidak mau membuat dua orang yang paling dia sayang khawatir.

"Aku udah telat, Pa Ma. Sarapan di kantin aja, aku juga naik bis sekolah!" jawab Mauri yang tanpa sepatah kata lagi langsung melenggang membuat orang tuanya saling melirik.

Tepat saat Mauri membuka pintu utama, Lucky datang dan berdiri di mana tadi Mauri berdiri, menatap nanar kepergian adiknya membuat orang tua mereka makin heran.

"Mauri kenapa Bang?" tanya Mamanya.

Lucky menoleh dan tersenyum. "Biasa, katanya PR dia susah!" elak Lucky sembari berjalan ke arah meja makan.

***

Bis yang Mauri tumpangi akhirnya berhenti membuat siswa SMA AKSATA berhamburan turun termasuk Mauri. Wajah Mauri tertekuk masam dan langkahnya terlihat malas, namun itu hanya berlangsung sebentar sebelum akhirnya mata serta tubuhnya bekerja lebih cepat sebab melihat kedatangan mobil sport tepat melintas di depannya.

Saat itu juga Mauri tersenyum selaras dengan air mata pedih. "Ini terlalu berlebihan El," lirih Mauri.

"Bentar lagi ujian nasional, harusnya lo belajar makin giat bukan malah melow gini!" ucap seseorang yang kini berdiri sembari melipat kedua tangannya di dada. Dia ikut memperhatikan mobil milik Eldra yang tengah masuk parkiran tak lupa di samping Eldra ada Mitha.

Mauri seketika menghela napas panjang dan menoleh. "Kelakuan lo udah kayak setan, tiba-tiba muncul!" ketus Mauri yang langsung meninggalkan Genus.

Cowok itu malah terkekeh melihat Mauri yang marah padanya. "Hei, tunggu!" Keduanya saling menatap sejenak sebelum akhirnya tertawa tanpa sebab.

Mungkinkah sejenak luka Mauri terlupakan sebab ocehan si laki-laki yang dikenal cuek tapi ternyata bawel.

"Daripada galau mending lo jaga kesehatan soalnya corona udah masuk Indonesia!"

"Hah, Corona?"

***

Bersambung...

Sesal! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang