09-Varo dan cewek galak

187 130 15
                                    

     Kini di ruang berkumpul, orang sudah lengkap. Rara yang sedang duduk dengan isakan yang masih tersisa, Ia di suruh oleh mamanya untuk berdiri disamping Adrian.

Adrian sempat ingin tertawa melihat adiknya ini masih saja menangis, tetapi Ia sengaja menahannya. Adrian berpikir, sebenarnya apa yang adiknya tangisi?

Mereka sekarang sudah berhadapan dengan Citra dan Clevo. Rara yang merasa disamping Adrian itu, sungguh gemetar badannya. Adrian? Jangan di tanya lagi, dia hanya menampilkan ekspresi seperti orang tak bersalah.

 Mereka ditanya satu persatu oleh Clevo. Dan semuanya mampu menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Kecuali Rara. Di salah satu pertanyaan, ia tak mampu untuk menjawab nya. Yaitu, "Kenapa Rara mau saja untuk pergi dengan laki-laki yang dirinya baru saja mengenalinnya?"

Rara hanya diam. Dan kemudian, akhirnya Citra lah yang menjawab untuk menggantikan posisi Rara dari Clevo.

"Sudahlah Pa...." Kata Citra.

 Clevo yang mendengar semua jawaban itu, Ia mencernanya dalam-dalam. Lalu, Clevo menyuruh dua anak nya itu untuk saling memaafkan. Adrian yang mendengar nya itu terkejut dan ia melihat wajah mamanya itu untuk berpendapat.

Citra yang mendapatkan wajah pinta Adrian itu, Ia pun mengangguk senyum, dan ia memberi kode agar maaf-maafannya sembari memeluk adiknya.

  Adrian yang sudah mendapatkan sepakat itu, ia segera memeluk adiknya yang sedang menunduk dan menangis kecil. Rara yang terkejut akan pelukan Adrian itu, ia pun membalas pelukan hangatnya.

"Maafin Mas yah, udah bentak kamu tadi," ucap Adrian seraya mengusap punggung adiknya.

"Maafin Rara juga ya, Mas, Rara udah jadi adik yang nggak bener di mata Mas." Balas Rara dengan nada terisak.

"Kamu nggak boleh kayak gitu lagi, oke?"
Perintah Adrian dengan mencubit hidung Rara yang terlihat merah.

"Oke, Mas. Tapi boleh lepasin nggak tangannya? Sakit tau dicubit."

Adrian tertawa mendengarnya. "Hahaha enggak apa-apa ntar tambah merah itu tambah lucu kayak badut."

 Rara yang mendapatkan lelucon tak jelas itu, ia pun menampar nampar kan panggung Adrian. Adrian hanya meringis ringis sakit padahal real nya tak sakit.

  Citra dan Clevo yang melihat dua anaknya sudah kembali membaik keadaan nya, nereka sangat senang.

Tiba-tiba, pintu depan ada yang mengetuk. Bi Inah langsung membukakan pintu itu, kemudian sang Tamu bicara bahwa dirinya adalah teman sebangku Rara.  Bi Inah menyuruh tamu tersebut untuk masuk dan duduk. Lalu, ia memanggil Rara agar dia kemari. Kemudian Rara yang mendengar panggilan itu, langsung menuju ruang tamu.

"Eh, Clara. Lo tau alamat rumah gue dari mana?"

"Varo yang kasih tahu alamat kompleknya doang. Gue udah ketemu tuh komplek, terus gue tanya sama satpam, Akhirnya ketemu. Oh iya, ini tas lo, niatnya gue bakal tinggalin tas lo di sekolah. Tapi kasian juga hihi," Clara menyodorkan tasnya kepada Rara.

"Jail amat lo, eum .... Makasih ya," ucap Rara. Clara terkikik mendengarnya.

"Cle, siapa tamunya?" Tanya Citra datang tiba-tiba.

   Clara yang melihat Ibu dari Rara datang itu, ia bergegas untuk salaman. dan memperkenalkan. Lalu, ia ingin berpamitan pulang. Citra membalas senyuman itu, kemudian ia mengajak Clara untuk makan malam bersama. Namun Clara menolak, dirinya lebih memilih untuk pulang.

  Citra menghela nafas, kemudian ia nitip salam untuk kedua orang tua Clara. Clara pun mengangguk senyum  sambil salam tangan. Kemudian ia pergi keluar. Rara yang mengikuti nya dari belakang, tiba-tiba Clara berhenti berbalik badan. Lalu berbicara kepada Rara.

"Kakak lo mana?"

"Mas lagi di dalam, lagi ngegame bareng temen online nya." Jawab Rara.

"Nitip salam yah hehehe." Kikik Clara.

"Oke." 

"Ya sudah, kalau gitu gue pulang ya? Supir gue udah nunggu."

Rara mengangguk. Kemudian melambaikan tangan kepada Clara.

                                ****

   Matahari menyinari suasa pagi. Rara yang baru saja bangun itu, ia langsung pergi mengambil handuk. Kemudian mandi. Setelah semua nya selesai, Rara pergi turun untuk sarapan. Di sana baru ada papah dan mamah nya saja. Adrian? Jangan di tanya lagi. Dia masih rela bersahabat dengan kasur dan bantal-bantal nya itu.

   Sudah beberapa menit Rara sarapan dan berbincang bincang. Adrian pun baru saja bangun. Dan sekarang melaksanakan mandi. Daripada Rara menunggu Adrian. Pasti lama bukan? Alamatnya nanti gerbang sekolah ditutup dulu. Jadi, sekarang Rara berangkat tidak dengan Adrian. Ia lebih memilih berangkat di antar oleh Pak Udin, Supirnya.

  Sesampainya di sekolah, Rara berpesan kepada Pak Udin. Agar pulang sekarang tidak usah di jemput karena dirinya ingin belajar mandiri. Pak Udin ragu, pasalkan Tuan muda nya ini bakal pulang sendirian. Jadi, ia memilih menolak pintaan dari Rara. Rara mengangguk paham. Lalu, ia berkata tidak apa-apa. Dirinya sudah meminta izin kepada Papa nya, dan papanya mengizinkannya. Dengan syarat, tidak boleh pulang malam. Rara setuju dengan syarat itu dan sekarang Pak Udin yang sudah lega karena ada izin, akhirnya pak udin membolehkannya.

  Rara turun dari mobil nya itu, lalu dirinya memasuki sekolahnya dengan senyum yang tak pudar. Banyak siswa siswi yang melihat Rara dengan nada mengejek, Rara bingung. Sebenarnya ada masalah apalagi sih ini?

  Setelah sampai di tempat jejeran loker, dirinya melihat di loker yang ia miliki itu ada sebuah kertas yang bertulisan 'Pendek!:)'

Dirinya langsung saja mengepalkan kertas tersebut. Dan tak disangka, Varo datang bersama seorang siswi bertubuh tinggi, dan cantik. Siswi tersebut dirangkul oleh Varo dan menghampiri Rara.

"Udah baca kertas dari gue?" tanya Varo dengan nada mengejek.

Ah Varo sangat puas mengerjai siswi kecil ini. Bodoh sekali dia, dengan polosnya mengenal seorang Varo yang Ia tak ketahui isi dalam diri Varo apa tujuan sebenarnya.

    Ternyata kertas itu yang buat Varo?! Rara yang tak kuat lagi amarah nya ia pendam, kemudian ia meletus kan saja seluruh amarah itu dengan ingin menampar pipi tampan milik Varo. Tapi, dirinya disegat oleh tangan si Wanita yang dirangkul oleh Varo duluan. Setelah itu, wanita tersebut mengancam Rara agar tidak menyakiti miliknya. Kemudian, wanita tersebut dirangkul pergi bersama Varo.

   Rara yang melihat dirinya sangat dipermalukan itu, kemudian dirinya disamperi oleh Clara dan Airin. Mereka saling mencurahkan berbagai macam pertanyaan. Di tengan itu, Rara teringat akan satu kalimat yang baru saja Wanita dirangkul oleh Varo bilang. Yaitu "Mulai detik ini, jangan ganggu pacar gue lagi! Kalo sampai lo ganggu lagi hubungan kita, habis hidup lo!" Itu semua di muntahkan isi kalimat nya dengan nada penekanan.

~

#Budaya kan vote and comment setelah membaca.

Happy reading😘. sayang deh sama klen-3

Our JourneyWhere stories live. Discover now