06-gusar

204 141 23
                                    

"Dasar jalang." Lanjut Varo.

Rara yang baru saja di beri kata tak sopan pun, tak habis pikir ia langsung menjambak jambak rambut Varo tanpa ada rasa sopan.

Varo yang merasa kesakitan pun langsung meringis ringis dan spontan mulut Varo langsung berkata untuk menyuruh Rara mengambil jaket amry nya yang ia taruh di tas. Rara yang mendengar Varo meringis kesakitan langsung berhenti menjambak dan menuruti apa yang Varo perintah tadi. Ia terus mencari dan mencari keberadaan jaket itu. Hingga saja ia tak menemukan jaket tersebut.

Varo yang merasa geram karena jaket tersebut tak ketemu pun ia langsung memarahi Rara. Cewek yang terkena marah itu langsung menunduk maaf dan Varo yang melihatnya hanya malas. Maklum Sifat Varo itu kadang mulus kadang keras. Yaa seperti sekarang ini dia sedang memiliki sifat keras. Jika saja ia tak diawali pasti dia tidak akan memunculkan sifat kerasnya.

Sedari tadi ia masih mencari jaket nya itu, Rara yang melihat pakaian yang dipakai Varo itu langsung menggelengkan kepala dan murka kepada Varo. Karena barang yang sedari tadi mereka cari-cari itu ternyata menempel di badan Varo. Spontan Rara langsung Bercakap murka pada Varo dan Varo yang mendapatkan sambaran itu langsung membekap mulut cerewet Rara dan ia langsung saja melepaskan jaket yang ia pakai itu. Ia langsung menyuruh Rara untuk memakainya di bagian Paha yang terbuka itu.

Diperjalanan hanya ada keheningan. Varo yang melihat wajah Rara dari spion itu bercakap dalam hati bahwa Rara jika dipandang pandang terlihat "Cantik". Rara yang melihat bahwa dirinya sedang di perhatikan itu langsung salah tingkah dan Ia membujuk Varo untuk membawa motornya itu tidak melaju laju. Varo yang mendapatkan pertanyaan itu pun mendapatkan kesempatan untuk melajukan motornya.

Rara yang terkejut akan tingkah Varo, ia tak sengaja memeluk punggung Varo yang terlihat gagah itu. Varo yang berhasil mendapatkannya itu langsung tersenyum miring.

"Aduh, Jangan cepet-cepet dong. Mau nyari kesempatan lo?" Tegas Rara yang sok berani nya itu, padahal nyali nya tidak sebesar yang kalian kira.

Varo menggeleng-geleng. "Ck, Udah berani ya....??" tanya Varo diikuti smirknya.

Rara pun spontan Ia langsung diam. Varo yang melihat Rara diam itu merasa lega. Karena tak ada lagi yang mencoba berani -berani melonjak padanya.

"Rumah lo dimana. Dari tadi ini kita cuma muterin kota doang." Buka Varo dengan nada datar.

"Di komplek perumahan Vamelous nomor 21." Jawab Rara dengan ragu.

Jawaban yang berhasil melempar ke telinga Varo pun dia merespons nya dengan diam. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Varo. Ia langsung melajukan motornya menuju Kompleks perumahan yang dimaksud oleh Rara.

****

Sesampai nya mereka di depan kompleks wilayah rumah Rara. Ia menyuruh Varo agar menurunkannya di depan kompleks saja, karena ia tak mau ketahuan keluarga nya jika ia pulang diantar oleh sesosok siswa berparas macam Varo.

Rara langsung berterimakasih pada Varo dan Varo hanya menjawab dengan datar. Mereka saling diam, hingga akhirnya Varo menancapkan gas, tanpa pamit. Sampai punggungnya tak terlihat kembali.

Cowok apaan sih kayak gitu. Ngga pamit ngga apa. Dasar jurig famous.

"Maaf neng Rara, tadi yang ngantar neng siapa ya? Kok ngga pernah liat." Tanya pak Mamat, satpam Kompleks.

Rara terlonjak mendengarnya. "Ah... Pak mamat, bikin kaget aja."

"Hehehe maaf neng, maaf, neng belum jawab pertanyaan saya."

"Ouh, tadi itu cuman temen Pak. Emang kenapa ya, pak?"

"Waduh maaf yah neng. Soalnya pak Mamat harus mata mata-in eneng. Kalau pulang sama siapa aja selain Mas adrian." Pinta Pak mamat.

Ni satpam jujur banget.

"Pak mamat di suruh siapa?"

"Mas Adrian." Jawab Pak Mamat dengan hati-hati.

Emang dasar jadi kakak posesif banget sih ke adik. Oceh Rara dalam hati.

"Kalau gitu Pak Mamat jangan kasih tau ke Mas yah, kalau saya pulang sama cowok." Mohon Rara.

"Aduh gimana ya..."

"Tolong dong Pak. Saya takut dimarahi sama Mas," Mohon Rara dengan muka iba.

"Ya sudah nanti pak mamat usaha kan."

"Wah. Makasih ya, pak." Bangga Rara dengan senyum yang mengembang.

Pak mamat membalasnya dengan senyuman dan langsung menyuruh Rara untuk cepat kembali ke rumah, agar tidak ketahuan dengan Adrian. Rara pun menurutinya.

Sesampai nya Rara di rumah, Rara membuka pintu dan langsung mengucapkan salam. Tapi, Rara merasa tidak ada yang membalas salam nya itu. Rumah terlihat sepi. Ia pun langsung mencari keberadaan Bi Inah.

"Bi, papa sama mama belum pulang ya?" Tanya Rara kepada Bi Inah yang sedang mencuci piring.

"Eh non Cle sudah pulang. Iya nih tadi mama non bilang, kalau mereka pulang kerja nya malam. Soalnya ada meeting sama perusahaan luar kota."

"Loh? Den Adrian mana non?" Lanjut Bi Inah.

"Dia lagi nongkrong sama temen-temen nya." Jawab Rara malas.

"Ouh. Yasudah non mau makan sekarang apa nanti?"

"Nanti aja bi, Cle mau ke kamar dulu capek semua badan Cle." Jawab Rara melangkah menuju kamarnya yang berada di atas.

Rara yang sudah terbaring di kasur, ia tak bisa untuk berjauh jauhan dengan guling favorit nya. Dengan memegang ponsel nya itu, Rara mencoba membuka layarnya, dan tak disangka ternyata Varo masih saja mencoba men-Direct message nya.

Alvaro Argi Naruna
: Lo udah nyempe rumah belum, hm?

Clemirra Farida Ghaithsaa
: Hm.

Send.

Alvaro Argi Naruna
: mulai besok dan seterusnya, lo harus pulang sama gue. Dan gue nggak nerima penolakan.

Clemirra Farida Ghaithsaa
: nggak bisa Var, gue di jemput.

Send.
Read.

Rara yang melihat pesannya hanya di lihat saja ia merasa geram kepada Varo. Dan ia bingung harus melakukan apa untuk besok. Karena besok ia akan dijemput oleh kakak nya. Apabila kakak nya melihat dirinya pulang dengan lelaki lain, otomatis kakak nya akan marah. Seposesif itu kah? Harus lah. Yang namanya kakak sayang dengan adiknya itu, harus menjaga adiknya dengan benar.

Happy reading😘
Sayang deh sama kalian❤❤❤

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang