BAGIAN 2

115 10 0
                                    

"Apakah dunia selalu tentang
siapa mereka?"

─Mauri Primadanti.

***

Jangan menunggu bagaimana selanjutnya kisah Mauri dan Eldra karena semua tidak berubah sejak hari pertama hingga sekarang hari kedua. Hahaha, semua akan berjalan hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit dan detik ke detik. Maksudnya? Mauri pun tidak tahu apa yang sedang dia lakukan sekarang. Dia seperti manusia bodoh yang hanya mengikuti ke mana orang lain pergi, sama sekali tidak memiliki jati diri hanya demi cinta yang belum pasti.

"Gue gak nyangka lo jadian sama Eldra. Gimana bisa cowok sepopuler dia tiba-tiba nembak lo yang notabene gak banyak orang kenal?" Lavia berdecak kagum sembari mengemut permennya tak lupa tangannya yang tidak diam dan terus membuka lembar demi lembar buku Mauri yang tergeletak di mejanya.

"Hooh. Jadi, gak heran orang-orang pada heboh," sahut satu orang lagi tak lain adalah Rara yang sibuk menyontek dari buku Mauri.

Yang jadi pusat pembicaraan hanya menahan kepala pusing sembari memainkan pulpennya. Mauri melirik Lavia juga Rara secara bergantian lantas mengembuskan napas panjang.

"Tapi, kalau gue tolak sama aja buang kesempatan!" celetuk Mauri yang sontak membuat keduanya mendelik dan mendengus.

"Kalau udah suka dan cinta emang buta, Vi. Gak ada, tuh mikirin ke depannya gimana? Padahal baru sehari aja udah jadi bahan gosip seantero SMA AKSATA!" terang Rara masih sibuk menyontek tak lupa diakhiri kekehan khasnya.

Mauri terdiam dan menyimak obrolan kedua sahabatnya. Mereka masih duduk di kelas padahal sudah waktunya jam istirahat, tak dapat dipungkiri juga sebenarnya sejak tadi Mauri menunggu Eldra yang berjanji akan jajan bersama ke kantin, emang gak ada kapok-kapoknya.

"Anggap aja yang ngomong sirik, Ra, Vi!" sahut Mauri yang membuat Rara juga Lavia berdecih.

"Semoga emang dia beneran tulus, Ri. Kita berdua cuma ggak mau kisah asmara yang baru lo rasain pertama kalinya hancur gitu aja!" Dari segi nadanya Lavia sangat khawatir membuat seseorang yang baru saja datang langsung bersuara dan menumpukan setengah badannya ke meja sembari menghadap Mauri yang seketika cengo.

"Tenang aja, Vi, Ra. Gue bakal bikin sahabat kalian bahagia, kok!" Eldra datang sesuai harapan Mauri dan tanpa di duga membawa setumpuk jajanan yang membuat ketiga gadis itu terkejut.

Rara yang awalnya sibuk dengan contekannya saja langsung berdiri diikuti Lavia membuat Eldra menegakan tubuh sembari meletakkan semua jajanannya di meja.

"Gue tahu siapa lo El!" cetus Rara dengan tatapan tajam membuat Mauri nampak kebingungan.

Eldra membuang napas. "Mauri aja gak ada masalah, kenapa kalian berdua malah terus berprasangka buruk tentang hubungan kami yang baru aja menetas!" sarkas Eldra yang membuat Rara juga Lavia nampak kewalahan.

"Kita sahabat Mauri, jadi wajar aja kalau kita khawatir!" jawab Lavia.

"Apalagi secara tiba-tiba lo masuk ke hidupnya. Kan aneh perguso!" timbrung Rara sembari membereskan buku-bukunya.

"Emangnya salah, ya? Bukannya hasil selalu berawal dari perjuangan nol?" kelakar Eldra.

"Terserah lo El. Jangan lupa juga buat ingetin si Kei sama Naula, buat gak remehin sahabat kita. Bukannya lo beneran sayang Mauri?" sarkas Lavia sembari menatap penuh tantangan pada Eldra yang tentunya nampak menahan kesal.

Mauri tentu beraksi seperti orang bodoh, bagaimana tidak sejak tadi dia hanya menyimak perdebatan kecil tersebut.

"Kenapa kalian bertiga malah debat?" Mauri juga bingung, apalagi melihat Rara yang seolah sudah mengenal Eldra sangat dekat.

Apa di sini Mauri memang sebodoh dan setidak tahu diri seperti yang dikatakan Kei juga Naula? Jika iya, mengapa? Apa menjalin hubungan dengan Eldra adalah suatu kesalahan, lalu gadis seperti Mauri tidak berhak merasakan jatuh cinta?

Rara mengembuskan napas lalu membawa bukunya. "It's okey, Ri. Lo nikmati aja jajanan dari Eldra, kita ke kantin dulu. Gue juga minjem buku lo soalnya belum selesai!" kata Rara sembari menarik Lavia untuk menjauh dari Eldra juga Mauri yang kini duduk dan seolah tidak ada perdebatan kecil sebelumnya.

"Maaf, El. Mereka memang terlalu baik jadi sering overthinking!" kata Mauri tak lupa seulas senyuman manisnya.

Eldra mengulas senyum lantas mengenggam tangan kanan Mauri yang sibuk membereskan alat tulisnya hingga sang empu menatapnya lamat.

"Kamu percayakan sama aku? Aku gak seperti sangkaan mereka, kok!" kata Eldra tiba-tiba.

Sontak Mauri membalas genggaman Eldra. "Tenang aja. Selagi kamu baik dan jujur sama aku, aku pasti bakalan tetap sama kamu!" jawab Mauri sembari mengalihkan perhatian melalui jajanan yang Eldra bawa.

"Wah! Ini semua seriusan buat aku, El?"

Eldra pun tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang. Soalnya tadi aku dengar dari Genus kalau kamu dikasih tugas tambahan jadi gak bisa ke kantin. Makanya, aku inisiatif beliin!"

Mauri pun tentu tersenyum. "Perlu diganti gak, nih?" 

Eldra langsung menggeleng dan membukakan air mineral untuk Mauri. "Nih, minum dulu!"

"Makasih."

Eldra hanya bisa tersenyum melihat Mauri yang sibuk memakan jajanannya dengan lahap tanpa peduli susana di depan kelas yang cukup menjengkelkan bagi Lavia juga Rara sebab dua sejoli yang entah kenapa selalu mengekor ke mana pun Eldra pergi itu datang.

"Lo gak ada hak masuk kelas kita, ya!" tolak Lavia mentah.

"Emang ini sekolah nenek moyang lo?!" sentak Kei.

"Heh! Lo jurusan sebelah gak ada hak masuk jurusan kami. Wilayah lo ya lo wilayah kita ya kita, simple!" jelas Rara cukup emosi.

"Kita ada perlu sama Eldra!" Akhirnya Naula membuka suara membuat Lavia dan Rara menoleh ke belakang di mana couple famous itu sedang menikmati waktu istirahat bersama.

"Gak ada Eldra di sini!" tampik Lavia juga Rara serentak.

Kei bersidekap lantas menunjukkan telunjuknya ke arah Eldra yang terlihat di balik kaca kelas. "Mata kita gak buta!"

Rara dan Lavia menelan saliva dan sebisa mungkin mereka berdua menahan Kei juga Naula agar tidak menganggu sahabatnya.

"Sumpah, kenapa gitu setiap Eldra melangkah kayaknya kalian ikutin. Emang Eldra siapa kalian, sih?!" cetus Rara.

"Kita berdua ada urusan di club volly anak padus kayak lo mana tahu sepadat apa kegiatan club kita. Minggir!" ucap Kei pedas yang sontak membuat Lavia dan Rara hanya bisa menahan emosi.

Melihat Lavia dan Rara yang menahan emosi, Kei dan Naula pun memiliki celah untuk menerobos masuk membuat kedua sahabat Mauri itu mengejarnya. Namun, apa boleh buat semua terlambat.

"Woi, gimpal! Masih aja lo dekat-dekat teman kita."

Sial. Mauri terbatuk membuat Eldra dan kedua sahabatnya terkejut.

"Mauri!"

***

To be continue

Sesal! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang